17. Night Changes

131 30 17
                                    

Terbangun dengan kepala yang terasa pening, Jimmy sedikit terperanjat ketika menyadari keadaan di sekitarnya sudah berubah terang.

Bahkan cahaya matahari sudah menyorot melalui sela-sela jendela.

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi.

Suasana kamar sangat sepi.

Jira tidak ada di atas kasurnya.

Melirik ke arah kasur utama, Aera dan ibunya yang semalam tidur di sana pun tidak ada juga.

Spreinya bahkan sudah tertata dengan rapi.

Jimmy langsung berdiri, ketika melihat barang-barang Aera sudah menghilang.

Otaknya bahkan bertanya-tanya tentang apa yang kini dia lakukan. Kenapa dia spontan berlari, untuk memastikan keberadaan wanita tersebut?

"Kau mau ke mana?"

Jimmy menghentikan langkah, saat ibunya yang kini tengah duduk di depan teras sembari menjemur tubuh Jira bertanya padanya.

"Aera sudah pergi."

"Oh ...."

Jimmy berdeham, karena merasa salah dalam merespons. "Aku tidak bertanya juga, Bu," elaknya.

"Sekedar informasi," kata nyonya Anna singkat saja.

"Hmm." Jimmy memalingkan wajah, tiba-tiba dia merasa canggung sendiri.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Nyonya Anna mengerutkan keningnya. Melihat sang putra tiba-tiba berlari kecil di tempatnya.

"Ibu tidak lihat, aku sedang berolahraga?" alasan Jimmy sembari merenggangkan tangan-tangannya.

"Tumben kau berolahraga di sini, biasanya kau berolahraga di tempat gym milikmu."

Entah hanya perasaanya atau memang benar, Jimmy merasa nada suara ibunya ketika berbicara terkesan dingin sejak tadi.

"Hanya ingin mencari suasana baru saja. Tidak salah, kan?"

"Mencari suasana baru, atau ingin melihat Jira?" Sebagai ibu, nyonya Anna tahu betul kapan putranya sedang berbohong atau tidak. Dari gesturnya saja sudah gampang ditebak.

"Untuk apa aku melihat anak itu?" Jimmy berusaha keras untuk tak melihat ke arah Jira.

Nyonya Anna menghela napasnya ketika Jimmy berkata demikian. "Lalu, untuk apa juga semalam kau tidur di samping kasur Jira? Tidak mungkin kan, kau mengigau dan tiba-tiba pindah ke sana?"

Padahal Jimmy hendak berasalan seperti itu. Tapi ibunya mendadak seperti cenayang saja, yang tahu, apa yang berada dalam pikiran anaknya.

"Tentu saja bukan. Aku tidak mengigau, aku hanya membantu mengganti popoknya saja," jawab Jimmy dengan jujurnya. "Lagipula, ibu tidurnya nyenyak sekali. Sampai tidak mendengar suara Jira menangis. Aku saja yang tidak ada di sana mendengarnya." Dan jawaban barusan, dia malah berbohong.

Jira tidak menangis. Jimmy saja yang masuk dengan sendirinya, dan menghampiri Jira.

Dia gengsi, tidak mau mengakui.

Mendengar itu, nyonya Anna malah menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tahu sang putra sudah berbohong. Karena faktanya, nyonya Anna semalam belum benar-benar terlelap. Hanya mencoba memejam, dan memilih berpura-pura tertidur saat Jimmy berjalan masuk.

Bahkan, kalimat apa yang semalam Jimmy katakan pada Jira, bisa dia dengar dengan jelas juga.

"Benarkah begitu?" Nyonya Anna sengaja menggoda Jimmy dengan pertanyaan tersebut.

Not, My TypeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora