[ BAB - 47 ]

19.9K 1.9K 1.1K
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 47STILL WITH US?

















Gelap.

Adalah ungkapan pertama yang terbersit di benak si perempuan yang terbaring lemah di ranjang. Cahaya yang redup membuat retina-nya perlu waktu untuk beradaptasi.

Si perempuan tidak tahu seberapa lama ia terlelap—ralat; seingatnya; ia bukan tidur, melainkan pingsan usai kelelahan, akibat tidak beristirahat. Bayangkan saja, dirinya tidak pulang sudah sekitar tiga hari di lokasi syuting, mengejar tayang dari pagi ketemu pagi.

Kesempatan tidur hanya diberi dua jam, dan hanya boleh di sela syuting. Makan pun, mereka inframe di kamera—saking mengejar tayang sinetron, yang harus ditayangkan setiap malam, akibat mencetak rekor tinggi. Alhasil, mereka menambah episode di luar dari alur awal.

Sebagai pemeran utama, Navella yang paling merugi. Secara, ia memiliki porsi adegan yang lebih banyak—bertemu pemeran figuran, serta berinteraksi dengan hampir seluruh pemeran yang berperan di alur.

Ia memegang dahi, agak kesulitan karena terhalau selang infus yang terpasang di punggung tangannya.

Netra sang artis mengedar, menyapu bersih ruang tempat dirinya berada. Meski dengan pencahayaan minim, ia dapat menerka sangat akurat ruangan apa yang ia tinggali.

Padahal, kondisinya sudah terbilang parah. Tetapi, ia tidak dibawa ke IGD, melainkan ruang kamar hotel sewaan.

Sudah sekarat begini saja, ia masih dibiarkan sendiri di ruangan yang seluas ini. Apalah gunanya memiliki ratusan ribu fans, jika perasaan kesepian yang selalu menggerogoti relungnya tak kunjung hilang.

“Makanya, Pa, kalau mau pergi, tuh—minimal ajak aku. Masa cuma ngajak Save dan mama? Terus aku? Emang aku bukan bagian keluarga, ya?”

Navella berbicara sembari memandang kosong ke arah sudut ruangan.

“Sendirian enggak enak tau ....”

Dalam imajinasinya, sang papa sekadar mengulum senyum simpul.

“Setan di sini apa enggak mau usilin aku? Minimal caper jatohin barang, kek, apa kek.”

Hening, tidak ada respons apa-apa selain suara dari pengharum ruangan yang berbunyi.

“Setan, aja, males temenan sama aku,” keluhnya.

Navella buru-buru memejamkan mata ketika indra pendengarnya menangkap gemerisik yang berasal dari pintu luar.

“Ayo, berangkat—” Ada jeda sepersekian detik. “Oh, you don't need to play pretend, I already know you already wake-up, Navella.”

Lantas, Navella membuka kelopak mata. Ia menoleh, baritone dingin yang terngiang di kepalanya terasa menyebalkan.

“I'll give you ten minutes.”

Mungkin Maves pergi untuk memanggil seseorang agar melepaskan infus yang melekat di tangannya. Si nona artis buru-buru membuka ponsel.

Dibanding beristirahat, ia lebih memilih berselancar ke sosial media, demi melipur rasa yang menggelung di dadanya.

Ia menekan DM IG, membaca beberapa balasan yang menanggapi foto snap-gramnya.

‘Gila, merah bener mata lo, macam kuyang.’

‘Cosplay jadi kunti kah, Nave? Pucet bener.’

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang