65. Akhir Bagi Penyihir

49 14 1
                                    

Elara meludah ke sembarang arah, ia tak peduli apakah rasa amis yang terasa oleh lisannya itu sungguh darah yang ia keluarkan atau sebatas air liur biasa. Perempuan itu menatap ke arah langit dengan tatapan geram, tak berlama-lama hingga ia pun merubah wujudnya menjadi burung gagak.

Situasi kacau.

Sangat kacau.

Elara enggan untuk kembali dan menghadap Hardin jika situasi justru sekacau ini. Banyaknya tentara Roseline kini kehilangan kesadarannya—dan ia tidak bisa memastikan apakah keseluruhan dari mereka masih hidup ataukah tidak.

Belum lagi sebelumnya ada hal buruk yang sangat membuat perempuan itu naik pitam. Riven—yang seharusnya selama ini berada di jalan yang sama dengannya—tiba-tiba memutuskan untuk berbalik badan dan melawan titah yang diberikan oleh Hardin.

Dengan kata lain, pria itu kabur dari tanggung jawabnya.

Siapa yang bisa menduga bahwa justru seperempat dari pasukan Nolatds justru memihak padanya, dan pergi entah ke mana.

Situasi kali ini sangat kacau, dan Elara ingin mengeluarkan seluruh amarahnya. Tapi apalah yang bisa ia lakukan jika tiba-tiba langit menggelap bukan dikarenakan para penyihir—tak tahu apa penyebabnya.

Awan yang sedari sebelumnya telah menyelimuti langit justru tiba-tiba menghitam dan berputar pada satu titik, angin kencang sudah tak lagi bisa dijelaskan, badai sebentar lagi akan datang.

Ini adalah cuaca yang buruk, dan dipenuhi kejanggalan. Maka perempuan itu pun terus terbang seraya menahan rasa sakit yang tiba-tiba menerpa setiap sendinya, sayap dari burung gagak yang sejatinya adalah milik Riven terus mengepak dan membawa Elara pada pusat di mana kekuatan aneh itu berasal.

Di sanalah Helena berdiri, ia diselimuti oleh bayangan-bayangan yang mengelilinginya, kilat dan petir timbul dari bayangan yang menutupinya itu. Elara tidak bisa mengenalinya, ia bahkan tidka bisa mendekat.

Angin semakin kencang dan badai sungguh datang, Elara terpaksa mesti mendarat dan merubah wujudnya. Ia sama sekali tidak bisa melangkah barang sedikit.

Ia menggigit bibir bawahnya, sedetik kemudian hingga Helena kemudian akhirnya sadar bahwa energi dirinya seolah terhisap, ia merasa lemas dan tak bertenaga. Dari tubuhnya bukan lagi asap yang keluar dan menguap, melainkan kulitnya tampak retak selayaknya cermin.

Sialan ....

Apapun itu yang memang tengah bertingkah menyebalkan di depan sana, Elara tidak bisa mengalah dengan mudah seperti ini. Ia tidak memerhatikan bagaimana beberapa rekan sesama penyihirnya justru telah menjerit kesakitan, atau mengerang seolah tengah tersiksa.

Elara tidak pernah memiliki waktu untuk memerhatikan orang lain. Itulah mengapa sulit baginya untuk melihat keadaan yang nyatanya sungguh telah menjadi ancaman baginya.

Mereka saja sulit untuk bertahan, lantas apa yang membuat Elara bisa dengan begitu sombongnya merasa ia bisa melawan?

Sambaran kilat-kilat yang bersembunyi di balik awan perlahan membentuk sebuah rune asing yang melingkar di atas sosok yang diselubungi bayangan. Di sisi lain, Elara menggigit bibirnya kuat-kuat hingga tak sadar berdarah, sehelai benang keluar dari telapak tangannya.

Dan itu adalah tindakan ceroboh yang dilakukan seorang penyihir di saat genting seperti ini.

Benang itu berwarna keemasan, dan Elara menariknya keluar dari telapak tangannya dengan rasa nyeri tak tertahankan. Ini adalah teknik terlarang yang seharusnya tidak boleh, dan tidak akan pernah diperbolehkan untuk dilakukan oleh seorang Mednik.

Dari mana Elara mengetahuinya? Oh, ia sudah berkelana begitu jauh meskipun semulanya tidak seorang diri melainkan bersama dengan Riven. Seorang budak yang diselamatkan oleh Kerajaan Roseline atas titah Hardin yang saat itu masih seorang Putra Mahkota. Elara masih ingat dengan jelas bagaimana ia yang hanyalah budak yang ditawan oleh Kerajaan Carran justru dipertemukan dengan seorang Guardian I yang melakukan misi tambahan tidak resmi berdasarkan perintah Hardin.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now