39. Aika dan Kesedihannya

133 1 0
                                    

Apa adik kelas harus bergelayut manja begitu padamu? Pertanyaan Aika tentu saja mengganggu pikiran Arbie. Dia mengantarkan istrinya itu ke rumahnya. Mereka langsung masuk ke kamarnya. Bau. 

Bau menyengat keluar dari kamarnya. Arbie berdecak sambil menatap ke arah Aika. "kamu lupa buang popok?" tanya Arbie pada istrinya itu. 

"Hah? Tadi aku buru-buru ke ...."


Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya. Arbie masuk ke kamar dan menemukan dua popok yang tergeletak begitu saja di lantai. "Aikaaaa!" 

Dia mengambil popok itu dengan cara menjimpit ujungnya dan meletakkannya di dalam tong sampah berpenutup di kamar mandi. Kamar mandi pun sama buruknya dengan kamar tidurnya yang acak-acakan. 

"Kamu ini, ruangan sempit gini aja nggak bisa rapi, gimana kalau kita tinggal sendirian, Ka? Udah karam rumah kita dengan sampah dan mainan."

Ratna menyadari anaknya datang, dia pun segera menemui mereka di kamar Aika. Dia pun ikutan berang melihat kamar Aika yang mirip tempat sampah itu. 

"Duh, kamu ini, tolong pengertiannyalah! Arbie itu harus bantu ngurus kerjaan Mario, Aluna ngurus Mario di rumah sakit. Kamu cuma disuruh urus anak dua aja susah banget, sih. Kenapa kamar berantakan gini? Mau tidur di mana anakku?" teriakan Ratna membangunkan Angkasa dan Aruni.  "Duuuh, cucu nenek kaget, ya, sini-sini sama nenek."

Arbie melepas jasnya dan melemparkannya ke sembarang arah dan membuka kancing kemejanya. Dia mendadak menjadi dingin setelah sakit yang dialami Mario secara tiba-tiba. Sebagai anak ke dua di keluarganya, dia harus selalu siap menggantikan sang kakak. Dan, saat itu pun terjadi juga. 

"Kamu juga, Bie, kenapa, sih kamu ke mari? Kenapa nggak ke kantor Mario. Ada banyak hal yang harus kamu kerjakan di sana. Pengertiannya, lah! Jangan asal bolak-balik ke sini kalau kamu nggak bisa ngerjain pekerjaan Mario dengan baik."

Arbie diam saja mendengarkan omelan ibunya. Dia menyingsingkan lengan bajunya dan berjalan ke arah kamar mandi. Aika hanya bisa diam tidak berani berkata-kata. Dia pun membantu suaminya untuk membersihkan kamar yang memang sengaja dia tinggalkan begitu saja tadi. 

Tangannya dengan cepat mengubah kamar itu menjadi rapi kembali. Dia mengambil air dingin dan memberikannya pada suaminya yang kini sedang duduk di sofa sambil memijit kepalanya yang mendadak sakit. 

"Maaf ya, harusnya aku bersihkan dulu kamarnya agar lebih rapi. Maafkan, Aika."

"Kamu mulai minta maaf lagi ama aku, Ka?"

"Aika tahu, memang berat menjadi anak kedua yang selalu dibandingkan dengan saudaranya. Aika juga gitu. Sabar ya, Mas." 

"Aku mau wine aja boleh ya? Sekali ini aja," pintanya tak acuh.

Arbie seperti tidak ingin membahas apa-apa pada Aika. Dia lelap dalam pikirannya sendiri ditemani segelas wine yang Aika tuangkan untuk suaminya itu. Aika meninggalkan Arbie sendirian di kamar. Dia mencari anak-anaknya di ruangan Ratna. 

Dia berjalan sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan ibu mertuanya beberapa hari lalu. "Kamu kan sekarang cuma ngurus resort baru gak masak lagi. Kan bisalah bantu-bantu Mario sekarang. Dia sakit, nggak jelas juga kenapa tiba-tiba bisa kolaps gitu. Pasti istrinya tu bawa sial ke keluarga ini. Mama minta tolong ya, Bie."

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now