PROLOG

225 131 0
                                    

Kisah seorang gadis yang bernama Gaura elyoena, dengan ia yang saat ini sudah menginjak usia sekitar dua puluh tahun.

Dirinya yang saat ini sudah menjadi anak broken home yang terlantar bebas di jalanan, ia hidup seperti itu pun usai mengalami perceraian dari kedua orang tuanya.

Sudah lama ia di tinggal oleh kedua orang tuanya, dan usai perceraian kedua orang tuanya, dalam selang dua tahun ia pernah tinggal di rumahnya, namun setelah itu ayahnya tega menjual rumahnya, hingga pada akhirnya ia di lantarkan di jalanan.

Di setiap harinya Gaura terus berjalan ntah kemana arah pulangnya, ia sangat bingung dengan tempat kembali yang seharusnya.

Di siang hari ia yang setiap hari mencari makan dengan cara membantu para pedagang-pedagang pangkalan, dari mulai membantu mencuci piring-piring dan mangkok, ia pun juga membantu menghidang-hidangkan makanannya, ia sengaja melakukam itu agar ia bisa dapat makan gratis di setiap harinya.

Dan di setiap malam Gaura selalu tidur di sembarang tempat, terkadang ia tidur di depan toko-toko yang sudah tutup, dan terkadang ia pun juga tidur di kolong jembatan, semua itu tergantung ia berhenti saat berjalan-jalan.

Begitlah cara Gaura bertahan hidup di setiap harinya.











••••••••🌼🌼🌼•••••••••

"Perampok! Perampok!" Teriakan seorang lelaki yang telah mengalami musibah rampokan.

Gaura yang tengah berjalan sembari mengumpulkan botol kosong, ia pun sadar mendengar teriakan tersebut, hingga pada akhrinya berhenti diam sejenak.

Namun tak di sangka sang perampok ternyata melewati jalannya Gaura, hingga dengan kejamnya sang pedampok menyerahkan dompet korban pada Gaura tanpa sedikitpun perkataan, sampai-sampai Gaura terdiam kebingungan di tempat itu.

Sang perampok berhasil kabur, dan meninggalkan Gaura.

Sang bapak korban telah datang, dan sudah langsung menghadapi Gaura. "Ouh jadi kamu perampoknya, dasar bocah tengil!" Amarah sang korban.

"E-enggak pak, b-bukan saya perampoknya, tadi perampoknya lari ke sama," Gaura berusaha menjelaskan apa yang terjadi, karena hal ini tidak sesuai apa yang bapak itu maksud.

"Alah! Mana ada perampok ngaku! Simi balikin dompet saya!"

Gaura langsung menyerahkan dompetnya.

Bapak tersebut langsung menarik dompetnya dengan kasar dari tangan Gaura.

Gaura terus merengkut-rengkut ketakutan saat dirinya terus di sentak.

Sang bapak secepatnya mengecek isi dompetnya, saat ia lihat ternyata uangnya tinggal separuhnya dan tidak sebanyak dari sebelumnya.

"Haargs ...! Kembalikan uang saya yang separuhnya lagi! Mana!? Kembalikan!"

"Loh pak, saya bukan pencurinya, tadi pencurinya yang lari ke arah sana."

"Alah dasar pembohong!"

Plak! Bugh! Degh!
Sang bapak tersebut tega memukuli Gaura dan juga menendangnya hingga sangat keras.

"Aduh sakit pak! ampun! Jangan pukulin saya, saya bukan perampoknya!"

"Pembohong!"

"Beneran pak."

"Mana, kembalikan uang saya!"

Sang bapak sampai tega meraba-raba kasar tubuh Meira, hingga uang hasil kerja keras Gaura yang sudah lama ia kumpulkan akhrinya di ambil oleh sang bapak tersebut. "Nah kalo gak ada, saya ambil uang kamu yang ini!"

"Jangan pak, itu uang saya, saya udah lama banget ngumpulinnya, saya mohon jangan di ambil pak, kan bukan saya perampoknya."

"Bohong! Kamu pasti sekokol kan sama dia, dasar tengil! Masih muda kerjaannya nyolong!" Sarkasnnya, lalu ia menendang kepala Gaura.

Gaura sampai tersungkur kesakitan.

Sang bapak tersebut kembali meninggalkan Gaura, tanpa memperdulikannya.














•••••••••🌼🌼🌼•••••••••

Saat ini Gaura tengah beristirahat di depan toko beras, sembari meniup-niup luka-luka memar bekas pukulan dari sang bapak tadi.

"Ya Allah sakit banget, perih, hiks!" Lirihnya sembari tak tahan menangis.

"Berilah kesabaran pada hamba ya Allah, gantikanlah rezeki yang berlimpah untuk hamba, hiks! Hiks! Hiks!" Lirihnya dengan tegar sembari menangis terisak-isak.

Laper, udah gak ada uang, Ucap batinnya.

Betapa kerasnya nasip gadis malang ini.

Dengan ia yang terduduk hampas di lantai yang kotor tanpa alas apapun, tubuh yang kucel, dekil dan amat kotor dengan pakaian yang tidak layak masih ia kenakan sebagai bahan penutup auratnya.

Saat ia masih tengah menangis.

Namun dengan teganya sang pemilik toko beras yang tiba-tiba saja mengusirnya untuk pergi.

"Heh! Bocah dekil! Pergi sono, keberadaan lu  di sini tuh cuma ngehalangin orang jualan tau gak!"

Meira menoleh kaget ke arahnya, usai dirinya di sentak.

"Pergi, pergi! Cepet pergi!"

"I-iya pak, maaf ya," Lirih Gaura, dengan ia yang segera bangkit, dan ingin pergi meninggalkan tempat.














••••••••••🌼🌼🌼••••••••••

Kembali melakukan aktifitas perjalanan, sembari memulung botol-botol kosong.

Dengan raut wajahnya yang layu tanpa senyuman, dengan sikap tegarnya yang terus berusaha ikhlas menerima keadaan, namun ia tetap berusaha bertahan melawan kekerasan dunia.

Gaura masih terus berjalan mencari botol-botol kosong.

Saat tengah memunguti sebuah botol kosong di sisi-sisi jalan, tiba-tiba saja ada yang dengan songongnya melempar botol dengan kasar ke arah Gaura, sampai-sampai Gaura terpejat kaget.

"Aw! Sakit," Gumamnya pelan dengan nada sabar.

Botol yang di lempar barusan sempat mengenai wajah Gaura dengan amat kasar.






Jangan lupa mampir ke istagram @cici_ai_ai

KALIMAT CINTA tak TertataWhere stories live. Discover now