30. Bisikan Yang Membayangi

57 16 4
                                    

Sudah satu bulan berlalu sejak insiden penyerangan yang dilakukan Elara di Kota Verdandi, Dellway. Dan kini, negeri ini masih mencoba mengobati luka yang sempat menganga ditinggalkan oleh penyihir itu.

Atas kesepakatan bersama para tim yang mencari jasad Rue, pemakaman akhirnya dilakukan di hutan tersebut karena tidak adanya kemungkinan untuk memindahkan jasad Rue yang sudah semakin memburuk.

Pemakaman itu dilakukan secara sederhana, meski tidak dengan upacara pelepasan, tetapi tim pencarian sempat mengirimkan laporan pada pihak pusat untuk menyampaikan kesepakatan mereka. Upacara berduka tetap dilakukan di Dellway, bersamaan dengan pemakaman jasad Rue di hutan Roseline.

Selesai pemakaman, para tim tidak berlama-lama di negeri yang dimungkinkan akan memicu konflik dengan Dellway tersebut. Beberapa kabar tentang festival pengesahan kekaisaran sempat terdengar hingga Dellway, dan sepekan setelahnya, pernikahan Raja Aaron dan Putri Altheia pun akan dilaksanakan secara meriah di Cartland.

Alice memandang tanaman yang berada di halaman kediaman Lefrandt dengan tatapan sayu. Tanaman-tanaman itu sudah semakin kering, melepaskan daun-daun keringnya. Mungkin bulan depan salju akan turun, dan Dellway akan kembali menjadi negeri yang memutih persis kala pertama kali Alice mendatangi Dellway.

Gadis itu menghela napas, sudah lama sekali Alice tidak mendatangi Cartland. Tidakkah ada kesempatan baginya untuk bisa mendatangi rumahnya? Atau berkunjung ke makam ibunya?

"Apa yang kau lakukan di sini?" Matthias berjalan pelan, dengan beberapa dokumen yang lelaki itu bawa. Sepertinya lelaki itu baru saja kembali dari berbagai macam pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Alice membalikkan badannya, gadis itu tersenyum tipis. "Aku mampir sebentar setelah bertemu dengan Farley. Ternyata kau belum pulang, jadi aku berkeliling melihat tanaman," jawab Alice.

"Ternyata benar apa yang Hansel katakan, kau menyukai tanaman herbal."

Matthias tertegun, ia berjalan mendekati Alice, "Aku sudah lama tidak merawatnya."

"Tapi keadaan tanaman ini masih cukup bagus," timpal Alice.

"Itu pasti karena mereka dirawat oleh para pelayan di rumah ini."

Alice menoleh menatap Matthias, sedangkan Matthias masih memperhatikan tanaman-tanaman tersebut. Menyadari adanya sorot mata yang tengah menatapnya terang-terangan, Matthias menoleh.

Sedetik kemudian, Alice terkekeh.

"Ada apa?" tanya Matthias.

Alice kini beralih hanya tersenyum, gadis itu menutup mulutnya menatap Matthias dengan tatapan-yang Matthias sendiri tidak mengerti maksudnya.

"Kau benar-benar seorang bangsawan. Kau mempunyai banyak pelayan."

Matthias mengangkat kedua alisnya, tidak menyangka Alice akan berkata seperti itu. Lelaki itu berdeham, tidak tahu harus menjawab apa.

"Dulu aku bagian dari para pelayan itu ... asal kau tahu. Aku tidak menyangka pula bahwa ayahku adalah bangsawan ...." Senyum dari wajah Alice perlahan sirna, ia menatap taman di kediaman ini dengan pandangan sayu.

Kilas memori tentang pembicaraan terakhir Alice dengan ibunya membuat gadis itu terdiam. Saat itu ibunya begitu bahagia tatkala mengetahui kenyataan bahwa Alice telah mendatangi Dellway, dan telah bertemu dengan neneknya.

Matthias menoleh. Kali ini berganti lelaki itu yang memandangi Alice, sedangkan Alice hanya diam dan mencoba sebisa mungkin mengontrol ekspresinya agar tidak terlihat murung.

"Kau merindukan ibumu?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Alice menoleh terkejut. Keduanya saling pandang, Alice menatap Matthias terkejut, sedangkan Matthias masih mencoba untuk memahami apa yang Alice rasakan.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now