MERAYAKAN KEMENANGAN

444 5 0
                                    

        "Idiih, Hilda kamu sudah saraf kali ya. Cowok ceroboh gitu di bilang tampan, sudah ayo kita pulang sekarang. Taksinya sudah datang." ucap Jovanka menunjuk halaman cafe dan mereka pun bergegas masuk ke dalam taksi.

      "Tapi benar lho Van, cowok tadi tampan sekali. Kamu tidak tertarik dengannya?" tanya Hilda penasaran menunggu jawaban dari Jovanka yang duduk di sampingnya.

     "Nggak, dalam hatiku hanya ada satu orang yaitu teman masa remajaku. Ah, aku jadi merindukan, Dave. Dia pasti sudah tumbuh menjadi laki-laki tampan, kira-kira dia dimana ya? Apakah dia masih ingat denganku?" ucap Jovanka bertanya kepada sahabatnya Hilda.

     "Ya mana kutahu kekasih masa remajamu itu masih ingat atau nggak sama kamu. Emang kamu nggak berniat mau mencarinya? Kamu bukan pernah bilang kalau dia tinggal di Jakarta." jawab Hilda ketus.

     "Hello... Jakarta itu luas, neng, bukan hanya selebar daun kelor. Kamu pikir gampang mencarinya? Kalau seperti kampung kita mungkin iya, aku bisa menemukan dia secepat kilat." ucap Jovanka tersenyum-senyum memutar bola matanya.

     "Iya juga sih, apa yang kamu katakan itu benar. Kalau kampung halaman kita kecil tidak seluas Jakarta." ucap Hilda tersenyum tipis menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

     "Nah itu kamu tahu, jadi untuk apa kamu menyuruh aku mencarinya di kota yang sangat luas ini?" jawab Jovanka menghela napasnya.

       "Hehehe... siapa tahu saja kamu bisa menemukannya. Karena kata orang kalau jodoh itu tidak jauh-jauh dari kita." jawab Hilda tersenyum lebar hingga terlihat barisan gigi putihnya.

     Mereka pun sampai di sebuah kontrakan yang sudah tiga bulan mereka tempati.

      Di rumah kediaman Salendra. Nenek Nina menyuruh Keinara menghubungi Dave, karena Dave belum pulang juga.

     "Keinara coba kamu hubungi Dave. Kenapa dia belum pulang juga padahal ini sudah jam dua belas malam. Apa dia lupa kalau dia sudah punya istri?" tanya Nenek Nina yang masih menemani Keinara duduk di ruang tamu utama.

     "Tapi, Keinara tidak punya nomornya, Nek. Biarkan sajalah, Nek. Sebaiknya Nenek tidur saja ya, mungkin dia sedang bersama teman-temannya merayakan kemenangan mereka." jawab Keinara mengusap-usap bahu Nenek Nina.

     "Merayakan kemenangan? Maksudmu?" tanya Nenek Nina mengeryitkan keningnya.

     "Perusahaan, Dave menang tender, Nek di perusahaanku. Keinara memilih Salendra Corp untuk membangun proyek yang akan di buat di luar kota." jawab Keinara menjelaskan.

      "Tapi serius, Keinara? Jadi kamu memilih perusahaan, Dave bukan karena dia suamimu bukan?" tanya Nenek Nina membulatkan matanya menatap Keinara.

      "Nggak, Nek. Keinara memilih perusahaan, Dave karena memang perusahaan Salendra Corp pantas untuk menenangkannya. Salendra Corp sudah terkenal karena kinerjanya, jadi tidak salah kalau, Keinara memilih perusahaan Salendra Corp." ucap Keinara tersenyum lebar ketika menjelaskan panjang kepada Nenek Nina.

     "Kamu benar, itu artinya kalian akan sering bertemu. Bisa bertemu di saat malam dan pagi juga, semoga dengan seringnya kalian bersama, benih-benih cinta tumbuh di antara kalian." ucap Nenek Nina mengedipkan matanya, kemudian ia masuk ke dalam kamarnya sambil senyum-senyum.

     "Apa maksud Nenek barusan?" tanya Keinara dalam hatinya.

      "Sekarang yang harus aku pikirkan adalah, bagaimana caranya aku memberitahu Papi kalau perusahaannya bekerja sama dengan Salendra Corp. Sebaiknya aku beritahu sekarang saja, semoga saja Papi mengerti. Jam segini Papi pasti sudah tidur, besok pagi saja aku akan mampir ke rumah." gumam Keinara menautkan kedua alisnya.

      Ceklek!

     Suara pintu ruang tamu utama terbuka. Keinara melihat siapa yang datang, ternyata Dave.

     "Baru pulang?" tegur Keinara tanpa melihat Dave.

    "Iya, kenapa kamu masih di sini? Kamu menungguku pulang?" tanya Dave mengerutkan keningnya.

     "Percaya diri sekali. Aku tadi mengobrol sama, Nenek Nina di sini." jawab Keinara cuek.

     "Ouh, Keinara aku mau mengucapkan terima kasih samamu." ucap Dave berjalan melangkah menghampiri Keinara.

     "Berterima kasih untuk apa?" tanya Keinara tanpa menatap Dave.

     "Terima kasih karena sudah memberikan kesempatan kepada perusahaanku. Ini adalah pertama kali perusahaan  Salendra Corp bekerja sama dengan perusahaan Lexie Group. Ouh ya, apakah Papi tahu tentang kerja sama ini?" tanya Dave menjatuhkan bokongnya di sofa.

      "Kamu tidak perlu berterima kasih untuk hal itu. Lexie Group memilih perusahaan Salendra Corp karena menang konsep yang kalian tawarkan sesuai dengan keinginan kami. Papi belum tahu, besok aku akan memberitahukannya." jawab Keinara dengan wajah datar.

       "Oh begitu, ya sudah semoga saja tidak terjadi masalah. Kamu masih mau di sini? Aku mau ke kamar." pamit Dave berdiri dari duduknya lalu berjalan melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Keinara sendirian.

     "Apa kamu sudah makan?" tanya Keinara memberikan perhatiannya.

      Dave menghentikan langkahnya.

     "Tumben kamu peduli padaku? Biasanya sikapmu dingin dan cuek." jawab Dave menghentikan langkahnya sesaat, dia membalikkan badannya menatap Keinara yang masih duduk di sofa ruang tamu.

     "Astaga, iya juga ya, untuk apa juga aku menanyakannya tadi. Dia pasti sudah berpikir kalau aku mulai mempedulikannya." batin Keinara dalam hatinya.

     "Oh itu, tadi Nenek yang menyuruhku untuk menanyakan itu kepadamu kalau kamu sudah datang. Sudahlah aku mau ke kamar, minggir." ucap Keinara berbohong, dia berjalan melangkah pergi sambil menyenggol bahu Dave yang menghalangi jalannya.

     Dave mengangkat bahunya sambil tersenyum tipis. Ia menyusul Keinara yang berjalan mendahuluinya.

     Di kamar, Keinara membaringkan tubuhnya di sofa kamar sambil membaca buku. Dave masuk ke dalam kamar mandi membersihkan badannya.

     Saat Dave keluar dari kamar mandi, Keinara sudah tertidur dengan wajah yang di tutup buku yang tadi dia baca.

     Dengan handuk yang melilit di pinggangnya, Dave berjalan melangkah menuju Keinara dan mengambil buku yang menutupi wajah Keinara. Sesaat, Dave memandangi wajah Keinara yang terlihat polos.

    "Cantik." gumam Dave hanya kata itu yang terucap dari bibirnya. Ia tidak sadar kalau dirinya sudah memuji kecantikan Keinara.

     Dave cepat-cepat memalingkan wajahnya karena Keinara tiba-tiba menggeliat.

    "Aku hampir saja ketahuan sudah memperhatikannya diam-diam. Dave, apa yang tadi sudah kamu lakukan?" gumam Dave merutuki dirinya sendiri.

      Dave memakai pakaiannya kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang king zisenya. Matanya seakan tertarik untuk terus memandangi wajah Keinara. Dia berusaha untuk memejamkan matanya, tapi rasanya sia-sia.

     "Kasihan dia tidur di situ terus. Apa aku pindahkan saja dia ke sini?" batin Dave bertanya pada dirinya.

    Hati kecilnya pun tergerak untuk memindahkan Keinara ke atas tempat tidurnya. Dengan sangat hati-hati Dave mengangkat tubuh Keinara agar tidak sampai terbangun, sudah pasti bisa dibayangkan bagaimana reaksinya nanti.
     

TAWANAN CEO KEJAM Where stories live. Discover now