Bantu koreksi typo, ya❤
【BAB 40 — SHIELD】
“Mas Alam, bentar—” Navella mencekal suaminya, ia melepaskan genggaman tangan pria yang kini memandang dirinya dipenuhi tanda-tanya. Si nona artis berbalik. “Anu ....,” panggilnya pada Pangestu.
Pangestu menengok ke sumber suara, ia menelisik Navella yang sudah tidak lagi memasang ekspresi terluka. Sejujurnya, anak kecil juga pasti paham, ia tadi melemparkan kalimat yang secara tersirat merendahkan posisi pasangan putra sulungnya. Ia menaikan alis, sebagai respons atas panggilan si wanita.
“Aku ..., aku enggak mau lagi manggil kamu Papi, Dear Bapak Pangestu yang terhormat, aku enggak bakal dateng lagi ke sini. Aku enggak mau minta maaf karena menurut Bapak, aku enggak setara sama mantan-nya Mas Alam, dan aku enggak seperti menantu Bapak Pangestu yang pertama— aku pikir, kepribadian hangat terus manisnya mas Alam turunan dari Bapak. Ternyata ..., aku salah. Ah, iya, ya? Aku sendiri yang request enggak usah anggap aku ada? Sekalipun, gitu, enggak etis tau, dengerin opini Bapak tentang mbak Sasmaya. Just info, Sasmaya bukan ninggalin anak bapak, tapi ..., beliau yang hebat banget itu, enggak pengen punya mertua kayak, Bapak. Makanya, beliau rela lepasin mas Alam demi kebaikan anak Bapak. Sedangkan, aku ..., aku milih mas Alam, dan milih keluarganya untuk jadi bagian keluargaku. Bukan karena posisi aku lebih rendah atau gimana. Karena, aku lebih butuhin mas Alam di sisiku. Aku mau konfirmasi duluan,” tutur Navella, ie mengalungkan tangan ke lengan Alam. “Pak De, jangan mikir aku nyesel, ok? Aku enggak apa-apa, kok.” Ia menjeda. “Terakhir, Bapak Pangestu, aku enggak akan ngelarang mas Alam ke sini, semisal suamiku enggak dateng ..., itu kemauan beliau. Aku udah hidup lama tanpa orang tua, jadi aku tahu gimana enggak enaknya seorang anak tumbuh tanpa mereka. Mas Alam belum tahu. So, dia mungkin ngegampangin esensi Bapak. Gitu, 'kan? Manusia harus kehilangan dulu, dan selamat Bapak Pangestu hari ini, udah kehilangan menantu Bapak. Eh? Bapak enggak peduli, ya, Pak De?”
Alam mengulum senyum tipis, ia mengusak puncak kepala istrinya. Lalu, membisikan deretan kalimat yang tak dapat didengarkan dari sisi Pangestu.
Pria paruh baya itu ..., mencelos mendengar segala ungkapan Navella.
“Pi, jangan buat istri saya dengerin omong kosong Papi lagi. It's really sucks, saya aja enggak pengen dibandingin sama orang yang ngejar-ngejar istri saya. Kenapa istri saya harus dibandingin dengan masa lalu saya? Stop doing like that. Ah, kemarin saya udah nge-lobi saham-nya mr. Lui, sekaligus saham-nya mr. Roberto atas nama istri saya. Saham sebesar 25% di perusahaan induk Papi, dipegang istri saya.”
“Ih! Buat apaan! Aku enggak mau, Pak De! Buat apa saham-saham, gitu!” protes Navella.
Pangestu tidak sanggup menyembunyikan ekspresi keterkejutannya usai Alam melontarkan bom. Ia tak menyangka—sungguh. Navella kemungkinan tidak mengerti, pentingnya peran yang diberikan Alam untuk sang istri, sebab ia tidak berkecimpung di dunia bisnis. Alam sampai berani melobi dua orang eksekutif perusahaan Bagaskoro's Corp, tanpa pengetahuan Pangestu.
Dengan adanya saham tersebut, Pangestu terpaksa akan mendengar suara Navella, mengakui esensi seorang Navella, meskipun bukan sebagai menantu, melainkan sebagai petinggi di dalam hierarki bisnis dirinya.
Alam menyediakan power luar biasa demi Navella seorang di perusahaan mereka. Secara implisit, si putra sulungnya mengatur situasi sedemikian rupa, supaya Navella terlihat dan terdengar di matanya, tanpa unsur meninggikan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOFTLY HUBBY [END]
Romance[ 🔞🔞 Tidak sehat bagi jantung jomblo ] Prinsip hidup Alam sederhana, tidak mencari masalah dan enggan menikah. Sementara prinsip hidup Navella kompleks, si biang onar yang ingin cepat menikah. Pertemuan mereka bermula dari status dokter-pasien, b...