20. Fase Tersulit

124 29 19
                                    

Chit chat : Kalian asal mana aja?

•••

Mungkin karma yang akan didapatkan oleh setiap perbuatan itu memang nyata adanya.

Sejak dulu, sebenarnya Aera tahu bahwa berbuat baik akan berbalas kebaikan. Begitupun sebaliknya. Jika berbuat buruk, maka keburukan tersebut akan berbalik pada si pelaku juga.

Dan sepertinya, kali ini dia akhirnya mendapatkan apa yang selayaknya harus dia dapatkan.

Menerima perbuatan buruk atas keburukan yang sudah sering dia lakukan.

Beberapa orang yang pernah dia tipu, tapi hanya satu yang benar-benar menjatuhkan seluruh pertahanannya.

Jimmy menjadi 'wakil' yang mungkin Tuhan kirimkan untuk menghukum dirinya.

Niat baik tapi dengan cara buruk sama saja dengan keburukan. Maksud hati ingin membahagiakan keluarga, tapi malah memberikan kecewa.

Ya, itulah yang Aera pikirkan seandainya keluarganya tahu apa yang sudah dia lakukan dan alami.

Memiliki anak di luar pernikahan, apalagi dengan alasan mendapatkan pembalasan dari seseorang yang sudah dia tipu.

Jika dipikirkan berulang-ulang, mungkin kepala Aera bisa pecah. Sangking rumit dan amat kacaunya kehidupan dia saat ini.

Dia yakin tidak akan ada yang membelanya, sebab jika diamati dari sudut pandang manapun dia adalah tersangka utamanya. Dalang dari segala kekacauan yang terjadi.

Aera menangis lagi malam ini.

Kejadian tadi siang benar-benar membuat mentalnya drop. Kata-kata dan tamparan Jimmy sungguh menyadarkan dirinya, bahwa apa yang dia terima memang pantas. Orang berdosa sepertinya tak seharusnya lagi membela diri.

Semua salahnya. Apapun karenanya.

"Aku harus menebus semua kesalahanku. Jangan sampai semua keluargaku merasakan imbas dari apa yang sudah aku lakukan."

Aera bermonolog sendirian, ketika tangannya tengah sibuk memompa ASI yang hendak dia berikan pada Jira esok hari.

Sebenarnya sejak tadi dia ingin sekali memilih untuk terus berbaring, dan tertidur agar sedikit melupakan masalahnya.

Tapi dia pun merasa tak bisa hanya begitu saja.

Bagian dadanya terasa sakit jika tidak dipompa. Badannya juga merasa tak nyaman. Dan terlebih, dia juga membayangkan jika nanti Jira tak bisa menerima ASI yang cukup.

Sekarang sudah pukul 12 malam. Aera tetap berusaha untuk memompa ASInya sampai terasa kosong, agar dia bisa tidur nyenyak nantinya.

"Jira sedang apa?"

Aera kembali berbicara sendiri ketika tangannya masih sibuk dengan aktivitasnya. Dia terkenang lagi masa-masa ketika masih tinggal bersama Jira.

Selain rindu wajah mungilnya, dia juga merasa lebih tak kerepotan seperti sekarang ini.

Sebab jika dia tinggal bersama Jira, Aera merasa tak harus lelah-lelah memompa ASI begini, apalagi setelah ini dia juga harus menakar dan memasukkan cairan tersebut ke dalam kemasan. Itupun belum juga harus menatanya ke dalam freezer.

Dan satu lagi, esoknya dia harus mengantarkan itu semua pada kurir.

DBF lebih memudahkan. Direct Breastfeeding atau menyusui secara langsung lebih nyaman dilakukan. Tidak usah repot-repot begini.

Aera kira, keluar dari rumah Jimmy adalah hal terbaik. Namun ternyata, jika itu mengharuskan dia jauh dengan Jira malah terasa seperti keputusan yang buruk juga.

Not, My TypeWhere stories live. Discover now