43. Tragedi Pernikahan Aika

74 3 0
                                    


Pintu kantor dibuka lebar, seorang wanita muda masuk ke ruangan tempat Arbie dan Aika sedang sibuk bercengkerama. Dia berdiri di ambang pintu dengan pandangan mata yang nanar. Wajahnya merah, dia mendekat denga sebilah pisau di tangannya. Arbie menarik Aika di belakangnya.

"Kau janji akan menikahiku, Mas!" teriaknya dengan tangan yang gemetaran.

"Kapan aku bilang begitu padamu? Letakkan pisaumu, ayo kita bicara!"

"Aku tak ingin bicara padamu, seperti yang sudah-sudah! Kau pilih aku atau wanita itu! Aku hamil, Mas!" teriaknya lagi.

Aika meremas pundak suaminya, dia mendorong Arbie dan berjalan mendekati wanita gila yang mengaku hamil anak suaminya.

"Mundur! Atau aku akan membunuhmu!"

"Apa kau takut, kebohonganmu akan terbongkar? Makanya, kamu kemari dengan sebilah pisau ini?" tanya Aika tenang.

"Aku akan menusuk anak di dalam kandunganmu!" teriaknya lagi. Urat lehernya tercetak jelas. Wanita bertubuh cungkring itu mendekat, dia mengacungkan pisau kecil itu lebih dekat.

Arbie mencoba menarik Aika, tetapi, terlambat. Wanita gila itu berteriak, dia maju dan siap menikam Aika. Aika pun ikut maju, dia mengayunkan tas tangan yang masih ada di tangannya. Perut besarnya, sama sekali tidak memengaruhi gerakannya yang masih lincah.

Pisau itu pun jatuh ke lantai. Aika maju dan meloncat ringan untuk melancarkan tendangannya yang mengenai perut wanita itu. Wanita gila itu pun terlempar dan menabrak dinding. Dia meringis menahan rasa sakit.

Aika maju, dia memasang kuda-kuda. Kini, kakinya sudah ada di depan wajah wanita gila yang bernama Raisa itu. "Apa kau ingin merebut suamiku dengan cara ini?" Aika menarik sudut bibirnya.

"Aku akan merebutnya darimu!"

"Aika, kamu bisa terluka, sudah hentikanlah!" Arbie menarik istrinya. Dia pun memeluknya erat, "kau ini!"

Wanita itu berdiri, dia memungut pisau kecilnya dan kini menghujamkannya ke pinggang Arbie.

Aika berteriak kuat, Raisa menjatuhkan pisaunya. Kini tangannya berlumuran darah. Aika menahan tubuh suaminya yang perlahan jatuh tersungkur.

"Tolooooong!" lolong Aika kuat. Dia melepaskan jilbabnya dan menggulungnya untuk menekan luka suaminya agar darah tak makin bercucura. Arbie mengerang, dia menahan rasa sakit yang ada di perutnya.

"Maafkan aku, Aika."

"Diamlah! Kau terluka, jangan banyak bergerak."

Aika masih bisa bersikap tenang di kondisi sekritis ini. Arbie memejamkan matanya, dia memegangi tangan Aika erat. Rasa takut tiba-tiba saja menyergapnya. Dia tak ingin mati muda.

Aika menepuk dadanya. "Aika tenanglah, tenanglah!"

Seseorang datang, dia memanggil teman-temannya dan mengangkat Arbie dari sana. Aika ikut dengannya ia terus berada di samping suaminya itu. Darah segar yang mengucur dari perutnya membasahi pakaiannya.

"Aika, tutupi rambutmu sayang."

Aika hanya mengangguk pelan. "tak apa, aku akan menutupnya kembali nanti, kita ke rumah sakit sekarang, pegang tanganku kuat, sayang."

Aika terus berjalan sampai ke mobil. Sepanjang jalan, Arbie tak melepaskan pegangannya pada istrinya itu. Kepalanya sudah mulai terasa pusing dengan mata yang kabur.

"Aika, aku tidak menyentuhnya. Dua hari aku habiskan untuk mengerjakan proposal, aku bahkan tidak sempat makan atau bahkan mandi. Mana mungkin aku main gila. Kau percaya padaku kan?"

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now