16. You Should Stay Tonight

146 34 38
                                    

Sebenernya, aku sempat mikir buat nggak lanjutin cerita ini. Agak ragu, takut ada kesalahan, sampe searching² di internet soal seputar kehamilan.

Tapi sayang juga, udah ngabisin waktu dan kuota. ( ꈍᴗꈍ)

Nunggu respon pembaca aja akhirnya.

•••

Yang sejak tadi ditunggu, sebenarnya sudah datang.

Nyonya Anna sudah tiba di rumah sakit setengah jam yang lalu. Tapi, dia sengaja tak langsung masuk untuk melihat bagaimana tanggung jawab Jimmy.

Dalih terpaksa, tapi tetap saja dilaksanakan.

Di luar ruangan, wanita paruh baya yang sudah resmi menjadi seorang nenek ini menyunggingkan senyuman haru. Sekaligus menangis dalam kebahagiaan, tatkala mendengar suara tangisan nyaring yang menandakan bahwa penerus keturunan keluarganya sudah lahir ke dunia.

"Ibu, kau dari mana saja? Kenapa lama sekali?" Jimmy berjalan ke arah pintu yang terbuka, menampilkan sang ibunda yang berjalan dengan tergesa.

Nyonya Anna berpura-pura terlihat buru-buru, agar tak Jimmy curigai.

"Banyak bertanya, yang penting ibu sudah di sini." Nyonya Anna menjawab pertanyaan Jimmy, namun tatapannya tak dia tujukan pada sang putra. Malah, pada bayi yang kini berada di dalam gendongan perawat.

Perawat yang tadi masuk ketika Aera dan Jimmy berdebat. Yang sebenarnya diperintahkan oleh nyonya Anna, agar melerai mereka.

"Banyak bagaimana? Aku hanya mengajukan dua pertanyaan."

"Astaga, anak ini minta dijitak." Nyonya Anna menoleh sebentar, jawaban anaknya ada-ada saja. Padahal suasana sedang mengharukan begini.

Jimmy menggaruk tengkuknya, saat melihat dokter dan perawat di sana menyunggingkan senyum.

Dia tahu, mereka tengah menertawakannya. Hanya berusaha disembunyikan saja.

Beberapa detik berlalu, suasana berubah hening. Jimmy tak mampu lagi bersuara, ketika melihat ibunya terus-terusan menatap pada sang bayi dengan sorot mata yang begitu tulus.

Hingga setelahnya, dia pun turut mengalihkan perhatian pada makhluk mungil berparas cantik, dengan hidungnya yang mancung.

Lucu. Jimmy mengakui itu.

Dia tak menyangka bahwa hari ini dia telah menjadi seorang ayah.

Berpikir apa aku ini?

Jimmy mengerjap dari lamunan.

Tidak, dia bukan anakku.

Keyakinannya memudar lagi, kembali berpikir bahwa dia belum seratus persen percaya jika anak itu adalah anaknya.

Pandangannya seketika berotasi, melirik dengan ujung matanya, pada Aera yang juga terdiam dengan tatapan kosong ke arah langit-langit.

Entah apa yang wanita itu pikirkan saat ini.

Jimmy juga tak seharusnya peduli.

•••

"Kapan ibu akan memulangkan wanita ini? Bayi yang katanya cucu ibu itu sudah lahir, jadi artinya ... urusan kalian sudah selesai, kan?"

Baru juga hendak bersiap untuk pulang, setelah diizinan oleh dokter, Jimmy kembali bertingkah kurang ajar dan berbicara demikian pada ibunya.

Nyonya Anna langsung melotot, dia ingin sekali menampar pipi sang putra. Namun tangannya kini tengah menggendong cucunya yang tertidur dengan lelap. "Jimmy, jaga bicaramu!" ucapnya dengan suara yang pelan, namun penuh penekanan.

Not, My TypeWhere stories live. Discover now