Bantu koreksi typo, ya❤
【BAB 43 — MANIFESTING BEING REAL】
Alam membuka pintu, memberi akses masuk pada papinya. Ia menelisik paperbag dari merek beken yang digenggam sang papi. Alam menghela, pria itu menyusul papi-nya melewati foyer menuju ruang tamu. Setelah papi-nya mendaratkan bokong, ia turut duduk di sisi seberang meja.
“Kenapa enggak ngasih tau Papi, Lam?”
Ya, begini ..., Pangestu dan Anam memang tipikal manusia yang berbasa-basi. Tanpa intro, papi-nya membuka percakapan ke inti. Tetapi, Alam enggan merespons dengan baik. Berkaca dari pengalaman Navella, yang diperlakukan semena-mena.
“Ngasih tahu apa, Pi?”
“Kehamilan istri kamu, apalagi? Dengan bersikap gini, kamu enggak ngehargai Papi dan mami, Lam.”
Alam tertawa, ia tergelitik mendengar penuturan si papi, yang menyulut emosi. Ia menyampul kelopak mata dengan telapak, masih terbawa suasana.
“Alam?”
“Pi,” ujar Alam, merendahkan volume suara, ia juga menetralisir deru napas. “Papi menuntut disuguhin berlian pas Papi ngelempar batu ke arah kami?”
“Seenggaknya, kamu kasih tau ke Papi!”
“Biar apa, Pi? Biar apa, saya tanya?”
“Papi enggak bakal memperlakukan dia sekasar itu, Alam,” papar Pangestu, seakan mendikte putranya.
“Alhamdulillah, Papi tahu kalau perlakuan Papi itu kasar. Tapi, Pi, Papi bersikap baik cuma karena istri saya mengandung anak saya? Enak banget— emang istri saya mesin buat ngeproduksi cucu-nya Papi? Tolong, berhenti nyebut Navella dengan kata 'dia'. Navella istri saya.”
Pangestu memandang Alam, “Papi ..., Papi bakalan minta maaf ke istri kamu, Lam.”
“Iya, nanti saya sampaikan tujuan Papi ke sini, enggak sekarang dan—saya enggak mau ngebujuk istri saya maafin Papi segampang itu. Hanya karena istri saya hamil, Papi tiba-tiba sadar. Lucu banget, Pi. Alam muak, “Papi selalu berusaha ngertiin Anam, walau segimanapun dia nyikapin Papi. Kenapa enggak berlaku buat saya, Pi? Papi seneng banget denger Anam nikah, kenapa pas saya milih pasangan saya sendiri Papi reaksinya beda banget? Apa karena saya selalu dengerin Papi dan mami, that's why saya enggak perlu bersuara? Apa karena saya selalu nerima pilihan Papi, that's why ketika saya milih berarti kesalahan? Apa semua harus tentang keinginan Papi dan mami? Kalau iya ..., bukannya lebih tepat nyebut saya 'pekerja' Papi dibanding anak?”
Tiba-tiba, Alam mengubah topik, saat ingatannya menanyangkan adegan Anam mengumumkan soal pernikahan, yang direspons semringah orangtuanya.
“Background keluarga enggak jelas, pendidikannya tamat SMA paket C, profesinya artis. Kalau nanti kamu jadi orangtua, anak yang kamu besarin tanpa kekurangan, anak yang kamu hargai, anak yang kamu bangga-banggain, justru ngebawa calon istri yang kriterianya kayak yang Papi sebut. Apa kamu bakal langsung nge-iyain? Kami ngebuka tangan lebar nyambut Jelly ke keluarga kami. Karena, bibit bobot dan bebet-nya Jelly kita tahu, Alam. Bukan kami enggak nerima pilihan kamu. Seumpama emang Papi enggak mikirin perasaan kamu. Papi udah maksa kamu menikah dengan perempuan pilihan Papi dari lama.”
Alam nampak defensif dalam mengutarakan semua uneg-uneg yang selama ini dirinya pendam. Untuk itu, Pangestu berhati-hati menanggapinya.
Guratan emosi di raut wajah Alam mengendur, ia mencerna kalimat papinya. Namun, ia tidak puas atas pembelaan sang papi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOFTLY HUBBY [END]
Romance[ 🔞🔞 Tidak sehat bagi jantung jomblo ] Prinsip hidup Alam sederhana, tidak mencari masalah dan enggan menikah. Sementara prinsip hidup Navella kompleks, si biang onar yang ingin cepat menikah. Pertemuan mereka bermula dari status dokter-pasien, b...