39. Keterkaitan Dendam

58 13 14
                                    

"Energinya semakin bergejolak. Semakin lama ia tinggal di tempat ini-terlebih dekat dengan pusaka, pasti akan semakin menyakitinya."

Ucapan itu terdengar begitu pelan, seperti bisik-bisik samar yang tidak sengaja Helena dengar di sela-sela tidurnya. Gadis itu menggerakkan jemarinya pelan, kesadarannya sudah kembali setelah berhari-hari berlalu.

Perlahan, Helena akhirnya sadar bahwa suara orang yang sedang berbincang itu ternyata adalah Julia. Gadis itu membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjapkannya. Helena tidak tahu ia berada di mana. Sebuah ruangan dengan tirai yang tertutup, serta beberapa lilin yang menjadi sumber penerangan. Helena belum bisa menggerakkan badannya, ia merasa setiap sendinya kaku dan sulit digerakkan. Alhasil, ia pun hanya bisa melirik ke sekitar dengan badan yang tetap terasa lemas.

"Asap itu semakin jelas, terlebih ia pernah berkontak langsung dengan Svatigais, aku ragu ia tidak akan terus menerus kesakitan."

"Perlindungan itu pasti akan berbalik menyerangnya. Apa yang harus kita lakukan?"

"Ratu belum memberikan keputusan. Alih-alih, beliau justru ingin melihat perkembangan lebih lanjut sebelum memberi titah."

Julia menghela napas, ia tidak tidur selama semalaman karena terus menjaga Helena yang masih tidak kunjung sadarkan diri. Sudah hampir sepekan sejak Helena jatuh pingsan di Gua Ortham, dan keadaannya semakin memburuk. Alice dan Greya-yang adalah seorang Szihla-sudah melakukan berbagai macam cara untuk mengobati Helena.

Tetapi semua itu sepertinya tidak membuahkan hasil. Alice kini sudah tidak lagi sering datang kemari, sedangkan Ophalia-ah, Julia bahkan tidak ingat bahwa Helena juga memiliki teman yang lain.

Alice mulai mempersiapkan kepergiannya menuju Cartland, itulah yang ia katakan di hari terakhir gadis itu datang untuk merawat Helena, sedangkan Ophalia, Julia duga gadis itu sibuk untuk mengasah kemampuannya.

Wanita itu melirik ke arah Helena dengan pandangan lelah, kepalanya mulai terasa pening sebab kurangnya tidur.

Ketika mendapati Helena justru telah membuka matanya, melirik ke arah Julia dengan tatapan kosong. Julia mendekati Helena dengan cepat, ia duduk pada kursi di samping tempat tidur Helena dan langsung menggenggam tangan Helena, menatap Helena khawatir.

"Helena, kau sudah sadar?" Julia menyentuh pipi Helena, rasanya masih panas seperti hari-hari sebelumnya. Gerakannya terhenti seketika, panas itu tiba-tiba berangsur turun, Julia menoleh ke arah Farley yang berdiri di sampingnya.

"Energinya mulai berputar, Julia. Kuduga ia akan-"

"Dingin ..." gumam Helena pelan, sangat pelan bahkan menyerupai bisikan.

Julia membulatkan matanya, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, "Farley, nyalakan perapiannya. Aku akan ambil selimut tambahan."

Farley yang masih berdiri dan diam memperhatikan sontak terkejut, dan dengan cepat langsung menghampiri perapian. Julia sudah pergi meninggalkan ruangan untuk mengambil selimut dan pakaian hangat, sedangkan Helena hanya bisa diam dengan ribuan pertanyaan yang tumbuh seiring detik berlalu.

Di mana ia kini berada? Apa yang terjadi padanya? Di mana Alice dan Ophalia?

Selesai Farley menyalakan perapian, Julia pun datang dengan membawakan beberapa selimut serta pakaian hangat. Wanita itu langsung memakaikan Helena sarung tangan, syal, bahkan mantel, disertai selimut tebal berbahan dasar wol.

Helena hanya pasrah, ia diam dan tidak banyak bergerak. Ia merasa sangat lemas, benar-benar seperti orang sakit.

"Julia," panggil Helena pelan, ia sempat tercekat ketika merasakan sakit di tenggorokannya-rasanya seolah ribuan jarum menancap di dalam sana.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now