30. Kelahiran Angkasa dan Aruni

118 6 23
                                    

Tangis bayi bersahutan di ruang persalinan, dua bayi kembar terlahir di dunia dengan selamat. Sepasang sejoli itu saling berpandangan, Aika tersenyum kecil, sementara Arbie tak habis-habisnya mengecup kening istrinya. Keduanya lahir dengan selamat secara spontan.

Ratna dan Surya langsung bergegas datang ke rumah sakit, begitu mendengar telepon dari Arbie. Ahmad dan Atiqah juga. Semua orang berkumpul untuk menjenguk Aika.
.
.
Dua jam sebelumnya
,
,
Ambulans yang membawa Aika akhirnya sampai di rumah sakit. Aira dan Ryu ikut mengantarkan Aika. Mereka bertiga bersama Arbie, kewalahan menangani Aika yang tidak siap dengan rasa sakit yang perlahan semakin kuat.

Ryu terus berada di sampingnya dan memintanya mengatur napasnya dan belajar bernapas dengan benar.

"Ayoo, Aika, kau pasti bisa," kata Aira. Dia sudah berganti seragam. Dialah yang akan membantu adiknya bersalin bersama seorang dokter senior lain yang sedang mereka nantikan kehadirannya.

"Rebahan sini, aku periksa dulu," katanya sambil menepuk tempat tidur.

Arbie lemas dia hanya duduk di sofa sambil memperhatikan Aika dari jauh. Nafasnya mendadak sesak dan pendek. Ryu menoleh dan menyadari sesuatu yang tak beres terjadi pada Arbie. Dia mendekatinya, dia meminta seorang perawat untuk membelikan air minum untuk iparnya itu.

"Bakalan seru nanti kalau mereka sudah bisa berlari, kita pasti akan kewalahan, bertahanlah, kau harus melihat mereka berlarian dan dewasa seperti kita. Ayo kuatkan pundakmu, kawan." Tepukan di pundaknya membuatnya sedikit merasa semangat. Kekhawatirannya tentang kondisi Aika harusnya dibuang jauh-jauh, karena yang terjadi di ruangan itu, Aika meronta kuat dan tak bisa mengendalikan dirinya.

Aira memintanya memakai gymball agar bayi segera turun. Posisi plasenta cukup baik, Aira berpikir, adiknya ini pasti bisa melakukan persalinan normal perpaginam. Namun, dia tidak mau. Rasa sakit yang dia rasakan membuatnya tak bisa bergerak dari tempat tidurnya.

"Ya udah miring kiri," titah Aira. "Arbieee!" panggilnya.

Arbie langsung berdiri, dia mendekat. Dokter yang menangani persalinan itu pun akhirnya datang. Mereka mendorong bed Aika langsung ke ruang persalinan.

"Bagus gak, Dek bukaannya?" tanyanya pada Aira.

"Bagus, Dok."

"Oh, Ok. Ini bapaknya yang mana?" tanya dokternya lagi.

"Saya!"Arbie mendekat.

"Sayang, aku keluar dulu ya," bisik Ryu pada istrinya. Dia pun keluar dari ruang persalinan dan menunggu di depan.

Ayah Ryu datang. "Papa mau ngapain?"

"Loh, bukannya?" katanya kebingungan mendengar pertanyaan anaknya.

"Eh? Ini Aika, anakku udah 4 bulan, Pa!" protes Ryu.

"Ah, maaf ya, waktu itu Papa ada konferensi. Ha-ha-ha. Selemat ya, Nak."

Ryu menahan langkah ayahnya yang ingin pergi. Dia tidak ingin membahas yang lain. Dia akan menanti dengan sabar hati ayahnya terbuka.

Di dalam ruangan, Aika memegangi tangan Arbie erat. Aira membantunya menggosok pinggangnya kuat. "Napas, Dek. Napas, Dek."

"Gak bisaaaa!" rengeknya.

"Halah! Kamu ini...." Aira mulai memarahi adiknya panjang lebar, sambil terus mengusap pinggangnya. Selesai Aira merepet, Arbie malah tertawa geli melihat keduanya yang sibuk beradu pendapat.

"Bayi pertama akan keluar!" Semua orang bersiap-siap.

"Bisa Aika, bismillah," bisik Aira lembut.

"Aaaaaaa!"

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now