KEMBALI MERASAKAN

364 7 0
                                    

      "Ada apa, aku sedang sibuk." ucap Dave mengangkat wajahnya melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya.

     Jovanka masih berada di belakang Alpha bersembunyi.

    "Ayo minta maaf, bos kita ini tidak makan orang kok, hanya saja dia suka langsung menerkam." ucap Alpha mengejek.

    "Sialan." ucap Dave melempar kertas ke wajah Alpha.

    Jovanka memberanikan diri berdiri di samping Alpha, namun langkah kakinya terhenti saat membaca name tag sang Ceo.

    "Dave Abimanyu Prayata Salendra." gumam Jovanka ingatannya kembali ke masa di mana dia waktu remaja.

     Tujuh tahun yang lalu. Jovanka mendatangi rumah Dave yang berada di samping rumah kedua orang tuanya.

    Saat itu Dave sedang bermain sepeda di pekarangan rumahnya yang sangat luas, melihat Jovanka yang berdiri di depan pagar yang membawa sepedanya juga. Dave langsung membukakan pintu pagar untuknya.

     "Masuk, Jovanka kita main sepeda bareng." ucap Dave tersenyum ramah.

    "Terima kasih, Dave." jawab Jovanka, tapi wajahnya tidak seceria seperti biasanya. Selama main sepeda, Jovanka lebih banyak diam.

     "Jovanka kamu kenapa? Dari tadi aku perhatikan kamu banyak diam? Kamu sakit?" tanya Dave memberi perhatian.

     "Dave, aku mau mengatakan sesuatu padamu, tapi janji kamu jangan sedih ya." ucap Jovanka menghentikan sepedanya.

    "Apa yang mau kamu katakan, Jovanka?" tanya Dave juga ikut menghentikan sepedanya.

     "Besok pagi, aku dan keluargaku akan pindah ke luar kota. Papaku pindah tugas." ucap Jovanka menundukkan kepalanya dengan wajah sedih.

    "Apa? Pindah ke luar kota? Jadi maksudmu kamu akan meninggalkanku begitu? Terus, kapan kamu kembali ke sini lagi?" tanya Dave memberondong Jovanka dengan banyak pertanyaan.

    "Aku tidak tahu kapan kembali ke sini lagi, yang jelas Papaku mengatakan kami sekeluarga akan tinggal di sana dalam waktu yang cukup lama." ucap Jovanka menjelaskan dengan wajah lesu.

    "Kamu nggak boleh pergi Jovanka, kamu tinggal di rumahku saja. Kita bisa sekolah bersama dan bermain bersama, aku akan mengatakan pada orang tuaku." ucap Dave tersenyum lebar.

    "Itu tidak mungkin Dave, orang tuaku pasti tidak akan setuju." ucap Jovanka menjelaskan, ia tahu mana mungkin orang tuanya mengijinkannya.

    "Aku membencimu Jovanka, kamu tega meninggalkanku!" pekik Dave menghentakkan kakinya sambil berdecak kesal.

    "Dave, aku juga berat meninggalkanmu, tapi aku janji akan kembali lagi ke sini menemuimu. Kita bermain sepeda lagi." ucap Jovanka berusaha membesarkan hati Dave, walaupun ia tahu dirinya akan sulit bertemu dengan Dave kembali.

      "Benar kamu akan kembali lagi? Kalau kamu tidak akan kembali lagi bagaimana?" tanya Dave khawatir menjatuhkan bokongnya duduk di samping Jovanka di atas rerumputan hijau yang berada di taman pekarangan depan rumahnya.

     "Aku pasti akan kembali." ucap Jovanka berusaha menghibur Dave yang ikut sedih.

    "Aku akan menunggumu sampai kamu kembali menemuiku. Setelah kita bertemu lagi nanti, aku ingin mengatakan sesuatu padamu." ucap Dave perasaannya kini sudah mulai tenang, ia berusaha memberikan senyuman terbaiknya.

    "Tidak mungkin." gumam Jovanka termenung yang masih berdiri diam memandangi Dave.

    "Apanya yang tidak mungkin?" tanya Alpha penasaran melihat Jovanka yang sudah berdiri tepat di sampingnya.

   Jovanka kembali melihat Dave memastikan kalau laki-laki yang di depannya saat ini adalah orang yang dia cari selama ini.

    "Mata itu." gumam Jovanka lagi, ia berusaha mengingat-ingat wajah orang yang dia tinggalkan tujuh tahun silam.

   Dave dan Alpha heran melihat Jovanka yang menurutnya aneh. Alpha menepuk pelan bahu Jovanka, ia berusaha menyadarkan Jovanka dari lamunannya. Jovanka berjingkat kaget, ia pun tersadar kalau sekarang ia sedang berada di dalam ruangan Ceo dan tujuannya untuk meminta maaf.

     "Pak Dave, saya meminta maaf atas sikap saya tadi. Saya tidak tahu kalau bapak adalah Ceo di perusahaan ini, tolong jangan pecat saya pak." ucap Jovanka mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

     "Lupakan, sekarang kembali bekerja." ucap Dave dengan tegas.

    "Terima kasih pak." ucap Jovanka meraih tangan Dave dan mencium punggung tangan itu dengan bahagia.

    Dave terenyuh dengan sentuhan tangan Jovanka. Darahnya berdesir, Dave seperti merasakan sesuatu tapi ia tidak tahu apa itu.

     "Perasaan apa ini?" batin Dave dalam hatinya menyambut uluran tangan Jovanka.

    "Ehemm... ehemm...ingat bro, di rumah ada yang menunggumu." ucap Alpha mengingatkan.

     Dave refleks menarik tangannya begitu juga dengan Jovanka.

    "Maaf pak, saya permisi." pamit Jovanka bergegas berjalan melangkah keluar dari ruangan Dave.

   Di luar Jovanka menarik napasnya dalam-dalam berusaha menetralkan detak jantungnya.

    "Jovanka, dia tidak mungkin teman masa remajamu. Dia pasti sudah tidak ingat padamu." batin Jovanka dalam hati dengan perasaan yang tidak menentu.

    "Alpha, siapa nama sekretaris baru itu?" tanya Dave di dalam ruangannya tetap fokus pada layar laptopnya.

     "Namanya, Jo_" Alpha yang belum menyelesaikan kalimatnya tapi Dave sudah menyuruhnya tidak melanjutkan karena dia mau menerima panggilan masuk dari telpon genggamnya.

    "Halo, Kei. Tumben kamu menghubungiku? Apa kamu merindukanku?" tanya Dave menahan senyumnya.

    "Dave aku mau makan kepiting yang semalam lagi, bisakah kamu membelikannya untukku?" balas Keinara dari balik telpon genggamnya.

     "Kamu tidak bosan makan kepiting setiap hari? Aku hanya takut, kalau kamu makan itu lagi hari ini darah tinggi dan kolesterolmu bisa naik." kata Dave mengingatkan.

    "Tapi aku sangat menginginkannya, Dave. Kalau kamu tidak mau membelikannya, biar aku saja kesana naik mobil sendiri." ancam Keinara, ia sedikit meninggikan intonasi suaranya.

    "Astaga, dia sudah berani membentakku. Ok, aku akan menyuruh Alpha membelikannya untukmu sekarang!" kata Dave, ia juga meninggikan intonasi suaranya.

    "Kok malah aku sih." protes Alpha dengan wajah cemberut melihat ke arah Dave.

    "Kenapa kamu malah menyuruh orang lain yang membelinya? Aku mau, kamu yang langsung membelikannya kesana!" balas Keinara masih dengan menaikkan intonasi suaranya.

     "Aku heran melihatmu Keinara, kenapa belakangan ini kamu terlihat begitu aneh? Nggak biasanya." kata Dave mengeluh kesal.

    "Nggak usah protes, kamu yang belikan atau aku yang ke sana?" tanya Keinara geram masih dari balik seberang telpon genggamnya.

    "Baiklah, aku berangkat ke sana sekarang, tapi percuma saja kalau aku ke sana sekarang karena pasti belum matang juga!" balas Dave menjelaskan, ia berusaha mengalah.

    "Ya sudah tunggu sebentar lagi saja." kata Keinara yang langsung mematikan sambungan telponnya sepihak.

    "Dasar aneh." gumam Dave melihat layar ponselnya yang sudah padam.

    "Siapa yang aneh?" tanya Alpha menyelidik, yang dari tadi mendengarkan percakapan antara Dave dan Keinara.

    "Keinara, dia memaksaku untuk membelikannya kepiting saus asam manis di rumah makan, bu Ami. Padahal baru semalam kami makan di sana, dan siangnya saat menuju pulang ke rumah kami juga mampir ke sana, dan makan dengan hidangan menu yang sama di rumah makan, bu Ami. Entahlah menurutku hari ini Keinara sangat aneh." ucap Dave menggerutu kesal, dalam hati ia memaki Keinara.

TAWANAN CEO KEJAM Where stories live. Discover now