Bantu koreksi typo, ya❤
【 BAB 17 — TEXT CHAT 】
“Kamu enggak tau saya siapa?” bentak seorang pria yang mencengkram kuat kerah seragam OK Alam.
Alam mencegat pergelangan tangan sang pasien. Ia tidak memakai tenaga sama sekali. Menghindari peristiwa yang tak diinginkan. Shift sendirian di malam hari begini sangat berisiko tinggi.
“Bapak, maaf—saya sudah mengambil tindakan.”
“Tindakan apa?! Anak saya masih kesakitan! Kamu dokter abal-abal, ya? Panggilin saya dokter lain— bajingan kalian! Ngelayanin orang penting kayak saya semena-mena, gini!”
Astagfirullah hal adzim, Alam defensif. Membiarkan sang wali pasien melampiaskan emosi. Toh, sudah biasa bagi Alam dikasari oleh wali pasien. Terkena hantaman sedikit, takkan membuatnya sekarat.
Ia memahami kondisi wali pasien yang dirundung rasa bersalah. Jika bukan karena keteledoran sang wali, maka si pasien takkan masuk ruang UGD.
“Sampai anak saya kenapa-napa, saya tuntut kamu! Saya bakal pake kekuasaan saya biar kamu enggak diterima di RS mana pun! Saya bikin karir kamu sebagai dokter selesai!”
Alam tidak menanggapi. Pasalnya, semakin dirinya bersuara, si wali pasti akan bertambah murka. Ia juga tidak mengajukan permintaan maaf. Waduh! Bahaya! Meminta maaf di momen seperti sekarang seperti menyiram bensin ke dalam kobaran api.
Artinya, Alam memvalidasi tuduhan kesalahan tindakan yang diasumsikan pasien. Ya, tentu itu tuduhan yang tak berdasar dan sebenarnya telah merugikan Alam selaku tenaga medis.
Sang wali melepaskan cengkramannya begitu si pasien terbangun. Beranjak dari posisi, kemudian sengaja menyambar bahu Alam.
“Saya tandain muka kamu,” kata sang pasien.
Begitu ditinggal, Alam membuang napas lega. Lima pasien tuntas ia tangani. Ia menyentuh kulit leher yang lecet; akibat tergores manik cincin. Jemarinya terdapat bercak darah selepas memeriksa.
Jika insiden barusan terjadi beberapa tahun yang lalu, Alam mungkin akan langsung berpikir untuk menyerah dan beralih profesi. Meneruskan bisnis sampingan papi; pemilik apotek.
Jod desknya mudah, mencari area potensial untuk mencari cabang, mendirikan apotek. Selebihnya, diserahkan ke penanggung jawab. Ia terima beres.
Ah—Aldy benar, ia sudah tua. Diperlakukan rendah begini pun, ia masih menoleransi sikap wali pasien.
Tua, ya?
“Dr. Alam?”
“Eh? Ada apa, Kata?”
Pria dengan army haircut berlari tergesa ke arah dirinya. Sebelum berbicara, si pria terlebih dahulu menetralkan deru napas. Alam terkekeh, Katana ini kepribadiannya sangat bertolak-belakang dari sang kakak. Ia tidak bermaksud membandingkan, hanya saja, ia amaze atas sifat si anak tengah dr. Hanung.
“Anu ..., udah coba hubungin mbak Nina?”
“Nina?”
Holly crap! Alam melupakan sesuatu yang penting. Ia menggeleng ragu, merasa tak becus.
“Iya, nomornya enggak aktif. Mau nanya ke mbak Jelly, takut beliau kepikiran.”
“Waduh—yaudah, kamu bisa jaga bentar? dr. Aldy udah otw, paling sepuluh menit lagi nyampe.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOFTLY HUBBY [END]
Romance[ 🔞🔞 Tidak sehat bagi jantung jomblo ] Prinsip hidup Alam sederhana, tidak mencari masalah dan enggan menikah. Sementara prinsip hidup Navella kompleks, si biang onar yang ingin cepat menikah. Pertemuan mereka bermula dari status dokter-pasien, b...