PENGECUT

98 99 0
                                    

Gafi tak menyadari bahwa dirinya hingga ketiduran sangkin kelelahannya menunggui Gaura.

Tertidur dengan bersandar lelah pada bibir ranjang pasien sembari  membantali  lipatan satu tangannya, jelas saja itu sungguh sangat tidak nyaman jika boleh di katakan.

Ntah jin apa yang tengah merasuki tubuhnya itu, hingga membuat dirinya jadi sepeduli ini pada istrinya, seharian ini pun ia sampai lupa atas urusan tentang kekasihnya.

Ia masih tertidur dengan posisi tangannya  yang masih terus menggegami erat pergelangan tangan istrinya, tak ingin sekali rasanya untuk melepaskannya.

Tiba dalam satu setengah jam kemudian, di dapati hal yang  ramang-ramang, dengan sedikit terlihat gerakan-gerakan kecil pada jari-jari tangan Gaura yang tepat di genggami oleh Gafi.

Seketika itu mata Gafi reflek terbukak dari yang semula ia setengah ketiduran, ketika merasakan ada gerakan-gerakan kecil pada tangan Gaura yang tengah ia genggami. "G-gaura," Panggilnya halus dengan tatapan cemas, dan dugaan Gaura akan segera siuman.

Menyadari gerakan-gerakan kecil pada jari-jari tangan Gaura, Gafi sempat meraih perlahan tangan Gaura kembali dan menggegaminya erat kembali, ia sempat  berdiam menatap penuh harapan dan penantian Gaura akan segera siuman.

Dan ternyata benar saja, dalam menit itu, kedua kelopak mata Gaura yang tadinya tertutup rapat kini mulai perlahan terbukak sayup-sayup, hingga ia mengerjapkan matanya mengintai sebuah cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya, dengan tatapan sayu ia melihat sebuah ruangan asing di sekitarnya, ia tak sedikit pun mendapati sebuah suasana ruangan yang ia kenali selama ini.

"G-gaura, k-kamu bangun? B-benarkah kamu akan bangun?" Gugup Gafi senang, melihat mata Gaura yang perlahan mulai terbukak.

Suara yang terdengar halus itu membuat Gaura menoleh sedikit ke arah pria kekar yang memakai jas dokter itu, tentu saja ia terkejut dalam hati, melihat kehadirannya sungguh ini terlihat seperti mimpi, ia sangat merindukan suaminya usai tak pernah melihatnya dari beberapa minggu ini, namun ... Ntahlah, rasa rindu itu kini sudah musnah, karena dirinya sudah terlanjur di kecewakan pada waktu di mana ia menelfonnya di waktu itu.

"Mas," Lirih Gaura.

"I-iya Ra, apa kamu haus biar ku ambilkan minum," Ntahlah, panggilan itu   membuat sangkaan Gafi seakan Gaura haus, dengan cepat-cepat ia berinisatif mengambilkan minum untuk Gaura.

Sedotan air minum yang sudah di sodorkan secara dekat-dekat di bibir pucat Gaura, membuat Gaura kontan mengisapnya seakan ramalan Gafi benah bahwa ia haus dan ingin minum, padahal sebenarnya bukan itu yang ia target.

Mendapati tatapan bingung  sedih istrinya, seolah membuatnya langsung mengerti apa yang ada dalam fikiran istrinya."Kenapa? Apa kamu bingung atas keberadaan saya ada di sini?" Pertanyaan itu benar saja membuat Gaura langsung mengangguk kecil, fikirnya tau saja kalau ia tengah berfikir bingung seperti itu.

Gafi meraih pelan dan menggagami halus tangan Gaura hingga meletakannya di pipi, "Nona Gaura mengapa anda harus berfikir seperti itu? Di sinilah rumah sakit tempat saya betugas nona, saya menjadi salah satu dokter bedah di rumah sakit ini, jadi tidak ada salahnya jika saya mendapati anda, bahkan andalah yang menjadi pasien bedah saya sekasang," Ucapnya detail, sembari tersenyum suram menatap sendu ke arah Gaura.

Deg!
Ouh tidak, Gaura baru menyadari bahwa  dirinya saat ini tengah berada di rumah sakit, tentu saja ia juga baru teringat pada kala di mana ia mengajukan proses oprasi di malam itu, dan dokter pernah mengatakan bahwa ia akan di pindahkan ke rumah sakit lain, tentu saja ternyata di sini ia di pindahkan dan menjalankan oprasi di tempat suaminya sendiri yang bertugas, ia sungguh tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi, bahwa rahasianya telah di ketahui jelas oleh suaminya.

KALIMAT CINTA tak TertataHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin