5. Rahasiakan saja

211 8 7
                                    

Ryu duduk di sebelah Aika yang sedang menonton film kesayangannya di ruang keluarga. Dia meminta Aika menunjukkan kakinya yang terkilir. 

"Kenapa, kok, gak pake gips? Bukannya belum saatnya buka? Masih minggu depan kan?" selidik Ryu dengan wajah juteknya. 

Dua manusia itu, jika sudah bertemu, tidak akan aman rumah ini dari teriakan dan omelan. 

"Iyah, maaf."

"Kenapa kamu lewati jadwal fisio? Emang ngerasa bisa pulih sendiri tanpa itu?" 

"Aku ke sini mau nonton, bukan diomelin kamu!" protes Aika pada Ryu. 

Laki-laki bermata sipit itu mendekatkan wajahnya ke wajah Aika. "Hey, tupai! Aku ini kakak iparmu, sopan sedikit!" katanya sambil menjentikkan jari dengan kuat di dahi Aika.

Arbie berlari terhuyung memisahkan keduanya yang sudah hampir berkelahi. 

"Ya Allah, udah! Udaaaah!" 

Aika duduk di samping kiri Arbie, Ryu duduk di samping kanan Arbie. Aira keluar dari kamar dan menghampiri mereka bertiga.

Dia meminta Aika duduk di tempat lain dan mulai memeriksa kaki adiknya. "Kamu harus fisio, pakai gips lagi. Jangan maksain dulu. Ini biar kakinya sembuh total. Kamu gak mau cidera lagi 'kan?"

"Biarlah, paling juga ntar bakalan sakit lagi," sahut Aika tak acuh. Dia masih ingat hari itu, saat pertandingannya, yang membuat kakinya begini. 

Beberapa hari sebelumnya, dia terjatuh saat latihan. Kakinya tak mendarat dengan benar saat loncat. Akhirnya kakinya lebam. Semua orang sudah menyerankan Aika untuk tidak bertanding hari ini. Namun, Aika bersikeras, karena pertandingan itu sangat penting baginya. Dia akan melawan musuh bebuyutannya yang paling dia benci sepanjang kariernya.

Matahari siang itu begitu terik, Aika mengendarai skate boardnya meluncur dari rumahnya yang berada di atas bukit, menuju restoran milik Arbie. Dia sangat bersemangat, pasalnya hari ini ada sebuah pertandingan penting untuknya.

Arbie melambaikan tangannya kuat-kuat, dia menyambut kehadiran istrinya itu dengan penuh senyuman. Begitu Aika meluncur di depan restorannya dia langsung menangkap tubuh mungil Aika.

"Astaga, bahaya berdiri di pinggir jalan! Nanti kalau ketabrak gimana!!"

"Kalau ketabrak bidadari secantik Aika, Mas rela."

"Iiiiih, nyebelin! Nanti kalau kenapa-kenapa ngeluhnya udah kek kehilangan saham dunia akhirat."

Arbie tertawa kecil, dia masih belum mau melepaskan sang istri dari pelukannya. Semua mata menatap ke arah mereka, dan ada satu orang yang nelangsa melihat adegan sweet itu di sana. Dia, Guntur, asisten Arbie.

"Woooy! masih siaaang!" teriaknya dari depan restoran.

"Mas, lepasin dulu, Aika mau pergi ya? Doain Aika bisa memenangkan pertandingan hari ini."

"Mas ikut, ya, Mas mau ada di pinggir lapangan untuk menyemangati Aika. Boleh ya?" pintanya.

"Itu lagi rame, loh, udah Aika pergi sendiri aja," pinta Aika sopan. Dia tak ingin suaminya meninggalkan restoran. Pasalnya, jika penjualannya turun, dia akan mendapat amukan ibu mertuanya.

"Kau tahu, Aika, penjualan yang turun akan membuat Arbie terancam dikeluarkan dari KK. Kalau kamu sayang anak saya, kamu camkan ini!" Ucapan Ratna masih terngiang-ngiang di telinga Aika. Dia tentu tak bisa memafkan dirinya, bila sampai Arbie terkena masalah karena dirinya.

Namun, bukan Arbie namanya jika tak suka melawan orang tuanya. Dia melepas apronnya dan melemparkannya ke arah Guntur, "Gun, aku pergi dulu ama Aika," katanya berpamitan. Dia pun meloncat ke arah motor honda scoopy miliknya dan meminta Aika ikut dengannya.

Wajah tanpa rasa bersalah itu pun, memakaikan helm pada Aika. Wanita cantik yang baru setahun menjadi istri Arbie itu pun, tak bisa menolaknya lagi.

Wanita mana yang tak bahagia mendapati suami yang sangat penyayang. Walau pernikahan mereka ada karena sebuah insiden. Namun, takdir membawa cinta mereka semakin hari semakin kuat.

"Pengangan, Ka, nanti jatuh. Mas mau ngebut ini."

"Mau ngebut biar dipeluk ya, Mas?" sahut Aika kuat.

"Nanti, kalau kita punya uang, kita beli mobil biar kamu gak keujanan ya sayang?" kata Arbie dengan senyum mengembang.

"Mending duitnya buat usaha dulu, Mas, toh kita juga masih baru nikah. Menunda kesenangan 2 atau 3 tahun kan, bukan masalah."

"Ini kenapa, Mas sayang banget ama Aika. orangnya gak neko-neko, atau udah pasrah aja atau gimana, Ka?"

"Aika cium nanti ya, kalau godain terus!"

"Ya udah, Mas godainnya nanti malam aja," ucap Arbie dengan senyuman manisnya. Semua itu hanya canda tawa, karena nyatanya, keduanya tidak pernah bisa melakukan hal sederhana ala suami istri itu. 

Mereka melaju menuju lokasi pertandingan. Canda tawa Aika dan Arbie terpaksa terhenti, saat sampai di lokasi. Arbie tak ingin pulang, dia mengikuti langkah Aika. Walau sudah dilarang berulang, laki-laki tinggi itu, tetap ikut.

Aika mengganti doboknya, dia harus pergi untuk pemanasan. Arbie terus mengikutinya, dia bahkan pergi ke luar untuk membeli minuman untuk semua orang. Official dan rekan Aika tersenyum manis menatap kemesraan yang mereka tampilkan.

"Janji harus menang ya, sayang."

"Gak janjiii!" teriak Aika dari tengah lapangan. Kini dia sudah memakai helm dan pelindung dada. Dia meloncat-loncat kecil dan memasang pelindung gigi lalu mulai menatap lawannya serius.

Aika mencebik. Dia bersiap dengan kuda-kudanya, kakinya terbuka lebar dengan tangan yang siap meruntuhkan lawan.

Satu tendangan di perut lawan membuat sang lawan limbung. Tendangan itu dibalas dengan sebuah tendangan mematikan ke arah kepala. Arbie yang melihat istrinya bertanding dari pinggir lapangan, tak bisa menahan dirinya. Dia terus menyemangati Aika. Dia tak peduli dengan wajah-wajah sinis orang-orang yang menatapnya.

Sebuah tendangan back flip Aika luncurkan, tetapi dia melakukan kesalahan saat mendarat, membuat kaki kirinya tertekuk. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh lawannya. Tendangan di kepala masuk dan membuat Aika kalah poin. Namun, Aika tak mau langsung menyerah, masih tersisa beberapa menit sebelum pertandingan benar-benar berakhir.

"Aiiikaaaaa!!! Ayooooo!" teriak Arbie.

"Astaga, Mas...." gumam Aika pelan.

Aika melancarkan tendangan demi tendangan untuk merubuhkan lawan. Dan usahanya berhasil, Aika memenangkan pertandingan dengan point yang tipis. Arbie berlari ke tengah lapangan untuk memeluk istrinya.

"Aikaaa!"

Namun, di pertandingan setelahnya, lawan sudah membaca, jika gerakan Aika sedikit lemah di kaki kanannya. Dan dia pun melancarkan serangan dengan mengincar kaki kanan Aika. Dia menendang kaki kanan Aika tanpa ampun, sampai hampir saja patah. Aika mengadu dan mengerang di atas lapangan. Dia harus merelakan gelarnya diambil. 

Hati Aika hancur saat mendengar dia harus bedrest beberapa bulan sebelum kembali bertanding. Karena tak sabar, Aika pun melepas gips dan mulai latihan. Dan benar saja, kakinya makin parah. Dia harus legowo saat harus kembali digips untuk dua minggu kedepan.

"Jadi, kamu mau fisio gak besok?" tanya Ryu lagi dengan nada kesal.

"I-iyaaa, Bang!" 

"Awas gak dateng, gue jitak, lu!" ancamnya geram.

...

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now