07. Garis Persiapan

91 38 3
                                    

"Apakah para bangsawan pun seperti ini?" Andreas melontarkan pertanyaan, dengan kakinya yang melangkah keluar dari bak pemandian.

Merlin melirik sekilas, ia lalu melemparkan handuk ke arah Andreas secara asal. Setelahnya, lelaki itu pun pergi berlalu meninggalkan bilik mandi yang ada di ruangannya.

Andreas dalam keadaan basah tentu saja langsung mendengkus menerima handuk tersebut. Dengan cepat lelaki itu mengambil handuk itu dan melingkarkannya di sekitar pinggangnya.

Ini terasa aneh. Andreas terbiasa mandi di pemandian dengan bak mandi yang sangat luas. Bukan hanya seukuran seorang saja.

Ya, setidaknya kali ini Andreas memang mandi menggunakan air hangat dari rumah mewah, terlebih keluarga Leanor. Keluarga paling kaya yang ada di negeri ini. Andreas harus bangga akan hal tersebut.

"Itu berarti kau setiap pagi seperti tuan putri? Bangun tidur dan mandi pada bak mandi dengan air hangat yang sudah disiapkan —"

"Cepat berpakaian. Kau membuat pelayanku heran karena tiba-tiba meminta air untuk mandi."

Ucapan Andreas yang terpotong membuat lelaki itu memutar bola mata malas. Alih-alih memakai pakaiannya, Andreas dalam keadaan bertelanjang dada justru berjalan menghampiri cermin, ia memandang potret dirinya, menyisir rambutnya, sesekali mengusap ujung dagunya.

Merlin sendiri sibuk berdiri memandang jendela. Ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh temannya tersebut.

Bagi Andreas, kehidupan seperti ini sangatlah nyaman. Andai saja keluarga Leanor berbaik hati ingin mengadopsinya— seorang lelaki dewasa berusia 31 tahun yang sebenarnya sudah bisa menafkahi keluarga dan anak istri tetapi masih sibuk melajang dan menganggur—Andreas pasti akan menjalani hari dengan penuh rasa syukur.

Rumah yang luas, ornamen yang mewah, beberapa karya seni bahkan sempat Andreas lihat ketika ia baru saja memasuki rumah ini. Keluarga Leanor adalah keluarga yang benar-benar memiliki harta yang berlimpah. Siapa yang menduga bahwa Merlin temannya itu adalah putra dari keluarga ini?

Ya, Andreas masih ingat betapa terkejutnya ia ketika bertemu dan berkenalan dengan Merlin untuk pertama kalinya.

Andreas merasa seperti bertemu dengan seorang bangsawan.

Merlin membalikkan badannya, mulutnya menganga ketika melihat penampakan Andreas yang sibuk bercermin sembari berpose tidak jelas, sesekali lelaki itu tersenyum, menengadah, mengerutkan alisnya.

Demi tuhan.

Andreas yang sedang seru-serunya menatap pantulan dirinya merasa seolah sedang diawasi. Dengan perlahan lelaki itu menoleh, dan mendapati Merlin tengah berdiri seraya bersedekap tangan.

Persis seperti bangsawan yang geram melihat kelakuannya. Tapi Andreas hanya tersenyum, menunjukkan cengirannya, membuat lelaki itu memutar bola mata malas.

Merlin lalu melangkah menghampiri lemari pakaiannya, Andreas hanya mengerutkan alisnya. Dengan keadaan masih bertelanjang dada, lelaki itu lalu menoleh melihat pakaiannya, Andreas mulai mengenakan pakaiannya.

"Pakai ini," ucap Merlin melemparkan kemeja tepat sebelum Andreas memakai kemeja lusuhnya.

"Kau memberiku ini?" Andreas menerimanya, ia menatap Merlin heran, beberapa detik setelahnya, lelaki itu memasang ekspresi datar, "Aku masih bisa membeli pakaian asal kau tahu."

"Aku tahu," Merlin duduk di ujung tempat tidurnya, "Tapi pakai saja, tidak ada salahnya."

Andreas mendecak, ia lalu memakai kemeja tersebut, tak lama kemudian suara ketukan terdengar.

"Masuk," ucap Merlin, barangkali itu adalah seorang pelayan yang ingin membereskan bilik mandi yang baru saja dipakai oleh Andreas.

Tetapi alih-alih seorang pelayan, sosok yang muncul di balik pintu justru adalah Veora. Merlin membulatkan matanya.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now