[ BAB - 35 ]

18.2K 1.7K 705
                                    


Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 35 — AFRAID















“Nah, good job, udah tepat caranya,” puji Alam, ia melempar senyum tulus kepada si koas berjenis kelamin laki-laki itu.

Ia mengangkat punggung tangan, menganalisis kerapian letak abocath yang menembus vena-nya. Terlalu banyak percobaan, bekas jarum infus di kulit pria tanned tersebut mencapai lima jejak. Ia tertawa kecil, merasa mimik si koas yang tak enak hati begitu lucu.

“Maaf, dr. Alam—saya masih tremor,” tutur si koas.

“Enggak apa, pelan-pelan, aja. Pasti terbiasa, kok—lebih banyak latihan. Ok, Katana?”

Si pemuda mengangguk mantap. Ia membereskan perlengkapan infus, tak lupa membuang bungkus luar abocath.

“Kamu pengen nanyain sesuatu ke saya?” tanya si bapak dokter.

Kepekaan Alam atas ekspresi yang tergurat di raut Katana mengundang takjub sang lawan bicara—gotcha! Sudah tidak diragukan betapa hebatnya intuisi pria tersebut dalam membedah isi pikiran orang di sekitar dirinya.

“Saya udah ketemu calon saya.”

Garis bibir Alam terangkat. Ia menanggalkan infus yang dipasang Katana. Mengoles permukaan kulit agar steril, netranya lantas meneliti Katana.

“Gimana? Cewek yang dijodohin sama kamu? Is she pretty? Sesuai type ideal kamu?”

Katana menunduk, menampilkan gesture tersipu; gelagat yang baru kali ini dilihat oleh Alam. Pemuda tersebut menyapu tengkuk. Alam jadi tertarik atas pembahasan mereka. Tumben sekali saudara poker face-nya Samurai menonjolkan sisi terpendamnya.

“Pertemuan pertama kami dia dateng terlambat,” tutur Katana.

Katanya itu unik, body-nya seperti seorang Tentara yang tinggi semapai, ditambah otot badan, apalagi garis rahang dan pipinya sangat tegas, yang buat orang lain acap kali salah paham padanya; dikatai garang, mungkin makanan sehari-hari Katana.

Padahal, aslinya—melihat semut diinjak saja, lelaki itu sudah mengiba. Agak lembek, terus tak tegaan; ia gentle, bukan kemayu. Sangat penyayang, that's why; ia jarang berinteraksi dengan orang, karena ia sering disalah-pahami.

First impression Alam? Ia telah menebak, bahwa— si Katana lebih lembut dibanding Samurai yang punya sisi jahil serta super receh.

“Terus?”

“Kalimat yang dia ucapin bukan minta maaf, tapi dia langsung ngomong 'Bro, kamu pasti nolak aku, 'kan? Mending, kita batalin perjodohan kita, Bro’. Saya kaget.”

Alam ingin menertawai Katana, ia menahan diri— toh semenjak kepergian Samurai, pemuda tersebut tak lagi memiliki kakak, sebagai tempat bertukar isi pikiran. Ia memang tidak berniat mengganti posisi Samurai, ia sekadar ingin menjadi orang berguna.

“Kamu nolak perjodohan kalian?”

Katana menggeleng, “Enggak, Dok, dia juga nyuruh saya nyariin pacar dia yang hilang.”

Bocah gendeng.” Rahang Alam terjatuh. “Kamu cari apa enggak?”

“Saya cariin bareng mbak Nina, enggak ketemu.”

“Bentar—calon kamu namanya Roseanna? Jangan bilang dia minta dicariin abang jualan siomay?”

“Kok ..., Dokter tahu?”

MY SOFTLY HUBBY [END]Where stories live. Discover now