[ BAB - 11 ]

24K 1.8K 181
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 11 — WAKTU EKSEKUSI












Are you okay?”

Navella menengok ke sumber suara. Gotcha! Bapak dokter menjenguk-nya, momen yang ia nantikan muncul!

Sungguh, ia sudah bertekad ingin memasang tampang sedih agar sang dokter menaruh simpatik padanya. Tetapi, sial! Navella itu artis, cuma sangat sulit disuruh berbohong jika di dunia nyata.

Ia melipat bibir, menahan gejolak yang hampir meledakkan tawa. Bapak dokter mendekat, lantas Navella memicing, berusaha agar sorotan dirinya nampak bersusah-hati. Tentu usahanya sia-sia.

Ah! Anjir! Aku nyerah, aku enggak bisa!”

Si gadis menggeleng, Alam lantas mengernyit tidak paham. Cuy! Adakah tingkah Navella yang mudah dimengerti Alam? Jawabannya, tidak ada.

Perempuan tersebut memang aneh bin ajaib.

Ya, sudah—mungkin reaksi Navella faktor pusing usai hingar-bingar masalah yang merundungnya.

“Aku ok, emang kenapa, Pak Dok?”

Alam memainkan lidah di dalam rongga mulut. Ia tidak yakin mengungkapkan isi kepala. Apakah si artis berpura-pura baik-baik saja? Bagaimana jika ia salah berucap dan menyinggung perasaan gadis mungil ini?

“Enggak, saya nanya, doang.”

“Dih, udah bacain berita tentang aku?”

Perhaps,” ujar Alam, menggantung.

“Yang kek gituan, udah biasa bagi aku. Pak Dok— hidup sebagai artis it's about making a sensation.”

“Kamu ..., baca?”

“Apa, Pak Dok?”

“Komenan mereka?”

“Oh.” Jelas iya! Navella bersorak-sorai atas segala ulasan negatif mengenai dirinya. “Iya, aku baca.”

“Enggak usah dibaca lagi. Kamu pasien, hindarin sesuatu yang berbau negatif,” peringat Alam. Ia memperbaiki aliran selang infus Navella. “Nona Navella, apa kamu pengen pensiun karena enggak kuat sama perkataan orang-orang?”

“Bukan masalah omongan netizen, kok. Aku baru nyadarin ada yang salah setelah aku udah segede ini, dan aku enggak punya jalan keluar.” Navella enggan membahas problematika dirinya. “Eh, Pak Dok, aku entar malem udah boleh balik, 'kan?”

“Mau minta memperpanjang waktu di rumah sakit, Nona Navella?”

“Enggak, aku mesti buru-buru syuting, pekerjaan yang lain kehalang gegara aku. Tapi, apa aku boleh minta tolong?”

“Boleh,” pungkas Alam, tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.

Bagi pria tersebut, permintaan Navella tidak akan sulit ia kabulkan. Meski, ia belum tahu apa yang diinginkan si artis.

Navella menunduk, ia tertawa—biasanya manusia di sekitar dirinya akan bertanya bantuan apa yang ia butuhkan. Ia menghela, mendadak tak enak hati memanfaatkan rasa kasian si bapak dokter.

“Aku itu—jarang banget bisa nikmatin kehidupan di luar sana.” Navella memindah tatapan ke arah jendela. “Seperti tahanan yang diisolasi, aku cuma bisa lihat dunia luar pas adegan syuting.

Ia melontarkan kejujuran, dibumbui dialog yang pernah ia perankan.

So, what do you want?”

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang