TIDAK HABIS PIKIR

362 7 3
                                    

      Interview berlangsung sekitar dua puluh menit, bagi Jovanka itu adalah waktu yang cukup lama. Ia meremas tangannya untuk menutupi kegugupannya.

     "Ok, saya akan menghubungi kamu kembali setelah Ceo perusahaan memutuskan siapa yang akan dia pilih menjadi sekretarisnya. Kamu sudah boleh pulang dan tolong ponselnya terus diaktifkan ya, siapa tahu kamu yang beruntung." ucap Sheila tetap dengan wajah dinginnya.

    "Baik, Bu terima kasih atas kesempatannya. Saya permisi dulu." ucap Jovanka melangkah pergi keluar meninggalkan ruangan HRD dengan perasaan tidak tenang.

    Perlahan kakinya berjalan melangkah ke arah lift yang akan mengantarnya ke lantai satu perusahaan.

    Alpha dan Dave baru saja datang di kantornya. Mereka baru saja meeting di luar dengan perusahaan lain. Jovanka sampai di lantai satu bertepatan dengan Dave dan Alpha masuk ke dalam lift khusus Ceo.

     Dave masih sempat melihat wajah Jovanka. Namun, ia tidak terlalu ingat dengan wajah itu.

    "Pak bos sedang melihat siapa?" tanya Alpha penasaran.

    "Melihat cicak-cicak di dinding." jawab Dave bergurau.

   "Cicak? Memang ada cicak di dalam lift?" tanya Alpha kembali, ia menautkan kedua alisnya.

    "Ada, cicak itu yang sekarang sedang berdiri di sampingku ini. Tubuhnya besar dan makannya banyak." sindir Dave melirik Alpha yang masih kebingungan.

    Alpha melihat sekitarnya hanya mereka berdua yang berada di dalam lift.

    "Maksudmu aku cicaknya?" tanya Alpha membulatkan matanya lebar menatap ke arah Dave.

    "Aku tidak mengatakan seperti itu. Aku hanya bilang kalau cicaknya ada di sampingku." jawab Dave menahan tawanya.

    "Ya di sampingmu itu adalah aku, berarti aku cicaknya?" tanya Alpha balik dengan wajah cemberut.

    "Kamu sendiri yang mengatakan kalau kamu cicaknya." jawab Dave terkekeh.

     Ting!

    Lift berhenti Dave bergegas melangkah keluar saat pintu lift terbuka, Alpha pun mengejarnya.

     Dave menjatuhkan bokongnya duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil memijit pelipisnya. Belakangan ini ia sangat sibuk dan juga kurang istirahat. Dari pagi hingga sore terkadang sampai malam ia berada di kantor. Ia pulang ke rumah hanya mengganti pakaian saja. Setelah itu kembali lagi ke rumah sakit menjaga Keinara.

     "Alpha, tolong pijatkan dong, rasanya badanku lelah sekali." ucap Dave meminta.

    "Sejak kapan aku berubah profesi menjadi tukang urut?" protes Alpha mengerutkan keningnya mendengar permintaan Dave yang menurutnya konyol.

    "Sejak saat ini, aku benar-benar lelah. Rasanya badanku benar-benar digebuki satu kampung. Kalau kamu mau memijitku aku akan memberi bonus untukmu." ucap Dave membujuk Alpha dengan menaik turunkan alisnya.

     "Hah! kamu serius mau memberikan bonus untukku?" tanya Alpha mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Dave.

    "Apa aku terlihat becanda?" tanya Dave balik.

    "Ok, kalau begitu aku akan memijitmu? Kita mulai dari mana? Kaki, tangan, kepala atau _" kalimat Alpha berhenti karena mendapat tatapan tajam dari Dave.

     "Apa ada yang salah dari ucapanku?" tanya Alpha bingung.

    "Tidak ada, mulai dari sini saja." ucap Dave menunjuk pundaknya.

     Alpha mulai melaksanakan perintah Dave, ia melakukan pijatan kecil di pundak Dave.

     "Yang mana lagi, pak bos yang mau di pijat?" tanya Alpha sedikit merapatkan tubuhnya ke pundak Dave. Siapa pun yang melihat posisi mereka saat ini akan berpikiran negatif tentang mereka.

      Ceklek!

     Pintu terbuka menampakkan sosok Sheila yang berdiri di ambang pintu.

    "Astaga, aku tidak salah lihat?" gumam Sheila, ia membulatkan matanya melihat pemandangan di depannya.

    Dave dan Alpha menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Sheila.

     "Emangnya bu Sheila lihat apaan? Apakah di ruangan ini ada makhluk tak kasat mata?" tanya Alpha melihat ke arah Sheila yang terlihat kikuk.

     "Bu Sheila masuk dulu, tidak sopan bicara di depan pintu dengan atasan." tegur Dave dengan tegas.

     "Ba-baik, pak. Tapi apa kedatangan saya tidak menggangu?" tanya Sheila gugup.

    "Maksud kamu mengganggu bagaimana?" tanya Dave menaikkan alisnya.

    "Maksud saya, apa saya tidak menggangu pak Dave dan pak Alpha yang sedang _" Sheila menghentikan kalimatnya karena Dave takut marah.

      "Bu Sheila kalau bicara yang jelas jangan setengah-setengah." tegur Dave kembali, karena merasa lelah ia mudah emosi.

     "Maaf pak tidak jadi, saya ke sini hanya mau mengantarkan data-data hasil interview hari ini." jawab Sheila menyerahkan dokumen yang dia pegang.

    "Terima kasih, nanti saya akan memeriksanya." ucap Dave meletakkan dokumen itu di atas tumpukan berkas yang belum ia periksa.

    "Saya permisi, Pak." pamit Sheila berjalan tergesa melangkah keluar meninggalkan ruangan Dave.

     "Tunggu bu, Sheila. Saya masih penasaran dengan apa yang ibu Sheila katakan tadi, mengganggu apa ya maksudnya?" tanya Alpha menahan Sheila meninggalkan ruangan, ia merasa akan ada sesuatu terjadi di kantor tapi ia tidak tahu apa.

     "Sa-saya tadi tidak sengaja melihat, pak Alpha memeluk pak Dave." jawab Sheila menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.

     "Apa?" pekik Alpha dan Dave bersamaan, mereka saling memandang. Cepat-cepat Alpha menjauh dari Dave.

     "Maaf saya pikir pak Alpha dan pak Dave sedang berpelukan." ucap Sheila menundukkan kepalanya.

    "Emang kami sedang berpelukan menurutmu Sheila?" tanya Dave dengan sorot mata tajam.

    "Saya pikir pak Alpha dan pak Dave saling berpelukan. Pak Dave, apakah tidak ada wanita yang bisa menarik perhatian bapak lagi? Sampai-sampai, pak Dave begitu sangat dekat dengan pak Alpha. Apa bapak tidak bisa melihat saya misalnya? Saya bersedia menjadi kekasihnya bapak bagaimana?" ucap Sheila dengan semangat menyala-nyala berharap Dave mempertimbangkannya.

     Dave menepuk jidatnya sedangkan Alpha memegang perutnya menahan tawa.

     "Astaga, bu Sheila jadi dari tadi itu yang ada di pikiran Ibu? Ya ampun saya masih normal bu, saya tidak mungkin berpelukan dengan Alpha. Saya sudah me_" Dave hampir keceplosan memberitahu kalau ia sudah menikah.

    "Maksud, pak Dave ia sudah punya calon istri hanya saja dia belum mengenalkannya kepada kita." ucap Alpha memotong kalimat Dave secara tiba-tiba.

     "Yah berarti Sheila tidak punya harapan lagi." ucap Sheila memainkan ujung rambutnya.

     "Punya kok, saya mau dengan bu Sheila tapi hanya sebatas rekan kerja tidak lebih dari itu." jawab Alpha cepat agar Sheila tidak melanjutkan bicaranya.

    "Bu Sheila, apa yang bu Sheila lihat tadi tidak seperti yang ibu duga. Saya menyuruh Alpha memijit bahu saya karena saya merasa lelah." ucap Dave menjelaskan.

     "Baik pak, kalau begitu saya permisi keluar dulu. Kalau pak Dave sudah melihat datanya, tolong beritahu saya. Biar saya menghubungi siapa yang menjadi kandidat pilihan pak Dave." ucap Sheila berpamitan yang sudah dari tadi berdiri di depan pintu kantor.

     "Iya, nanti saya akan memberitahu ibu. Saya mau istirahat dulu." jawab Dave yang masih menikmati pijatan dari Alpha.

    Alpha masih tidak percaya kenapa Sheila bisa menduga kalau dirinya dan Dave punya hubungan lebih dari sahabat dan rekan kerja, padahal dirinya dan Dave sama-sama lelaki dan mereka laki-laki normal.

TAWANAN CEO KEJAM Where stories live. Discover now