SESAL MENDALAM

472 6 0
                                    

      "Di saat seperti ini ternyata aku sangat rapuh, aku juga tidak boleh egois memaksa Dave bersamaku karena wanita yang dia cintai sudah datang. Tapi sekarang aku sedang dihadapkan pada kebimbangan, aku bingung antara bertahan atau berhenti sampai di sini saja. Ya Tuhan, tolong bantu aku keluar dari masalah hati ini." gumam Keinara berkata dalam hatinya sambil terisak.

      Rasanya dia sudah lelah menangis, semenjak hamil sifatnya selalu berubah-ubah mudah sensitif dan baperan.

    Keinara tertidur sampai dia lupa kalau dia belum mengisi perutnya dari siang. Keinara terbangun saat perutnya terasa lapar.

     Sama halnya dengan Alpha yang ketiduran di rumahnya sampai lupa kembali ke kantornya lagi. Alpha membulatkan matanya saat menyadari kalau jam sudah menunjukkan pukul empat sore.

      "Astaga, aku tidak salah lihat bukan?  Bisa gawat besok harus siap mendengar ceramah dari, Dave. Dia pasti marah besar karena tadi aku tidak sempat permisi keluar dari kantor." gumam Alpha terdiam sejenak memikirkan nasibnya besok.

      "Tapi Keinara bagaimana ya? Apakah dia masih sedih? Oh iya, kenapa tadi aku tidak meminta alamat apartemennya ya? Kalau tahu aku bisa melihat kondisinya saat ini ke sana, memastikan apakah dia baik-baik saja." gumam Alpha merutuki dirinya yang sudah lupa minta alamat apartemen Keinara.

     Sore ini Dave mengantar Jovanka pulang lagi, dan kali ini Dave juga mengajak dia makan malam. Dave seakan lupa niatnya yang tadi siang mau mencari Keinara.

     "Jovanka malam ini kita makan malam ya di salah satu restoran favoritku, karena aku memiliki beberapa restoran yang cocok di rekomendasikan untuk makan malam kita. Restorannya tidak jauh kok dari sini, kamu mau bukan?" tanya Dave menawarkan sekaligus mengajak.

     "Kamu yakin, Dave mau mengajakku makan malam? Apa tidak ada yang marah menemanimu makan malam?" tanya Jovanka balik.

     "Hahaha...kalau aku sih jangan tanya ya, pasti tidak ada yang marahlah." jawab Jovanka tertawa.

     "Sama dong, kalau begitu. Oh ya, Jovanka apa selama kita berpisah kamu sudah pernah punya pacar?" tanya Dave penasaran.

     "Aku tidak berniat untuk pacaran, Dave. Aku mau langsung nikah saja, seandainya nih ya, sekarang ini ada yang melamarku, aku pasti akan dengan senang hati langsung menerimanya. Lagi pula menurutku pacaran itu ribet, apa-apa dikit-dikit harus lapor bukan tipekulah seperti itu." jawab Jovanka sedikit berbohong padahal sebenarnya tidak semua yang dia ucapkan tentang dirinya benar. Ia selalu berusaha menutupi perasaannya di depan Dave.

     "Seandainya kamu tahu, Dave . Kamulah yang aku harapkan selama ini menjadi pendamping hidupku, dan maksud dari perkataanku tadi adalah mau menyindirmu. Aku berharap kamu peka pada perasaanku." batin Jovanka dalam hati menatap Dave.

     Jovanka tidak tahu kalau Dave sudah menikah, yang ia tahu Dave sama seperti dirinya sama-sama jomblo akut. Jovanka tahu Dave belum menikah dari salah satu karyawan di kantor Salendra Corp, karena Dave dan Keinara tidak mempublikasikan hubungan pernikahan mereka. Jadi wajar saja semua karyawannya tidak ada yang tahu kalau bos mereka itu sudah menikah kecuali Alpha dan beberapa staff penting di perusahaan.

       Jovanka punya sedikit harapan untuk mendapatkan hatinya Dave.

     Dave dan Jovanka sudah sampai di restoran yang Dave maksud, Dave bahkan belum pernah mengajak Keinara makan di sana. Mereka memilih duduk di dekat jendela yang memiliki view yang dapat langsung bisa menikmati suasana malam di kota Jakarta dari atas gedung restoran.

    "Nah ini adalah tempat duduk favoritku, aku selalu memilih duduk di tempat yang bisa melihat langsung keluar." ucap Dave menunjuk salah satu meja yang berada paling pinggir di dekat jendela restoran.

    Mereka berdua memesan makanan dan minuman, sambil menunggu pesanan datang, mereka mengobrol ringan.

    "Dave aku mau bertanya satu hal dan kamu harus jawab dengan jujur." tanya Jovanka dengan raut wajah serius.

    Mendengar nama Dave di sebut, Keinara yang ternyata ada di restoran itu membalikkan badannya menoleh ke belakang.

     "Wanita itu bukan yang tadi siang ada di ruangan, Dave. Jadi, Dave mengajaknya ke sini?" batin Keinara, ia melebarkan telinganya agar bisa mendengar lebih jelas pembicaraan Dave dengan sekretarisnya.

     "Memang tentang apa sih yang mau kamu tanyakan?" tanya Dave penasaran dengan sorot mata tajamnya menatap Jovanka.

    "Kamu sudah menikah atau belum? Karena aku mendengar dari karyawanmu, katanya sampai sekarang kamu belum pernah membawa seorang wanita ke kantormu, maksudku pacarmu. Aku mau mendengar jawaban langsung darimu." ucap Jovanka menatap lekat wajah Dave mencari kebenaran di sana.

     "Aku penasaran mendengar jawaban Dave." batin Keinara menunggu dengan sabar, ia menajamkan pendengarannya.

     Dave terlihat diam, mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Jovanka, sesaat ia menghela napas panjangnya sebelum melanjutkan perkataannya.

      "Sebenarnya aku sudah menikah beberapa bulan yang lalu, tapi pernikahan itu karena terpaksa. Untuk alasannya aku belum bisa menjelaskannya sekarang. Satu hal yang perlu kamu ketahui Jovanka, dari remaja aku sudah menyukaimu lebih dari sekedar teman. Kamulah yang aku harapkan untuk menjadi pendamping hidupku bukan istriku yang sekarang. Tapi, itu hanya ada dalam anganku saja, aku tidak mungkin bisa memilikimu lagi karena aku tidak mau membuat Nenek kecewa jika aku harus menceraikan istriku." ucap Dave menjelaskan dengan perasaan yang tidak menentu, tapi dia harus berkata jujur walaupun itu di dengarnya sangat Menyakitkan untuk Jovanka.

     "Jadi kamu sudah menikah? Tapi kenapa tidak ada satupun karyawanmu yang tahu. Jujur Dave, aku juga memiliki perasaan yang sama sepertimu. Tapi semuanya sudah terlambat, apa kamu bahagia dengan pernikahanmu? Terus kalau boleh tahu, siapa wanita yang beruntung itu yang mendapatkanmu?" tanya Jovanka menahan air matanya agar tidak keluar di depan Dave.

     "Kerena pernikahanku memang sengaja tidak mengundang banyak orang, hanya keluarga dan kerabat terdekat dan teman-teman dekat saja. Kalau kamu bertanya, apakah aku bahagia sekarang? Jujur aku belum bisa mengatakan kalau aku sudah bahagia karena perasaanku sekarang benar-benar membingungkan diriku sendiri. Nanti aku akan mengenalkannya padamu, tapi tidak pada waktu dekat ini. Jovanka setelah kamu mengetahui statusku, apakah pandanganmu akan berubah padaku dan kamu tidak mau berteman denganku lagi?" tanya Dave menggenggam erat tangan Jovanka.

    "Kalau kamu tahu Dave, mendengarmu sudah menikah aku sangat hancur sekali. Selama ini aku, menutup hatiku untuk laki-laki lain itu karena aku percaya akan di pertemukan lagi denganmu, tapi kedatanganku sedikit terlambat. Aku bisa saja menjadi wanita egois, aku bisa merebut hatimu tapi aku tidak akan pernah melakukan itu karena aku paling benci dengan namanya pelakor dan aku tidak mau kata-kata itu ditujukan istrimu padaku." batin Jovanka dalam hatinya, kedua bola matanya tidak lepas memandang lekat Dave.

TAWANAN CEO KEJAM Where stories live. Discover now