HADIRNYA LUKA

90 113 0
                                    

Suasana hotel malam, yang tampak hening dan asri, sangat cocok di gunakan untuk orang yang ingin menenangkan diri, dengan jiwa yang bisa merasakan ketenangan, karena keheningan dan keindahan di malam hari.

Gaura yang berdiri di sebuah balkon, sembari fokus menatap bintang-bintang di langit, dengan angin menerpa tubuhnya dan membuat rambut dan kain lingerie berkibaran dengan indah.

Sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang langsing Gaura, siapa lagi kalau bukan Gafi, awalnya ia pun ragu untuk memeluknya, karena ia sangat gengsi, namun apa dayanya untuk menahan, lagi pula juga ia istrinya.

Gaura hanya menoleh santai dengan wajah datarnya tanpa di dasari reaksi apapun.

"Ada apa?" Tanya dingin Gaura dengan berbuang wajah.

Gafi menggeleng, yang artinya tak ada tujuan, "Saya hanya ingin memelukmu."

"Kamu bilang, kamu tidak mencintaiku, tapi kenapa kamu mau memeluku?" Tanya Gaura dengan raut juteknya.

"Mmm .... Kamu tidak menyukai jika saya memelukmu?"

Gaura diam, dan membiarkannya untuk berfikir sendiri.

Gafi meletakan dagunya ke atas pundak Gaura, "Memangnya berpelukan harus di dasari rasa cinta, ya? Bukannya kamu bilang kita teman?" Tanyanya halus.

"Kita suami istri!" Cletuknya kesal.

Gafi tersenyum simpul, "Yasudah, jadi kalo gitu, apa salahnya saya memeluk kamu."

"Oh."

Gafi melepas perlahan pelukannya, lalu ia berdiri mengiringi Gaura, sembari ikut menatap bintang-bintang di langit.

Hening beberapa detik, "Sedari tadi kamu terus memperhatikan bintang, apa ada yang tengah kamu rindukan?"

"Ntahlah."

"Lalu?"

Gaura diam tak mengacuhkannya pertanyaanya, perasaannya begitu kesal, karena lelaki itu terus saja mengoceh, sangat brisik, dan sangat mengganggu dirinya yang tengah berdiam menenangkan diri.

Gafi membuang nafas berat, lalu ia menghening kembali, dan terus menatap bintang-bintang.

Bosan menatap langit, Gafi pun menoleh ke arah Gaura kembali dan menatapnya lekat, sedangkan Gaura masih terus menatap langit-langit.

Gafi masih terus memperhatikan Gaura, terutama dari penampilannya yang menggoda itu, "Malam-malam gini pakai-pakaian seperti itu, tidak takut masuk angin, kah? Udaranya begitu dingin di sini," Ucap  Gafi, dengan sembari menyilang tubuhnya menahan hawa yang semakin terasa dingin, usai berlama-lama di balkon.

"Biasa aja."

"Kulitmu ini seperti baja."

"Baja? Mas sebut aku baja?" Ujarnya tak terima.

"Iya baja, kulitmu begitu tidak merasakan kedinginan, saya yang memakai piyama saja masih menembus sampai tulang dinginnya, apa lagi kamu yang hanya memakai lonjeri, kamu ini kebiasaan."

"Kalau tidak suka? Abaikan lah, kamu ini suka sekali melarangku untuk berpenampilan seperti ini, padahal aku ini istrimu," Kesal Gaura.

"Hmm ...."

Gaura kembali diam dan kembali menatap langit-langit.

"Kamu sudah makan?" Tanya Gafi dengan menampakan raut datarnya.

Gaura menggeleng.

"Kalau begitu makanlah, makanan sudah di siapkan oleh pelayan VIP, mereka meletakannya di atas meja."

KALIMAT CINTA tak TertataWhere stories live. Discover now