10. Permulaan Kekacauan

98 24 4
                                    

Sudah satu bulan berlalu sejak kematian Raja Stewart dan Ratu Lilly-Anne. Aaron kini sudah menjadi Raja baru Cartland, setelah upacara penobatan dilakukan sepekan setelah pemakaman dan pekan berduka.

Cartland masih mencoba beradaptasi dengan perubahan yang ada. Meski nyatanya belum ada sedikit pun perubahan yang dirasakan signifikan, Aaron sebagai Raja terus mengupayakan agar kondisi yang dialami rakyat negeri ini bisa berangsur membaik.

Dan beginilah kini, Farrel menjalankan hari membosankannya. Lelaki itu tidak kuat menahan lapar, makan siang yang ia terima dari pihak istana sama sekali tidak mengenyangkannya. Pilihan yang tepat untuk pergi keluar, ke pasar terdekat.

Lelaki itu merogoh sakunya, hanya ada beberapa keping koin di sana. Jika satu tahun yang lalu, koin ini bisa membeli beberapa potong roti untuk dimakan oleh dua orang — dirinya dan Alice — tapi situasi sekarang sudah berubah, sepotong roti kini dihargai dengan beberapa keping koin ini.

Roti menjadi makanan yang cukup mewah, apalagi jika roti berkualitas bagus — yang setahun yang lalu adalah roti berkualitas standar — wajar jika harga untuk membelinya naik.

"Yakinkan aku bahwa pilihan untuk membeli roti hari ini tidak akan membuatku kelaparan beberapa hari ke depan," gumam Farrel sembari menatap koin miliknya itu.

Lelaki itu kemudian menengadah, menatap keramaian pasar yang dipenuhi oleh beberapa orang yang hilir mudik. Salah satu kedai roti berada di sudut pasar, kedai paling ramai dan terkenal sebagai pembuat roti terbaik di kota ini.

Kedai itu sebenarnya terkenal akan Wubble Bread yang paling enak. Tetapi roti itu tidak cukup untuk mengenyangkan. Farrel ingin membeli roti daging, atau jika uangnya tidak cukup, roti tawar saja tidak masalah.

"Farrel!" seru seseorang dari kejauhan, membuat Farrel sempat menghentikan langkahnya, ia menoleh ke kanan dan kiri, tetapi tak menemukan seorang pun yang sepertinya memanggilnya. Farrel melanjutkan langkahnya menuju kedai roti.

Dari salah satu tenda seorang pedagang, keributan terjadi, Farrel mau tak mau menoleh ke sumber suara.

Seorang pedagang tengah berteriak, ia menendang seorang bocah dengan badan kurus seraya memarahinya, "Dasar anak bodoh! Kenapa kau menjatuhkan barang daganganku!? Kau ingin mencuri? Iya!?"

Pemandangan itu membuat beberapa orang sempat menghentikan langkahnya, tetapi tidak begitu lama karena mereka langsung beralih dan sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Tak ada seorang pun yang menaruh kasihan pada bocah itu, dan itu membuat Farrel menggigit bibirnya.

"Tidak ... aku tidak sengaja, Paman ..." cicit bocah itu bersimpuh, menunduk meminta pengampunan.

Sang pedagang dengan emosi yang sudah meluap-luap memandang bocah lelaki itu dengan pandangan jengkel, ia sudah melayangkan tangannya hendak memukul bocah itu tetapi kemudian ditahan oleh Farrel.

Farrel menghampiri mereka, dengan keberanian yang entah datang dari mana.

Pedagang itu sontak saja langsung menoleh kesal ke arah Farrel, "Siapa kau?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Apa yang dia lakukan paman?" tanya Farrel, melirik ke arah bocah yang sedang bersimpuh sembari menahan tangis.

"Ia menjatuhkan barang daganganku! Lihat! Walaupun hanya sayuran, ia membuat daganganku rusak karena sudah terinjak oleh banyak orang. Dia pasti berniat mencuri."

Mendengar penjelasan dari si pedagang sayuran itu, Farrel menghela napas, ia lalu menyerahkan kepingan koin yang semula hendak ia gunakan untuk membeli roti pada pedagang tersebut. Pria itu mengerutkan keningnya, "Kau membayar ganti rugi atas perbuatan anak itu?"

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Där berättelser lever. Upptäck nu