2. Kebohongan Aika

345 11 13
                                    

Apa benar, ibunya mengatakan itu? Apa benar, ibunya memintanya menghamili Aika?

Aika mencoba bangkit dari kursinya, tetapi Arbie menahannya. Dia mencari manik mata Aika untuk mengkonfirmasi kebenaran. Gadis cantik di depannya itu tak pernah berani berbohong padanya.

"Mama bilang apa?" tanyanya sekali lagi.

"Mama bilang, kita berhenti saja, mungkin kita emang udah gak cocok lagi."

"Masa? Emang, kamu yakin, akan melepaskan kesempatan untuk menjadi istri dari laki-laki seperti aku?"

Aika menghela napasnya, "apa untungnya menjadi istrimu, Mas?" kata Aika di dalam hatinya.

"Jawab dulu, mama bilang apa?"

"Apa kalau aku bilang kau akan percaya?" tantang Aika.

Arbie membopong istrinya ke atas ranjang. Dia meletakkan wanita cantik itu dengan lembut. Aika menarik scarf kecil dari kepalanya, dia merebahkan tubuhnya yang terasa kaku dan kepanasan karena hampir setengah jam dijemur di depan rumah.

Laki-laki di depannya menyimpan kursi roda di sisi ruangan. Arbie membuka kulkas kecil dan mengeluarkan botol air mineral dari dalamnya dan menyerahkannya pada Aika.

"Mama pasti bilang kamu jangan bikin aku makin manut sama kamu? Emang mama pikir kamu mencampurkan pakaian dalam dalam kuah sup yang kau buat, Ka?"

Aika menyemburkan air yang dia minum ke wajah Arbie yang sedang duduk di depannya.

"Astaga, maaf, Mas. Maaaf." Tangan Aika cepat-cepat meraih tisu untuk membersihkan wajah suaminya.

"Kau sengaja?" Arbie mengelap kasar wajahnya. Dia langsung membuka kancing kemejanya di depan Aika.

"Nggak sengaja, seriusan!"

"Jadi, kamu bener-bener memasukkan pakaian dalam di kuah sup?"

Aika tertawa mendengarnya, Arbie ikut tertawa. "Gila banget kalau sampai beneran," ucap Arbie lagi. Dia meraih tisu dan melap wajahnya. "Kamu nggak apa-apa, kan? Jangan disimpen, bilang aja. Kita kan sudah seperti teman. Sudah setahun juga ya, kita sekamar? Sekarang aku ingin tanya, apa kamu nyaman sekamar denganku, Ka?"

Aika mematut senyumnya, dia mengambil potongan tisu yang menempel di wajah suaminya. "Makasih ya, sudah mau menjadi temanku, Mas."

"Tentu saja," sahut Arbie cepat. "Hidup begini, lebih baik dari pada menjomblo," lanjutnya  sambil berjalan ke lemari pakaian untuk menggati pakaiannya.

Walau perinsip hidup Arbie sedikit aneh, dia menerimanya dengan lapang dada. Selama tidak ada privasi yang dilanggar, Aika tetap menghormati Arbie sebagai teman dan juga sebagai suami. Namun, tetap saja, terkadang Aika tidak bisa mengontrol dirinya saat Arbie memeluknya dari belakang. Sepanjang malam, dia tak bisa tidur. Dia pun memberanikan diri untuk berguling menatap wajah suaminya yang terlelap begitu damai.

Aika pun mengecup bibir suaminya dan itu membangunkannya. Sesaat mereka dikuasai gejolak nafsu, sampai Arbie sadar, wanita di depannya adalah Aika. Dia melepaskannya dan memunggungi istrinya itu.

"Maaf, Ka. Aku kebawa emosi, kita kan cuma berteman, tak seharusnya sampai sejauh itu. Maaf, tidurlah, aku tidak akan mengusikmu. Maaf."

Aika yang terbengong dengan perubahan sikap Arbie lalu merapikan pakaiannya dan keluar dari kamar untuk mencari udara segar.

Dia berjalan-jalan menuju taman yang ada di belakang rumah besar itu. Aika memilih sebuah sudut di taman itu yang tidak terlihat dari CCTV. Dia sengaja pergi ke sana untuk menumpahkan kekesalannya.

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now