13. Hanya Karena Mangga

148 31 11
                                    

Panas.

Setidaknya itu yang Aera alami selama kehamilannya sudah mulai memasuki trimester ketiga.

Dia sering sekali merasa tubuhnya berkeringat hebat, apalagi di malam hari.

Meski di rumah Jimmy terdapat AC, tapi dia lebih sering mematikannya. Karena Aera kurang suka jika tubuhnya terlalu lama berada dalam suhu yang membuat kulitnya malah terasa kering.

Malam ini saja, Aera memilih untuk mencari udara segar di sebuah pondok kecil dekat kolam ikan yang ada di rumah Jimmy.

Tak ada yang lebih menyegarkan dibandingkan udara alami dari embusan angin.

Terlebih, di tempat ini juga terdapat bantal-bantal besar yang bisa dia gunakan untuk membaringkan tubuhnya.

Bahkan sangking nyamannya, dia memutuskan untuk membawa selimut tipis yang tidak terlalu besar, kalau-kalau sampai ketiduran.

Dan benar saja, setelah satu jam berada di sana, Aera akhirnya tertidur. Padahal ketika dia berada di kamar, dia begitu kesulitan ketika harus memejamkan matanya.

Aera menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut, saat setengah sadar dia merasa terganggu oleh suara-suara nyamuk yang tak dia sangkakan akan datang.

Namun karena terlalu malas untuk berpindah ke kamarnya, Aera memilih untuk berbaring di ujung dekat tembok, di balik bantal-bantal besar yang ada.

Telinganya pun ditutup oleh sebuah bantal kecil, agar tak bisa mendengar suara dengingan dari nyamuk-nyamuk yang mengerubunginya.

Berhasil.

Aera bisa kembali tidur dengan nyenyak setelahnya.

Entah berapa lama dia terlelap, hingga terbangunkan lagi oleh sesuatu yang kini membuatnya mengalami sesak napas.

Ada bau asap menyengat yang hadir. Dan ibu hamil ini---yang memang selalu sensitif di indera penciuman itu tak bisa serta-merta mengabaikan.

Aera bangkit dari baringan secara tiba-tiba.

"Astaga!"

Membuat si Tersangka yang menjadi penyebab dia mengalami sesak itu terlonjak kaget.

Jimmy ternyata ada di sana untuk menghabiskan waktunya menikmati beberapa batang rokok, karena mengalami kesulitan tidur juga.

Keduanya terkejut, akan kehadiran masing-masing yang tak disadari.

Jimmy memang tak menengok ke arah sekitar, sehingga tak tahu bahwa Aera sedang berada di sana.

"Kenapa kau tidur di sini?"

"Jimmy, ada apa?" Nyonya Anna keluar melalui balkon, karena mendengar suara gaduh yang datang. Kebetulan, pondok kecil yang kini Aera dan Jimmy datangi memang tepat berada di bawah kamarnya.

Aera tak menjawab pertanyaan Jimmy, karena dia dan pemuda itu memang langsung menengadahkan kepala untuk mengalihkan atensi pada nyonya Anna.

"Dia tidur di sini, Bu." Jimmy mengadu.

"Di kamar aku tidak bisa tidur. Badanku terus berkeringat." Aera turut memberikan alasannya.

"Matikan rokokmu dulu," pinta nyonya Anna ketika menyadari sang putra masih memegang batang rokok yang mengepul. "Asapnya tidak baik, jika terhirup oleh Aera."

"Ya sudah, ibu suruh dia masuk saja," jawab Jimmy.

"Matikan sekarang!" perintah nyonya Anna dengan suara yang lebih tegas.

"Tapi Bu, aku ingin bersantai di sini. Ibu tahu kan, aku yang membangun tempat ini untuk menikmati me time." Jimmy sudah mematikan rokoknya, tapi dia masih tak terima jika ibunya terus membela Aera.

Not, My TypeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora