36. Tanggung Jawab

124 31 36
                                    

Matahari sudah menyorot, menyelinap melalui sela-sela jendela. Mata Aera mengerjap, ketika menyadari dirinya sudah bangun kesiangan.

Padahal seharusnya wajar saja, karena dia pun baru bisa terlelap selepas subuh tadi. Namun, karena sudah terbiasa jadi Morning Person, dia agak aneh saja harus bangun saat keadaan di luar sudah terang.

Sebelah matanya masih menyipit, sembari mengumpulkan kesadaran.

Hari ini agak tenang, karena dia disarankan oleh Jeon agar tak berangkat lagi ke kantor untuk sementara waktu. Fokusnya harus dia tujukan pada Jira dulu.

Barusan, Aera pun mendengar suara denting notifikasi dari ponselnya.

Mungkin Jeon lagi, karena semalam sebelum terlelap, mereka sempat saling membalas pesan, mendiskusikan keputusan tadi.

Soal Aera yang bisa melakukan pekerjaan kantornya di rumah, sembari mengurus Jira.

Tangan Aera terulur, mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Dia membuka salah satu dari beberapa pesan yang diterima. Sekilas dari tulisannya, nama kontak Jeon tertera di sana.

• [ Mau sarapan apa? ]

Aera membacanya masih dengan sebelah matanya yang terbuka. Karena serius, rasa kantuknya masih sangat mendominasi.

Dia bahkan membuka pesan tak langsung dari aplikasi, melainkan dari bar notifikasinya.

• [ Aku ingin makan croissant yang semalam. Kau tahu di mana tempat penjualnya? ]


Tak menunggu waktu yang lama sejak mengetikkan isi pesannya, Aera pun kembali menerima balasan.

• [ Tentu saja. Semua makanan yang aku beli semalam, itu dari eksekutif chef langganan ibuku. ]

Tubuh Aera yang tadi berbaring, kini tegap sempurna. Keadaan linglung yang tadi mendera, kini sadar seluruhnya.

Mata Aera melotot, ketika sadar telah salah mengirim pesan.

Dia kira, isi pesan tadi dari Jeon.

Tapi pesan yang dia balas ternyata dari Jimmy.

• [ Aku pergi ke kantor pagi-pagi. Ada beberapa hal yang harus aku urus ]

Pesan di atas, adalah pesan asli yang Jeon kirimkan padanya.

Aera ingin mengumpat pada dirinya sendiri.

Malu sekali.

Dia sudah terbiasa dekat dengan Jeon, apa-apa jadi tak sungkan. Semenjak memiliki Jira---karena peran Nyonya Anna---yang membuat mereka seperti kakak dan adik yang sesungguhnya.

Jadi tak salah, jika Aera menyangka pesan dari Jimmy tadi adalah pesan dari Jeon, yang beberapa kali memang selalu menawarinya makanan selama berada di kantor.

Aera menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Dia ingin sekali apa yang terjadi saat ini adalah sebuah mimpi.

Mencoba memejam, lalu mengecek ponselnya lagi, selama berulang kali. Berharap pesan yang tadi Jimmy kirimkan itu tak nyata.

Tapi dilihat beberapa kali juga tetap saja ada.

Itu artinya dia sama sekali tak bermimpi.

"Aera?"

Not, My TypeWhere stories live. Discover now