46. Kilas Ingatan Yang Terlupakan

61 14 4
                                    

Seline memandang keberadaan Hardin yang tengah sibuk membaca buku-yang telah dibawanya tersebut-dengan tatapan bosan. Gadis itu tidak memiliki keinginan untuk membaca, Seline ingin segera kembali ke asrama.

Tetapi Hardin justru memaksa Seline untuk tidak meninggalkan perpustakaan, dengan tanpa menyertakan alasannya.

"Alexandro Mcqueere adalah pencetus penyerangan yang terjadi pada Istana Delima. Kurasa selain pengkhianat, dia juga memberikan kutukan," ucap Hardin datar, tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran buku yang tengah lelaki itu baca.

Seline menaikkan sebelah alisnya, hanya diam berdiri berjarak beberapa langkah dari Hardin yang tengah duduk. Gadis itu tidak merespons, hanya diam.

Selang beberapa saat, Hardin pun melirik ke arah Seline. "Penyerangan itu membuat telingaku berisik."

Seline menatap Hardin tidak mengerti, ia lalu membuka mulutnya. "Katakan apa mimpi burukmu?"

Ah, rupanya itu alasan Pangeran ini tiba-tiba berkata hal yang tidak bisa Seline pahami tersebut. Ia ingin membuat dirinya tidak merasa aneh sebab ingin mengetahui mimpi buruk Seline, dengan cara menceritakan sedikit tentang dirinya.

Tetapi apa yang Hardin katakan tetap saja tidak bisa Seline pahami. Selain pintar, Putra Mahkota Roseline juga senang berkata-kata, atau sederhananya membuat teka-teki.

Sempat beberapa saat menatap netra dingin Hardin, Seline pun menunduk. "Kematian," jawab Seline, "Saya melihat kematian."

"Itu buruk?"

Pertanyaan itu terdengar polos. Entah mungkin sebab Pangeran ini memang tidak takut akan apapun termasuk kematian.

"Bagi saya itu buruk."

Respons Seline tersebut membuat Hardin terdiam, ia lalu menutup buku bersampul hitam yang tengah lelaki itu baca. Setelahnya, Hardin pun beranjak berdiri dan berjalan menghampiri Seline.

Seline hanya diam di tempat, ia tidak mengerti mengapa Hardin tiba-tiba berjalan mendekat. Gadis itu bahkan tidak bisa menghindar, rak di belakangnya membuatnya terpaksa diam di tempat.

Lelaki itu berhenti tepat di hadapan Seline. Memandang lekat netra Seline dengan pandangan dingin dan tanpa ekspresi. Seline hanya bisa diam, dan terpaksa terkunci dalam tatapan Hardin.

"Kau adalah seorang Guardian."

Seline mengerjapkan matanya, tidak mengerti.

"Kau harus patuh terhadap titah anggota keluarga kerajaan, benar?"

Gadis itu lalu mengangguk kecil, dengan mata yang masih terkunci pada manik biru milik Hardin.

"Kuperintahkan padamu, ceritakanlah seluruh mimpimu."

Sebab Hardin tidak pernah lagi bermimpi dalam tidurnya. Hanya kegelapan yang membekap, atau barangkali yang lebih sering hanyalah kebisingan tanpa henti.

Entah sejak kapan, Hardin merasa tidur dan sadarnya sama sekali tidak berguna, tidak berbeda. Maka mungkin, seburuk apapun mimpi gadis ini, itu bisa menjadi hiburan singkat bagi Hardin.

Seburuk apa mimpi kematian yang ditakuti oleh Guardian ini?

Netra Seline membulat seketika tatkala ia mendengar kalimat yang terlontar dari lisan Hardin. Gadis itu tidak bisa langsung merespons, melainkan menatap Hardin dengan pandangan yang tidak mengerti.

Mengapa Pangeran ini ingin mendengar cerita tentang mimpinya?

Tidak penting.

Seline bahkan akan bersyukur jika tidurnya lelap tanpa adanya mimpi. Ini bukanlah hal menarik, bukan hal yang seharusnya diketahui seorang Putra Mahkota.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant