RENCANA

389 7 0
                                    

       "Selamat siang, dengan Nyonya Keinara?" tanya Danang memastikan.

     "Iya benar, saya Keinara. Anda siapa?" tanya Keinara ramah.

     "Saya ditugaskan mengantar pesanan ini untuk ditujukan kepada Nyonya." ucap Danang menyerahkan paper bag di tangannya.

    "Tapi saya tidak memesan makanan apapun, pak. Bapak pasti salah kamar." jawab Keinara menolak, ia takut kalau laki-laki yang di depannya berdiri saat ini hanya modus.

     "Nenek yang menyuruhnya mengantarkan makanan itu untukmu, Keinara." ucap Nenek Nina yang tidak jauh dari unit Keinara.

     Lima belas menit yang lalu, Danang menghubungi Nenek Nina  setelah memastikan kalau Keinara ada di apartemennya. Nenek Nina pun langsung bergegas menuju apartemen Keinara yang ternyata berdampingan dengan unit milik Dave tepat di samping apartemennya. Nenek Nina sudah merencanakan sesuatu untuk Dave dan Keinara.

     Keinara terkejut akan kehadiran Nenek Nina di apartemennya.

     "Ne-Nenek sejak kapan ada di sini?" tanya Keinara gugup.

    "Nenek menyuruh orang ini untuk mencarimu, sayang. Nenek boleh masuk ke dalam?" tanya Nenek Nina meminta.

     "Silahkan, Nek. Kita berbicara di dalam saja." ucap Keinara mempersilahkan, membuka lebar pintu apartemennya.

    "Terima kasih." jawab Nenek Nina bergegas melangkah kakinya. Sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam, ia  membalikkan badannya untuk berbicara kepada Danang.

    "Danang kamu sudah bisa pulang, terima kasih karena sudah membantu saya menemukan, Keinara." perintah Nenek Nina kepada Danang orang suruhannya.

    "Baik, bu. Saya permisi dulu dan ini makanannya." jawab Danang menyerahkan paper bag yang berisi makanan yang dari tadi dia pegang.

    Nenek Nina mengambilnya lalu masuk ke dalam bersama Keinara.

     Di sofa Keinara tidak berani melihat Nenek Nina. Ia merasa tatapan Nenek Nina seperti sedang mengintimidasi dirinya.

    "Keinara Nenek ingin mendengar darimu langsung. Apakah kamu dan Dave sedang ada masalah? Maaf jika Nenek harus ikut campur." ucap Nenek Nina menyelidik.

     "Aku dan Dave tidak ada masalah apapun, Nek. Kenapa Nenek bisa berpikiran seperti itu?" tanya Keinara memberanikan dirinya melihat Nenek Nina yang duduk di hadapannya.

     "Terus, kalau kalian berdua tidak ada masalah, kenapa kamu harus menghindarinya dengan mengatakan kalau kamu pergi ke luar kota?" tanya Nenek Nina, siang itu Nenek Nina ingin tahu bagaimana perasaan Keinara terhadap Dave dan ia pun terus memberikan beberapa pertanyaan kepada Keinara.

    Keinara terlihat diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Padahal sejujurnya ia sedang menghindari Dave karena dia tidak mau perasaannya semakin dalam kepada Dave.

     Keinara menghela napas panjang kemudian berkata.

    "Maafkan Keinara, Nek. Sebenarnya Keinara memang sengaja menghindari, Dave. Keinara hanya tidak mau menjadi penghalang antara, Dave dan teman masa remajanya. Mereka berdua berhak untuk bahagia karena mereka saling mencintai, Nek." ucap Keinara lirih menundukkan wajahnya.

     "Dengan mengorbankan perasaanmu, begitu?" tanya Nenek Nina menatap lekat wajah Keinara.

     "Nek, aku dan Dave menikah hanya karena terpaksa. Dan aku sadar kebahagiaan, Dave ada pada teman masa remajanya  bukan dengan Keinara. Jadi, Keinara sudah putuskan untuk mengakhiri pernikahan kami dan segera mengurus perceraian dengan, Dave." ucap Keinara menjelaskan mencoba tegar. padahal dalam hatinya, ia sangat sedih mengatakan hal itu.

      Dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia tetap ingin bersama Dave bukan karena ia sedang hamil, tapi karena ia mulai jatuh cinta kepada Dave, tapi terlalu gengsi untuk mengakuinya.

    "Keinara, Nenek tidak akan pernah setuju kalau kalian bercerai. Nenek sudah terlanjur sayang padamu dan hanya kamu yang pantas untuk mendampingi, Dave sampai selamanya bukan orang lain. Jadi tolong tarik kembali kata-katamu tadi ya. Nenek tidak ingin ada perceraian lagi di keluarga Salendra." ucap Nenek Nina menjelaskan panjang sambil menggenggam erat tangan Keinara.

      "Tapi Nek. Keinara tidak mau menjadi orang yang egois dengan mempertahankan pernikahan kami ini. Sedangkan Dave sudah punya pilihan sendiri, orang yang selama ini dia tunggu sudah kembali, Nek. Jadi, Ini mungkin sudah menjadi takdir Keinara berpisah dengan Dave." ucap Keinara bersikeras menatap Nenek Nina.

       "Nggak Keinara, takdirmu tetap bersama, Dave. Nenek yakin Dave tidak ingin berpisah denganmu. Sekarang Nenek mau bertanya padamu, apa kamu mencintai Dave?" tanya Nenek Nina menatap lekat kedua bola mata Keinara mencari jawaban di sana.

     Deggg, jantung Keinara berdetak sangat kencang, ia tahu Nenek Nina pasti akan menanyakan hal itu. Akan tetapi Keinara perlu menyakinkan dirinya dulu sebelum memberi jawaban kepada Nenek Nina.

    Kedua bola mata Nenek Nina tidak lepas memandang lekat wajah Keinara yang seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ia terlihat sulit untuk mengatakannya.

      "Maaf, Nek. Untuk hal itu Keinara belum bisa menjawabnya. Berikan Keinara waktu." jawab Keinara menghela napasnya.

    "Baiklah, Nenek akan memberikan kamu waktu, tapi jangan terlalu lama. Dan Nenek sangat berharap jawabanmu bisa memberikan, Nenek kebahagiaan." ucap Nenek Nina yang menaruh harapan besar pada Keinara.

     Keinara tidak menjawab lagi, di ruang tamu apartemen Keinara suasana mendadak menjadi hening. Nenek Nina terlihat sedang memikirkan sesuatu.

     "Keinara temani Nenek yuk. Nenek sudah lama nggak ke salon." ucap Nenek Nina mengajak, sebuah ide muncul di dalam benaknya.

     "Boleh, Nek. Tapi Keinara bolehkan minta satu hal." jawab Keinara menganggukkan kepalanya tanda menyetujui.

     "Apa itu, Keinara." tanya Nenek Nina singkat.
    "Tolong jangan kasih tahu, Dave kalau Keinara ada di sini ya." jawab Keinara meminta, meletakkan kedua tangannya di dada.

     "Ok, itu hal yang gampang." jawab Nenek Nina tersenyum mendengarnya.

    "Ya sudah, Keinara mau siap-siap dulu. Nenek Nina tunggu di sini sebentar ya." ucap Keinara bangkit berdiri dari duduknya berjalan melangkah masuk ke dalam kamarnya.

     Saat Keinara berjalan melangkah pergi menuju kamarnya. Nenek Nina kembali menghubungi Danang untuk membantunya menjalankan rencananya.

    [Halo, Bu] Danang.

   [Danang, aku perlu bantuanmu lagi. Tolong bawa beberapa anak buahmu untuk mencegat kami di jalan. Aku mau, kamu berpura-pura layaknya penculik. Tapi ingat, jangan sampai membuat kami dalam bahaya. Aku melakukan ini hanya untuk mengerjai, Dave apakah dia peduli dengan istrinya atau tidak, mengerti] Nenek Nina.

     [Siap, Bu. Saya akan mengatur semuanya] Danang.

    [Ok, nanti aku akan kirim lokasinya] Nenek Nina.
    Nenek Nina dan Keinara sekarang sudah berada di dalam mobil menuju salon langganan Nenek Nina yang berjarak tidak jauh dari letak apartemennya. Keinara memandang keluar memperhatikan deretan gedung-gedung pencakar langit yang berada di Jakarta.

TAWANAN CEO KEJAM On viuen les histories. Descobreix ara