56. Batalyon Penyesalan

58 16 3
                                    

Hansel merebahkan badannya sesampainya lelaki itu di kamar penginapannya. Ia beberapa kali sempat meregangkan badannya, berguling-guling itu menghilangkan seluruh rasa pegal di sekujur tubuhnya.

Berakhir kini ia terlentang dan memandang langit-langit kamar.

Teringat akan sesuatu, Hansel langsung bangkit dan duduk di ujung tempat tidurnya, dengan gerakan malas merentangkan tangannya mencoba meraih tas miliknya yang tergeletak di lantai tanpa sedikitpun berusaha untuk meninggalkan tempat tidur.

Usahanya yang sangat dramatis itu berhasil. Hansel kini mengeluarkan semua isi dari tas bawaannya. Beberapa belati yang barangkali dibutuhkan, alat-alat bantuan sebagai seorang mata-mata yang tentunya adalah buatan Farley yang sangat hebat—juga tentunya para Nomansi yang turut serta membantu.

Hansel mengabsen semuanya seperti anak kecil yang membongkar barang bawaan ayahnya. Hal itu membuat gerakan Hansel terhenti ketika ia tiba-tiba teringat tentang sosok seorang ayah.

Hansel teringat tentang surat yang tak sengaja ia bawa. Surat milik ibunya yang ditujukan untuk ayahnya.

Surat itu masih ada di dalam tas, terlipat dan aman di dekat kompas. Hansel meraihnya dan membuka kertas tersebut, berniat untuk melanjutkan niatnya untuk membaca apa yang ibunya itu tuliskan.

Wajar saja jika Hansel merasa penasaran akan hal ini. Ia tidak tahu banyak tentang ayahnya, kecuali tentang namanya, juga beberapa kisahnya yang pernah mengabdi pada Dellway sebagai salah seorang pengurus mata-mata—mirip seperti Matthias, tetapi tidak sesibuk Matthias.

Elias Suarez adalah sosok yang bisa Hansel anggap sebagai ayahnya, bahkan meskipun keberadaannya tidak pernah Hansel temui sebab sang ayah telah lama wafat ketika Julia tengah mengandung Hansel.

Ayah dan anak itu tidak pernah sempat bertemu.

Hansel tidak bisa menanyakan banyak hal tentang ayahnya itu sebab sang ibu selalu saja mengganti topik atau justru enggan memberitahu Hansel. Sosok ayahnya terasa begitu asing bagi Hansel sejak kecil.

Tapi Hansel cukup tahu, bahwa ayahnya sama sepertinya, ia bukanlah Ishvela atau yang memiliki darah Ishvela. Mungkin bagian itulah yang turun pada Hansel sehingga Hansel tidak memiliki kesempatan untuk menjadi Ishvela.

Dan mungkin hal itu cukup mengecewakan bagi Julia? Hansel tidak tahu. Ia tidak bisa mengambil kesimpulan apakah memang perlakuan ibunya yang keras itu disebabkan rasa kecewa padanya ataukah hal lain. Tetapi lebih mudah untuk memercayainya demikian.

Meskipun kenyataannya, keberadaan Ishvela memang tidaklah pasti akan diturunkan pada penerusnya. Sama seperti Ratu Idrina yang jelas adalah keturunan Raja Mora tetapi berabad-abad hingga kini justru tidak memiliki kemampuan sebagai Ishvela.

Tetapi mungkin hal itu berbeda dalam pandangan Julia.

Hansel sebenarnya tidak tahu pasti apakah memang ibunya itu lebih menyayangi orang lain ataukah justru lebih senang memedulikan orang lain, sebab baginya, ibunya tidak memiliki rasa keibuan yang sama seperti apa yang selalu ia tunjukkan pada orang lain.

Hal itu juga tidak menjadi landasan bahwa Julia sepenuhnya tidak menyayangi Hansel sebagai putra kandungnya, lelaki itu cukup paham bahwa beginilah cara sang ibu mendidiknya dan membesarkannya. Itu bukan berarti Julia sepenuhnya tidak peduli pada putranya.

Hanya saja, caranya berbeda dari apa yang Hansel harapkan.

Julia membesarkan Hansel seorang diri. Sebagai seorang Ishvela yang tentunya pasti akan mengabdikan dirinya totalitas pada Dellway, Hansel yang saat itu masih kecil dipaksa untuk memahami bahwa begitulah kehidupan sang ibu.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now