[ BAB - 23 ]

25.1K 1.8K 577
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 23 — ADAPTATION













Navella melompat turun dari mobil Van, ia begitu bersemangat bertamu ke kediaman mertua. Bukan main—demi ke sini, waktu istirahat dirinya tersita. Perjalanan dari lokasi syuting berlangsung sekitar setengah jam. Jadi, untuk akumulasi jam berangkat dan kembali ke lokasi syuting selama satu jam.

Sedangkan, jam istirahat Navella sebelum lanjut ke scene berikutnya hanya dua jam. Sebenarnya, sang artis bisa saja memanfaatkan tidur ketika mobil melaju—ia justru memakai jeda tersebut membaca script. Takutnya, syuting terlambat karena alasan Navella yang kurang menghapal skenario.

Alhasil, Navella harus membuang waktu emasnya dalam beristirahat supaya bertemu si mertua. Ia juga tidak datang dengan tangan kosong, Navella menenteng kotak berisi buah durian yang sudah dikupas. Padahal, dirinya paling anti sama aroma menyengat buah durian.

Navella mengatur garis senyum di depan cermin mini, berupaya memastikan tak ada guratan lelah di wajah dirinya.

“Oke, ship!” ucapnya, memasukan cermin ke tas, kemudian menekan bell. “Assalamualaikum, Papi dan Mami!”

Pintu yang tingginya nyaris tiga lipat dari tinggi badan Navella dibuka oleh dua orang pengawal. Navella menyapai mereka satu persatu, disambut dengan baik oleh keduanya.

“Ampun! Mantu Mami~”

“Ampun! Mertua Nave~” pekuk Navella

Kedua wanita tersebut cipika-cipiki. Navella lantas memeluk erat Rumi. Dirinya berjalan beriringan menuju living room yang membutuhkan puluhan langkah dahulu.

Navella aslinya ingin mengeluh, apalagi sang artis jarang sekali berjalan kaki—tetapi ia masih paham etika; tidak boleh mengeluh di rumah orang!

Nanti saja dirinya menye-menye di depan Alam.

“Oh, iya—Mami udah siapin pilihan jurusan buat kamu, lho.”

Fyi, Navella dituntut berkuliah, sembari menunggu semester baru terbuka; ia diminta memilih jurusan. Tadinya, ia bebas memilih. Katanya, yang penting—Navela mengenyam pendidikan. Cek percek, ia justru disediakan pilihan utama oleh si mertua.

“Iyakah? Jurusan apa, tuh, Mi?”

“Manajemen bisnis atau ekonomi, aja, ya?”

Holly crap! Kemampuan intelektual Navella sangat kurang di bidang matematika. Masa mau masuk ke jurusan yang didominasi perhitungan?

Navella mendaratkan bokong ke sofa di seberang tempat Rumi duduk. Ia memandang brosur sebuah universitas. Ia mengernyit, terlukis ekspresi yang aneh di wajahnya.

Ia meletakkan barang bawaan ke meja. Menatap Rumi dengan penuh tanya.

“Nation Universitas? Lho? Bukannya universitas ini cuma ada di Jakarta, ya, Mi?”

“Iya, Mami kenal sama pendiri-nya. Biar gampang ngelobi nilai kamu. So, kamu enggak usah pusing mikirin tugas dan lainnya. Cukup dateng ngampus, sisanya kamu terima beres.”

Secara tersirat, Rumi menyuruh dirinya dan Alam berpisah rumah. Buset! Mustahil Navella sempat mondar-mandir Jakarta ke Banten yang memakan waktu.

“Mi, Mami nyuruh aku kuliah jauh, supaya enggak lovely-dovely sama suamiku, ya? Mami, sorry, aku enggak mau. Misal Mami pengen aku cerai, enggak gini caranya.”

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang