[ BAB - 13 ]

24.1K 1.9K 142
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 13 — SERBASALAH









“Pulang, gih.”

Navella mendengkus dongkol, si bapak dokter itu menyeretnya keluar ruangan. Meski, Alam tetap bersikap baik dengan menyerahkan paperbag yang berisi kotak bekal.

Duh! Setiap kali melamar, ia pasti berakhir digeret; alias diusir!

“Aku enggak bisa pulang, Pak De.

“Kenapa?”

“Manajernya udah pergi, aku pulang naik apa?”

“Saya pesenin grab. Kamu tunggu di parkiran,” ujar Alam.

Pak De ..., aku enggak pernah naik grab. Kecuali— adegan syuting.”

Alam menepuk jidat, ia melupakan fakta si Navella artis terkenal yang mungkin akan membahayakan jika pulang menggunakan kendaraan umum.

“Aku juga enggak terbiasa bareng orang asing,” tambah Navella.

Tidak terbiasa? Mengenai yang satu ini, Alam tak percaya—secara mereka berdua dua orang asing. Katanya Navella tidak terbiasa? Wong, si gadis begitu ugal-ugalan. Informasi yang ia sampaikan kontradiktif dengan realitas.

“Terus kenapa terbiasa sama saya?”

“Beda, kalau Pak De, calon suamiku. Bukan orang asing.”

Ngawur terus kamu,” tuding Alam. “Yaudah, mari saya anterin. Ke hotel tempat kamu menginap?”

Ng!” jawab Navella manggut-manggut ria.

Sudah mengantongi kunci mobil dan ponsel. Alam lantas mengunci pintu ruangannya. Ia meraih tas selempang dan paperbag yang dipegang Navella— setelahnya mereka berdua berjalan berdampingan.

Tentu saja, Navella telah menyampul wajah dan rambutnya yang berwarna super 'ngejreng'.

“Tas aku enggak berat, Pak De, ngapain dibawain?”

“Ajaran mami saya,” balas Alam, acuh tak acuh.

“Pasti mami kita orang hebat.”

Alam menilik Navella sepintas. “Iya, Nonave, mami saya orang yang hebat.”

Bibir Navella berkedut menahan tawa. Lucu sekali reaksi Alam yang turut menekan beberapa kata— ia beranggapan; mustahil perempuan di sekitar si pria tidak jatuh hati pada pria ini. Navella yang tak terlalu memahami basic manner dan bare minimum saja, mendadak terkagum-kagum. Apalagi, wanita yang sudah mengetahuinya.

Perjalanan mereka aman sentosa raya. Berkat Alam yang memilih jalur pintas supaya tidak melewati lorong yang ramai pengunjung. Padahal, semisal ramai—Navella berniat menanggalkan maskernya agar skandal mereka berdua kian melejit.

“Lebih suka dibukain pintu atau saya yang bukain, Nonave?”

Alam bertanya seraya menekan tombol gantungan kunci mobil. Hingga, bunyi click mengudara. Mobil sedan berwarna hitam legam terpampang di depan mereka.

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang