12. Ramuan buatan Ratna

106 4 9
                                    

"Ramuan apaan, Ma?" tanya Aika penasaran pada air hitam di dalam cangkir yang disuguhkan padanya. Kening wanita itu berkerut memperhatikan setiap bulir yang ada di pinggiran cangkirnya. 

"Masa kamu udah nikah setahun nggak hamil juga, coba diminum dulu! Katanya itu bisa buat kamu hamil!!"

"Padahal masalahnya bukan itu," gumam Aika pelan.

"Apa katamu?!" teriak Ratna. 

Aika tertawa kecil, dia senang sekali mendapat perhatian kecil Ratna, ibu mertuanya. Dia pun mendekat dan membisikka sesuatu, "padahal, Aika bisa bikin sendiri, berutung banget, punya mertua perhatian banget," katanya pada Ratna yang sukses membuat wanita paruh baya itu tersenyum padanya. 

"Asiiik, makasih ya, Mama." 

Wajah wanita paruh baya itu berseri-seri. "Mama, Aika tahu loh, krim perawatan yang bisa bikin, wajah Mama yang cantik ini jadi 10 tahun lebih muda."

Aika mengeluarkan sebuah tas kertas berisi skincare. Wanita paruh baya itu berbinar. Dia menerimanya dengan senang hati. "Nanti, panggil Aika kalau mau pake, Aika akan langsung loncat di depan Mama untuk pakein. Oke?" 

Perkataan manis Aika sukses membuat Ratna adem dan tidak memarahinya. Ibu mertuanya itu pun pergi ke ruang kerjanya dan meninggalkan Aika di dapur sendirian. 

Kini, tinggal dia seorang, dia menatapi gelas di depannya dengan seksama. "Apa bisa hamil kalau nggak gituan? Apa ini ramuan pentransfer janin ya?" gumam Aika pelan. 

Mario menghampiri adik iparnya yang terlihat hanya diam memperhatikan gelas di atas meja. Dia berdiri di samping Aika dan ikut memperhatikan isi gelas itu. 

"Ramuan apaan, Dek?" tanyanya penasaran. 

"Katanya bisa bikin hamil, Abang mau cobak?" sahut Aika datar. 

"Emang masih negatif?" tanya Mario pelan. 

"Ya gimana mau positif kalau dia gak nafsu," sahut Aika datar. 

Mario menarik bahu Aika sampai dia berpaling ke arahnya. Dia memperhatikan penampilan Aika dari atas sampai bawah. Tidak ada yang salah. Makeup tipis, baju sopan. Wajah cantik tanpa cela. Bibir tipis tak salah warna. Apa yang salah dari Aika, pikir Mario. 

"Kamu mau saya kasih tahu cara agar Arbie posesif sama kamu?" 

"Bagaimana caranya?" tanya Aika. Dia mendekatkan kepalanya ke arah abang iparnya itu. 

Belum lagi sempat sempat berbicara pada Aika, ibunya sudah datang dan kembali ke dapur. Saat melihat Mario menatap adik iparnya dengan serius, dengan tangan yang memegangi lengan adiknya itu, dia pun langsung naik pitam. 

"Apa yang kalian lakukan?" hardiknya.

Aika yang terkejut dengan kemunculan ibu mertuanya itu lalu pura-pura merapikan kerah kemeja Mario. "Ini, Ma, ada ketombe di bahu bang Mario," katanya cepat. 

"Duuuh, kamu ini, jangan dekat-dekat berdirinya. Sudah, kamu Mario, duduk sini," titah Ratna lagi. 

Aika menghela napasnya, dia tertawa kecil. "He-he-he-he."

"Itu kenapa juga belum diminum?" tanya Ratna dengan suara kuat. 

Aika langsung menyambar gelas itu dan menenggaknya sampai tandas. Minuman itu meleleh di sudut bibirnya. Rasa pahit, getir, dan bau yang tak menyenangkan berpadu apik di mulutnya  membuat dia harus menahannya agar tidak memuntahkan ramuan itu. 

"Duuuh, minum pelan-pelan!" omel Ratna lagi. "Lihat jadi berantakan ke mana-mana!" omelnya lagi. 

Mario menyodorkan tisu, "muntahkan saja, kau terlihat mengerikan."

Pengantin Cadangan 2Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα