38. Orang Penting

124 30 40
                                    

Apakah kejadian tergila dalam hidupnya tempo hari ada hubungannya dengan Jimmy?

Apakah itu semua adalah salah satu cara balas dendam yang Jimmy lancarkan untuknya? Melalui orang lain?

Aera semakin berpikiran tak baik.

Caranya terlalu halus.

Dia mengepalkan tangannya dengan langkah yang gontai. Baru semalam ayahnya memuji Jimmy mati-matian. Berkata bahwa sosok pria yang baik untuk dijadikan sebagai suami adalah yang seperti Jimmy.

Baik, tampan, sopan, santun, bahkan tumbuh di keluarga yang sangat amat baik dalam segi derajat dan finansial.

Aera hanya mendengarkan semua kalimat-kalimat pujian tersebut. Dia tak menanggapi sedikit pun, karena merasa sang ayah sangat sok tahu sekali dalam menilai Jimmy. Yang notabene baru satu kali bertemu, dan sisanya mungkin hanya lewat sambungan telepon.

Entah doktrin semacam apa yang Jimmy berikan, perkataan seluar biasa apa yang pria itu ungkapkan, hingga membuat tuan Adam yang bisa dibilang cukup pintar itu tertipu dengan mudahnya.

Jimmy itu misterius, manipulatif dan egois. Poin utama yang Aera pikirkan jika harus menjabarkan seorang Jimmy dalam beberapa kata. Ada sifat baiknya memang, tidak dipungkiri. Tapi yang buruk, yang lebih mendominasi.

Seandainya sang ayah masih berada di sini, Aera ingin sekali memperlihatkan segala sisi buruk Jimmy yang tak dia ketahui.

Lihatlah, perumpamaan karakter protagonis yang ayahnya agung-agungkan kemarin itu nyatanya adalah seorang antagonis yang penuh dengan topeng.

Aera memegangi dadanya yang tiba-tiba merasakan sakit. Napasnya tercekat. Dia ingin sekali menangis detik ini.

Aera merasa bodoh, karena secara diam-diam sudah menetapkan ekspektasi pada Jimmy terlalu tinggi.

Dia kira Jimmy sudah berubah.

Hmm, tidak berubah mungkin. Karena memang, inilah tabiat aslinya. Pikir Aera.

Dari jarak sepuluh meter, Aera menghentikan langkah, saat melihat Jimmy juga terhenti karena suara dering dari ponselnya.

Jimmy merogoh saku celananya, menerima sebuah panggilan menggunakan tangan kirinya. Karena tangan kanannya sepertinya masih enggan melepaskan lengan Karen.

Romantis sekali.

Hubungan macam apa yang Jimmy jalin dengan Karen?

Di luar perkiraan.

Tidak ada clue satu titik pun jika dua manusia itu ternyata cukup dekat.

Otak Aera terus diisi oleh banyak sekali pertanyaan.

Matanya membeliak, ketika Jimmy tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan ponsel yang masih berada di samping telinganya.

Jimmy juga terlihat cukup shock dengan kehadiran Aera.

Dan entah mengapa, Aera malah semakin kecewa, tatkala memperhatikan Jimmy masih saja tak ingin memisahkan diri dari Karen.

Tangan keduanya masih saja tertaut.

Ah, apa yang aku pikirkan? Memangnya aku siapanya? Dia pasti sama sekali tak memiliki perasaan apapun padaku, kecuali rasa benci.

Suara hati Aera terus menggema, bersahutan dengan isi kepalanya yang menyuruhnya untuk lekas pergi dari tempat ini.

Ayo pergi, Aera. Untuk apa kau berada di sini? Pulanglah ke keluargamu. Toh mereka sudah tahu semuanya.

Aera membalikkan badannya, karena Jimmy juga hanya bisa bergeming ketika menyadari keberadaannya.

Not, My TypeWhere stories live. Discover now