47. Maaf Ke Seribu

141 24 16
                                    

Buat yang udah buka akses NMT : Before, tolong baca ulang, ya! Aku udah nambahin POV Jeon di sana. Terima kasih.

•••

Aera benar-benar tak nyaman dengan suasana hatinya sekarang. Dia berharap, Jimmy segera mengajaknya pulang.

Aera tahu, ada yang tidak beres dengan Jeon. Tak biasanya pemuda tersebut berlaku seaneh tadi. Apalagi dia bisa menilai, bahwa yang tadi Jeon lakukan bukanlah sebuah candaan. Ada sesuatu yang tak ingin buru-buru dia artikan. Aera tak ingin terlalu percaya diri, tapi dia pun tak bisa untuk membutakan hati.

Soal Jeon yang pernah menaruh hati padanya, Aera tak ingin menjadi seseorang yang sok naif, jika tak mengakui hal tersebut.

Tapi waktunya sungguh tidak tepat.

Kenapa Jeon malah begitu di saat dirinya sudah mulai menjalin hubungan baik dengan Jimmy?

Aera tak berpikiran bahwa Jeon hendak mengganggu hubungannya dengan ayah dari anaknya tersebut. Toh, hubungannya dengan Jimmy pun masih sebatas seorang ayah dan ibu yang harus sering bersama, demi merawat buah hati mereka.

Aera tak ingin merasa dirinya diperebutkan dua pria.

Tapi sisi jiwa PD-nya juga tak bisa berkilah tentang bagaimana perasaan Jimmy yang ditunjukkan padanya.

Bukan ingin sok cantik, tapi Aera peka bahwa Jimmy seperti memiliki maksud lain selain hanya untuk merawat Jira bersamanya.

Aera bisa merasakan cintanya sekarang.

Cinta yang semakin jelas dia rasakan ketika Jimmy sudah menceritakan semuanya.

"Pulang sekarang?" Jimmy bertanya pada Aera yang kini tengah menonton televisi sembari menggendong Jira di pangkuannya.

Jimmy baru saja kembali dari balkon bersama Jeon. Mereka sempat merokok selepas makan tadi di sana. Meski awalnya menolak, karena dia tak mau aroma rokok di tubuhnya tercium oleh Aera maupun Jira, tapi Jeon tetap memaksanya dengan dalih akan dipinjamkan baju ganti nantinya.

"Kita sudah lama tidak berbicara sambil merokok, Jim. Nanti aku pinjamkan baju, kalau perlu."

Itu perkataan Jeon tadi, saat membujuk Jimmy.

Pada akhirnya, Jimmy menuruti apa yang Jeon inginkan. Selain tidak enak menolak, dia juga butuh alasan untuk lebih lama berada di sini, sebelum rencana suprisenya di rumah Aera rampung.

By the way, tadi Jimmy juga sempat menerima pesan soal delay pekerjaan di sana, karena jumlah pot bunga yang diangkut terlalu banyak, sehingga ada kendala di saat menyusun bunga-bunga tersebut.

Rumah Aera memang luas, tapi seribu bunga tetap saja membuatnya overload. Bahkan ada bunga yang disimpan di depan gerbang rumahnya.

Acara minta maaf yang merepotkan banyak orang.

Aera menoleh, dia langsung mengangguk. Ajakan ini yang sejak tadi dia tunggu-tunggu. "Iya, pulang sekarang saja," jawabnya.

"Ini, baju ganti untukmu." Jeon datang dari arah kamar, pemuda itu menyerahkan sebuah kaos berwarna hitam pada Jimmy.

"Thanks," ucap Jimmy, setelah menerima baju tersebut. "Aku ganti baju dulu, ya?" izinnya, pada Aera sebelum masuk ke dalam kamar Jeon.

"I-iya."

Not, My TypeWhere stories live. Discover now