Bantu koreksi typo, ya❤
【 BAB 24 — NAFKAH 】
Alam terbangun di pagi hari, ia hendak masuk ke kamar mandi. Tetapi, mendengar kebisingan—ia mengurungkan niat. Netranya bergulir melihat jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh.
“Kamu udah pulang?” tanya Alam, kepada Navella yang duduk di kursi dapur.
Pria itu mengamati outfit istrinya yang memakai short outer. Artinya; Navella baru pulang, belum mengganti pakaiannya, karena kelaparan. Kasian, ia mengiba atas jam kerja ugal-ugalan Navella yang tak berperasaan. Berangkat malam, kadang pulang kadang tidak.
Ya ..., mirip-mirip jam kerjanya.
“Kenapa enggak bangunin saya? Biar kita ngobrol pas kamu makan,” sambungnya.
Mengingat waktu kebersamaan mereka berdua begitu limit, Alam merasa selagi mereka di ruangan yang sama—mereka wajib saling bercengkrama.
“Aku enggak tega bangunin Pak De, semalam tidur jam dua malem, 'kan?”
“Enggak apa, saya tidur soalnya bosen. Enggak ada temen ngobrol.”
“Enggak masalah dibangunin, Pak De?”
Alam mengangguk mantap. “Saya bisa curi waktu tidur di RS, kok, yang enggak bisa saya curi waktu berharga kamu pas kerja.”
“Ih!”
“It's okay, saya maklum. Istri saya artis kesayangan Indonesia. Saya bangga, Nduk.”
Navella tersenyum gemas. “Makasih! Oh iya, mau sarapan, Pak De?” tawarnya.
Di meja tersedia banyak jenis makanan, beberapa makanan sudah digigit se-uprit lalu ditinggalkan begitu saja oleh Navella. Istrinya seperti juri, yang hanya mencicipi sedikit, lalu mengganti ke menu berbeda, sisanya dibuang.
“Nonave, kenapa makannya selalu disisa?”
Navella mengendikkan bahu. “Aku kenyang, tapi—pengen nyobain semua!”
Alam menarik kursi, ia duduk di depan Navella—kemudian memeriksa kantong belanjaan istrinya.
“Nduk, saya enggak ngelarang kamu belanja, lho. Tolong, dikurangin kebiasaan laper matanya, ya?”
“Kenapa? Aku beli pake uangku sendiri, kok! Aku punya uang, suka-suka aku mau jajan apa,” protes Navella.
“Bukan uangnya, kamu tahu? Saya terpaksa buang makanan, kamu belinya kebanyakan. Saya enggak masalah kamu mau jajan pake uang saya, selama makanan yang kamu beli kamu habisin. Sayang tau, makanannya dibuangin.”
Navella berdecak. “Cih!”
“Navella.”
“Jangan pake nama asliku! Aku enggak suka.”
“Ya, makanya dengerin saya? Kamu enggak pernah mau dinasehatin. Saya suami kamu, kita enggak lagi main nikah-nikahan, saya kasih nafkah kamu sepelein—saya tegur masalah gini, kamu komplain. Terus, kamu maunya saya, gimana? Kita seatap—mustahil saya nutup mata, Nduk.”
Navella memajukan bibir bawah. “Iya-iya! Duitnya aku pake, aku kurangin jajan sembarangan.”
“Nah, gitu—sekarang ulangin omongan saya.”
“Apa?”
Alam menelisik istrinya. “Aku janji bakal habisin makanan dan belanja pakai uang suamiku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOFTLY HUBBY [END]
Romance[ 🔞🔞 Tidak sehat bagi jantung jomblo ] Prinsip hidup Alam sederhana, tidak mencari masalah dan enggan menikah. Sementara prinsip hidup Navella kompleks, si biang onar yang ingin cepat menikah. Pertemuan mereka bermula dari status dokter-pasien, b...