64. Gemuruh Ketakutan

47 13 1
                                    

Matthias memicingkan matanya beberapa kali, pandangannya berkabut dan buram, ia menggelengkan kepalanya dengan langkah yang seperti terseret. Lelaki itu bahkan berpegangan pada tembok.

Seorang pelayan berjalan mendekat ketika melihat Matthias yang terlihat hampir ambruk.

"Aku tak apa, lanjutkan saja pekerjaanmu," ucap Matthias. Mulanya pelayan itu tampak ragu untuk membiarkan Matthias, alhasil ia pun hanya diam di tempat dan memerhatikan bagaimana langkah dari tuannya itu semakin membawa punggung Matthias menjauh.

Matthias sadar bahwa ia kelelahan, tapi ia juga tidak menerima kenyataan tersebut. Teman-temannya pergi meninggalkan Dellway, alangkah payahnya Matthias jika ia lelah dalam keadaan yang lebih aman dibandingkan mereka.

Musim panas sudah datang, dan kali ini sama sekali tidak menyenangkan. Ingatan samar dalam diri lelaki itu ialah mengenai Teluk Rhaenys dan bagaimana kala itu hari-hari masih lebih menyenangkan dan tenang dibandingkan sekarang.

Dellway berada dalam ancaman, kemunculan para penyihir yang telah turun langsung ke medan perang nyatanya menyulitkan para pasukan. Sayangnya, kemampuan Ishvela memanglah tidak diperuntukkan untuk penyerangan, tak banyak.

Rumah kini telah sepi, dan keadaan Dellway—meskipun lebih aman dari medan perang yang jauh di luar sana—tetap saja membuat cemas, tak ada yang tidak gelisah. Para rakyat merapalkan doa, putra atau kerabat mereka tengah berjuang mempertahankan negeri dan alangkah besar harap mereka untuk dipertemukan kembali dalam keadaan selamat. Para bangsawan menautkan jemari cemas, strategi semakin sulit dirancang dan Ratu Idrina—benar, Ratu Dellway—bahkan lebih tampak lelah dibandingkan Matthias.

Ini adalah keadaan yang buruk. Dellway tak menyangka keadaan akan menjadi seburuk ini. Baru mereka menghela napas lega sebab penyerangan tiba-tiba terhadap barak musuh berhasil dilakukan dan Roseline setidaknya bisa terdesak mundur.

Tapi dengan kehadiran para penyihir yang mulai melakukan penyerangan dan bagaimana perang terus pecah serta kabar-kabar buruk sampai hingga ke dalam istana, Dellway sungguh tak bisa menahan diri untuk tidak merasa gelisah.

Helena, barangkali menjadi satu-satunya harapan.

Matthias menghela napas setibanya ia di kamarnya, lelaki itu langsung ambruk bahkan sebelum ia tiba di kasurnya. Dia belum makan siang, bahkan semalam pun tak sempat.

Ia akan mengutuk Roseline jika setelah ini ia sama sekali tidak bisa lagi memakan apapun sebab Dellway berhasil direbut.

Samar-samar, pendengaran mendengar suara yang sangat familier. Suara yang justru menusuk dada Matthias persis seperti tombak runcing yang menembus tubuhnya.

Biasanya, sebelumnya, seseorang akan mengomel atau menyindirnya secara kasar jika Matthias terlalu kacau hingga berantakan seperti ini. Ia akan datang, bertingkah seperti tuan rumah, mengomeli Matthias, menyindir dan lainnya, meneguk anggur tanpa seizinnya atau bahkan berbaring di kasur selayaknya si pemilik kamzr.

Dan tiba-tiba, Matthias bisa merasakan betapa kosongnya kediaman ini. Tak ada yang tersisa selain dirinya dan para pelayan—ibunya lebih nyaman tinggal di Lounne—dan itu membuat Matthias merasa begitu kecil.

Mulanya kediaman ini begitu ramai. Dale beberapa kali datang untuk melihat keadaannya sejenak, sebelumnya pula Andreas, Merlin, dan Veora tinggal di tempat ini.

Sebelumnya pula, Hansel sering tidur di kediaman ini. Ia berucap bahwa kediaman ini terasa cukup untuk dikatakan rumah olehnya dibandingkan rumahnya sendiri.

Padahal ini hanyalah bangunan luas dengan penghuni yang tidak seberapa. Bahkan dibandingkan itu, Matthias lebih yakin kediaman Atwood lebih terasa hidup dibandingkan tempat ini.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now