7. Perjanjian

136 32 13
                                    

Keduanya benar-benar tercenung hingga tak mampu lagi berkata-kata.

Apa mereka tidak salah dengar?

Kenapa nyonya Anna tiba-tiba menyuruh mereka mempertahankan kandungannya?

Jimmy tak menyangka juga dengan keputusan sepihak dari sang ibunda.

Terlebih dia yang tak habis pikir pada ibunya yang serta-merta percaya pada Aera, bahwa bayi yang wanita itu kandung adalah anaknya.

Aera ini orang asing. Belum pernah bertemu apalagi mengenalnya lebih jauh. Bahkan untuk Jimmy sendiri, baru mengenal Aera dalam hitungan minggu saja.

"Tidak mungkin, Bu!" Jimmy berucap dengan tegas. Dia merasa harus segera memberi ibunya pengertian agar tak gegabah.

"Aku juga tidak mau mempertahankan anak ini, Nyonya." Aera ikut menimpali. Sebab, tujuan dia kemari memang bukan meminta pertanggungjawaban yang seperti itu.

"Kalian ini kenapa? Apa kalian tega, membunuh buah cinta kalian berdua?"

Buah cinta?

Serasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan. Aera dan Jimmy merasa ingin muntah saja, ketika ibunya berprasangka demikian.

Buah cinta apanya? Mereka bahkan bisa begini karena sebuah insiden yang tidak disengaja.

"Jimmy, kenapa kau tak pernah bercerita sudah memiliki pacar?

Kau bilang tidak ingin berpacaran? Kau bilang tidak mungkin akan menikah, karena kau ingin terus bersama ibu?

Jika tahu begini, seharusnya kau bisa bilang pada ibu. Sebelum kalian melakukan hubungan, kalian kan bisa menikah terlebih dahulu?

Ibu bilang apa? Kau tidak mungkin tahan hidup sendirian, Sayang.

Tenanglah, ibu bisa mengerti kau ini sudah dewasa. Kau bisa terus tinggal bersama ibu, walaupun kau sudah menikah."

Nyonya Anna terus mengoceh, tak memberi putranya kesempatan untuk menyela. Wanita paruh baya ini benar-benar sudah salah paham.

Dia sungguh menyangka bahwa Aera dan Jimmy memiliki hubungan spesial.

"Kau tidak keberatan kan, jika menikah nanti kau tinggal bersama mertuamu?"

Mata Jimmy tambah membelalak ketika ibunya malah berbicara begitu lembutnya pada Aera.

"Ibu!" Jimmy menarik tubuh nyonya Anna agar menjauh dari Aera. "Ibu ini salah paham. Aku dan wanita ini tidak memiliki hubungan seperti yang ibu sangkakan."

Mendengar sang putra berkata begitu ngotot, membuat mata nyonya Anna lantas memicing. "Apa maksudmu? Bicaralah dengan jelas, agar ibu bisa mengerti."

"Kami tidak berpacaran," jelas Jimmy.

"Lalu, hubungan kalian apa?"

Harus menjelaskan bagaimana, saat ibunya sudah bertanya ke arah sana? Otak Jimmy stuck.

Yang benar saja, jika dia harus membeberkan bahwa Aera ini hanya seorang wanita penghibur yang dia bayar?

Bisa hancur reputasinya sebagai Anak Baik di hadapan sang ibunda.

Tapi jika tak dijelaskan secara detail, ibunya bisa terus salah sangka.

"Intinya, aku dan dia tidak memiliki hubungan. Ini semua hanya kecelakaan. Jadi, biarkan kami menyelesaikan masalah ini berdua saja ya, Bu?"

"Tapi jika anak yang dia kandung itu anakmu, ibu tidak akan rela kalau sampai kalian gugurkan. Bagaimana pun, dia darah dagingmu, dia cucu ibu."

Kenapa semuanya menjadi rumit begini? Sulit sekali bagi Jimmy berbicara dengan sang ibunda. Wajarnya, seorang ibu akan marah jika anaknya ketahuan begini.

Not, My TypeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum