Bantu koreksi typo, ya❤
【 BAB 06 - THE VOICE 】
PrinxessNave telah memposting foto baru.
Navella mendapatkan satu pesan notifikasi di layar ponselnya usai ia memposting foto di IG. Ia segera mengganti akun dari akun utama ke akun second yang diformulasikan khusus mencaci-maki dirinya sendiri.
PhobiaprinxessNave, meninggalkan komentar di postingan terbaru Anda.
Sandiana memandang nanar Navella yang terkikik setelah menghina di kolom komentar. Bukan main— artisnya begitu bersenang-senang menuliskan kalimat negatif di postingan pribadinya.
‘Nave cantik sih, tapi mukanya ngebosenin.’
Netizen yang mudah terhasut lantas auto nimbrung ke komentar Navella yang dipost melalui second-acc si artis. Mereka berbondong-bondong meramaikan opini dengan mengatakan mereka sepakat.
‘Baru sadar? Selama ini kemana, aja?’
‘Thanks udah mewakili isi pikiran gue.’
‘Pemuja Nave kepanasan baca nih komen, jujurly emang bener, dia cantiknya kurang alami, makanya ngebosenin, honest review yap!’
‘Kirain gue doang yang mikir gini, kemarin pengen muji cuma takut diserang wkwkwkw, Nave tipikal cantik yang ngebosenin.’
‘Kasian pemuja Nave, dibutain sama visual doang.’
Navella mengembuskan napas lega. Misinya dalam menebar kebencian berhasil. Sekarang, komentar di IG-nya dipenuhi netizen yang mengatai Navella baik dari segi fisik, maupun kemampuan acting yang menurut asumsi mereka tidak berkembang sejal awal ia debut.
“Nave,” panggil Sandiana.
“Iya, Jeng?”
“Kita udah sampai.”
“Kru-nya pada belum nyusul, Jeng. Aku mampir ke tempat lain dulu, ya? Entar, aku hubungin!” ujar Navella sembari memasang masker medis ke wajah dan memakai topi kupluk.
Kakinya turun dari mobil, langsung menuju IGD rumah sakit yang berada di bagian terdepan. Di sana, bisingnya manusia bertempiar membuat ia dipermudah dalam hal penyamaran. Di ruangan yang penuh luka begini, manusia cenderung tak memperhatikan orang-orang. Mereka fokus ke urusan masing-masing.
Makanya, meskipun penampilan Navella lumayan mencolok akibat mengenakan barang ternama. Ia sama sekali tak menjadi pusat perhatian.
Kepala Navella celingak-celinguk, ia mengernyit— tidak menemukan dokter yang ia cari. Padahal, ia semangat 45 datang ke sini, karena ingin menemui dr. Alam.
“Ada yang bisa dibantu?”
Navella menoleh ke suara pria yang menyapa. Ia terhenyak, lantas mengendarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang IGD, sebelum ia kembali menelisik pria yang berdiri di depannya. Saking jangkungnya, Navella sampai menengadah.
“T-Tentara?”
Intonasi Navella nampak gagap. Bukan akibat ia gugup, tetapi ia sedikit tersentil dengan kehadiran sosok tersebut.
Bukan apa-apa, ia menyebut begitu selepas melihat otot-otot badan si pria yang aslinya tak berlebihan serta Army haircut yang menjadi ciri khas profesi Tentara. Mana rahang pria itu terlampau tegas.
Navella yakin, rahangnya bisa digunakan sebagai pengganti pisau!
“Bukan, Bu, saya Koas.”
Navella tahu, Ibu merupakan sapaan yang sopan. Minesnya—ia justru tersinggung dan merasa tua. Begini, lah, pikiran seseorang yang di-setiing selalu menganggap segala sesuatu negatif, segalanya dibawa sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOFTLY HUBBY [END]
Romance[ 🔞🔞 Tidak sehat bagi jantung jomblo ] Prinsip hidup Alam sederhana, tidak mencari masalah dan enggan menikah. Sementara prinsip hidup Navella kompleks, si biang onar yang ingin cepat menikah. Pertemuan mereka bermula dari status dokter-pasien, b...