32. As Your Wish

123 30 24
                                    

Senyumnya terus mengembang, padahal ini masih pagi buta. Dan Jimmy malah sudah merasa bahagia sebegitunya.

Bahkan tubuhnya masih meringkuk di bawah selimut, keadaan kamarnya pun gelap, karena gorden yang tertutup.

Belum sempat dibuka.

Sebab satu pesan yang dia terima di ponselnya sudah sukses membuat Jimmy salah tingkah sendiri, hingga melupakan keadaan di sekitarnya.

Padahal pesannya hanya berisi jam dan alamat tempat Aera akan mengajaknya makan malam.

Tidak ada lagi.

Tidak ada tambahan lagi, semisal kata-kata lainnya.

Jika ada orang lain yang melihatnya, Jimmy bisa saja dikatakan aneh.

Mungkin tidak aneh jika itu dialami oleh dua orang yang tengah kasmaran. Karena yang jadi masalah, orang-orang di sekitarnya tahu betul bagaimana hubungan mereka berdua. Terlebih, seburuk apa Jimmy pernah memperlakukan Aera.

Tidak akan pernah menyangka, dan pasti tidak akan percaya juga, bahwa perilaku Jimmy sudah berubah drastis. Bisa dikatakan kebalikannya.

Membingungkan bukan?

Bayangkan saja, Jimmy bahkan hampir galau tiap detik, selama seharian penuh, karena Aera tak kunjung memberi kepastian akan ajakannya.

Jimmy sendiri pernah berprasangka bahwa Aera membatalkan permintaannya secara sepihak.

Padahal hanya satu hari.

Lebay sekali makhluk labil ini.

Dan nyatanya, gadis itu menepati janji.

Besok, Jam 8 malam, di salah satu restoran western mewah yang berada di pusat kota.

Jimmy sampai menggigit ujung selimut, sangking mulai menerka-nerka, momen apa saja yang akan mereka lalui nanti. Dia juga berharap, momen makan malam tersebut bisa menjadi kesempatan baginya melakukan permohonan maaf secara resmi pada Aera.

"Aku harus pakai baju apa?"

Jimmy menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya hingga tergeletak di bawah lantai. Dia bahkan langsung berlari kecil menuju ke arah walk in closet.

"Yang mana, ya?" monolognya, setelah menggeser lemari berpintu kaca yang menampilkan ratusan koleksi baju mahal miliknya.

"Ah, beli baru saja."

Padahal belum mencoba satupun, tapi Jimmy malah langsung memutuskan untuk tak menggunakan baju lamanya.

Padahal tidak lama juga. Terakhir dia membeli baju baru beberapa Minggu lalu. Bahkan ada puluhan juga yang belum dia pakai sama sekali.

Ada-ada saja memang kelakuan orang yang terlalu super kayanya.

Jimmy pun lantas menghubungi salah satu pemilik baju branded langganannya.

"Aku ingin koleksi terbaru yang baru-baru ini launching. Pastikan yang hanya ada satu di dunia."

"Oh, ada beberapa pilihan?"

"Bawakan saja semua jenis warnanya. Aku akan langsung membayarnya."

"Kirim barangnya ke rumahku hari ini juga. Aku akan mencobanya di rumah."

"Baiklah, terima kasih."

Baru saja selesai melakukan panggilan telepon, Jimmy benar-benar serius langsung mentransfer sejumlah uang yang tak main-main besarnya.

Agak berlebihan sebenarnya untuk ukuran makan malam biasa, sampai dia harus memesan baju seperti hendak pergi ke acara penting.

Kendati, mungkin bagi Jimmy sendiri, undangan makan malam Aera kali ini salah satu acara terpenting.

Not, My TypeWhere stories live. Discover now