TERTIKAM

105 130 0
                                    

Tiba di malamnya, Gafi yang kini baru saja kembali ke rumahnya, dengan ia yang tengah berjalan lamban memasuki ruang tamu.

Sampai tiba berjalan di ruang tamu, ada Gaura yang tiba menghampirinya secara langsung.

Gaura cepat-cepat melayani suaminya dengan membantu membawakan jas dan juga tas kerjanya.

Dengan Gafi yang hanya memperhatikan sikap kepekaan dari istrinya itu, namun terlihat dari tampak raut wajahnya ia seperti tidak menyukai tentang perilaku istrinya itu, namun ia hanya tetap diam.

"Mas langsung ke ruang makan aja, biar ini Gaura bawain ke kamar, mas pasti laper, kan?"

"Saya gak laper, saya udah makan di luar," Jawabnya dengan nada dingin, sembari meraihkan kembali alat-alat miliknya yang barusan di ambil alih oleh Gaura.

Seketika Gaura langsung menciut, dengan  terdiam tunduk.

Dengan Gafi yang langsung meninggalkan tempat berdirinya Gaura.

Dengan rasa sakit di hatinya, ia merasa bahwa semua hal baik yang ia lakukan untuk suaminya, sungguh tidak berguna di mata suaminya.










••••••••••🌼🌼🌼•••••••••••

Hingga seketika itulah, Gaura dengan rasa kecewanya ia pun langsung secepatnya membuang semua makanan yang sudah lama ia masak dengan susah payah dari waktu-waktu sebelumya.

Dengan mengalirkan deras air mata, hingga terisak-isak pedih, sembari membuang-buangkan semua makananya melalui aliran wastafel, hatinya begitu teriris dengan semua  hal yang di perlakukan oleh suaminya, karena semua hal yang ia perbuat terus tidak di hargai oleh suaminya.

Sakit banget rasanya, kenapa sih aku harus terus-terusan ngrasain hal kek gini, kamu juga mas, kenapa gak mau kenghagrai semua kebaikan yang aku lakuin ke kamu, seenggaknya hargain dikit kek, memamg seenggak berguna itu ya aku di mata kamu.

Sangkin sakitnya, Gaura terus menangis terisak-isak, dengan terus sembari membuang semua makannya dengan sikap yang di buat kesal.

Aku benci!

Tak sadar ternyata Gafi yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat pintu ruang makan, dengan ia yang tengah memperhatikan bingung ke arah istrinya yang tengah membuang-buang makanannya ke dalam wastafel, dengan di dasari tangisan.

Gaura masih belum menyadari ada Gafi yang tengah memperhatiaknnya di belakang.

Krutak!
Hingga terakhir Gaura melempar satu mangkuk ke arah watafel dengan kasar.

Gafi yang memperhatikan pun sempat sedikit terkejut.

Di situlah Gaura langsung terdiam berdiri dengan sembari menutup matanya yang menangis dengan kedua punggung tangannya, di situ hanya terdengar suara isakan tangis dari bibir Gaura.

"Hiks! Kesel," Lirih Gaura, dengan langsung berlari, tanpa memperhatikan keadaan sekitar, hingga ...

Braghk!
Berlari tak lihat-lihat  sampai akhirnya tak sengaja menabrak tubuh suaminya yang tengah berdiri diam memperhatikannya.

Dengan rasa terkejutnya,  Gaura memandang tubuh siapa yang berada di hadapannya itu, hingga perlahan-lahan  pandangannya ia arahkan sampai tepat memandang wajah suaminya dengan perasaan tegangnya.

"M-mas," Ucapnya dengan nada tegang, dan terkejut.

Gafi memperhatikannya dingin, sembari melipat kedua tangan di dada.

Gaura tertunduk ketakutan, ia merasa terciduk karena barusan ia sempat marah-marah dan juga menangis, lalu dengan segera Gaura mengusap air matanya.

"Kenapa masakannya kamu buang?" Tanya Gafi dengan tatapan dinginnya.

Gaura bergeleng-geleng ketakutan.

"Kan bisa di makan besok, memangnya harus di makan sekarang? Saya harus memaksakan diri untuk memakannya, gitu?"

Tanpa menjawab dengan sedikit kata, Gaura langsung meninggalkan berdirinya Gafi, sembari berbuang wajah dingin ke arahnya.

Gafi pun hanya diam dan membiarkannya pergi dari tempat berdirinya.










••••••••••••🌼🌼🌼••••••••••••

Hingga sampailah kembali Gafi di kamarnya, dan menutup kembali pintu kamarnya dengan perlahan, karena takut akan mengganggu Gaura.

Melihat ke arah sofa, yang ternyata Gaura sudah tertidur di atasnya.

Gafi melangkah meletakan handphonenya ke atas nakas, lalu kembali memperhatikan istrinya yang tengah terbaring tidur tanpa di baluti slimut.

Lalu Gafi berjalan masuk ke ruang ranjang, namun tak di sangka ternyata dengan perhatiannya Gafi yang meraihkan sebuah slimut.

Hingga berjalan kembali mendekati arah tempat tidurnya Gaura, di situlah Gafi dengan perlahan langsung membaluti tubuh Gaura dengan slimut yang ia bawa, agar Gaura tidak kedinginan.

Setelah itu Gafi langsung duduk di dekat Gaura, dengan posisi yang di blakangi oleh baringannya Gaura.

Dengan sikap memberanikan diri, Gafi yang mengusap-usap pelan bahu Gaura dengan sikap ragunya.

Gafi tersenyum tipis menatap ke arah tidurnya.




KALIMAT CINTA tak TertataWhere stories live. Discover now