26. Refreshing Makin Pusing

131 32 11
                                    

Seperti sudah kehilangan arah, Jimmy bahkan melakukan hal apapun kali ini tanpa berpikir dua kali, apalagi dengan matang-matang.

Sepeninggalnya dari rumah yang urung dia datangi, Jimmy benar-benar langsung pergi keluar kota, tanpa kembali ke apartemen terlebih dahulu. Boro-boro membawa perbekalan 'liburan dadakan'nya, Jimmy bahkan masih mengenakan baju yang dia pakai tadi saat ke kantor.

Barang-barang penting seperti baju, sandal atau sepatu, bahkan printilan layaknya charger handphone atau earphone-nya bisa dia beli nanti saja jika diperlukan.

Terlalu banyak uang itu pasti fleksibel.

Terlebih dia pun bahkan tidak tahu tujuannya setelah ini akan kemana.

Mobilnya mengikuti jalanan sesuai dengan yang nalurinya inginkan. Sorot lampu di sepanjang mata memandang kini menampilkan jalanan perkotaan yang mulai sepi dan lengang.

Isi kepala Jimmy seharusnya kini riuh dengan berbagai pemikiran. Namun sejenak, dia kosongkan. Dia kini sedang tak ingin memikirkan apapun.

Memakan waktu sekitar dua jam perjalanan, Jimmy spontan berbelok ketika melihat sebuah gedung hotel berbintang lima.

Hotel yang sepertinya memang dikhususkan untuk diinapi para turis karena berada di dekat tempat wisata di kota ini, yaitu pantai.

Berjalan keluar dari mobilnya seolah tanpa beban. Jimmy pun lantas melenggang menuju ke meja resepsionis untuk check in kamar.

Jimmy memesan kamar terbaik dan termahal di sini. Dia tak memedulikan berapa harga yang harus dia gelontorkan dalam semalam untuk menginap di sini.

Benar-benar tak ada pertimbangan apapun atas apa yang dia lakukan saat ini.

Dan ketika pandangan matanya menatap pada sebuah king size bed di hadapannya selepas membuka pintu, dia benar-benar seperti anak kecil yang langsung melompat telungkup, merebahkan tubuhnya yang baru terasa lelahnya, setelah seharian ini bersikap begitu apatis.

Menenangkan, adalah satu kata yang kini dia rasakan.

Terlelap selama satu jam lamanya, Jimmy baru sadar bahwa tubuhnya kini terasa tak nyaman. Bajunya yang dipenuhi keringat, kakinya yang terasa lembap akibat lupa membuka sepatu, membuatnya ingin sekali segera mengguyur dirinya dengan air hangat.

Tapi tentu saja, ingin bangkit pun masih malas. Daya tubuhnya kini lemah sekali. Bukan hanya perasaan yang kosong, perutnya pun sejak tadi sudah tak diisi apapun.

Mau tidak mau Jimmy akhirnya bangkit, dia ingin memesan makan, dan harus mandi sebelum makanan tersebut siap.

"Bangunlah, kau bukan seorang pengecut, Bodoh!" umpatnya, bermonolog pada dirinya sendiri.

Jimmy berjalan menuju nakas, mengambil gagang telepon untuk memesan sesuatu.

"Selamat malam juga."

"Aku ingin makan apapun yang paling mahal di sini."

"Ah iya, berikan aku juga anggur terbaik yang kalian miliki."

"Hmm, sudah itu saja."

Setelah menyebutkan pesanannya, Jimmy pun segera melonggarkan dasi yang ada di kerah bajunya, membuka seluruh pakaiannya karena dia memang sungguh akan mandi, menghilangkan semua rasa malas yang sebenarnya masih dominan menguasai dirinya.

•••

Mungkin efek terlalu banyak minum semalam, membuat Jimmy yang berniat refreshing ini hanya bisa menghabiskan waktunya untuk tidur seharian. Dia yang tidur pada saat fajar, baru terbangun ketika senja sudah hampir habis.

Not, My TypeWhere stories live. Discover now