MENANTU YANG TAK DIINGINKAN

569 5 0
                                    

        "Apa Papi tadi mendengarku, bicara sendirian? Kalau iya, aku harus menjawab apa sekarang?" batin Ayyasha tidak karuan.

      "Ayyasha, are you, oke?" tanya Papinya yang mencemaskan Ayyasha karena diam saja.

      "Ayyasha, baik-baik saja, Pi. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak ada yang melaporkan, Ayyasha ke polisi. Papi pasti tadi sudah salah dengar." teriak Ayyasha dari dalam kamarnya.

    "Terus, kenapa kamu melempar barang-barangmu?" tanya Papi Ayyasha lagi dari balik pintu kamar Ayyasha.

     "Ayyasha sedang kesal sama Dave, Pi. Ayyasha tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk mendapatkan hatinya. Dave tidak peka terhadap perasaan Ayyasha." jawab Ayyasha menjelaskan panjang kepada Papinya yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

       "Jadi hanya masalah hati kamu sampai membuat isi kamarmu menjadi berantakan seperti sekarang. Sudah berapa kali Papi ingatkan jangan menaruh harapan kepada orang yang tidak mencintai kita. Sekarang Papi dan Mami mau ke rumah sakit, anak teman Papi ada yang mengalami kecelakaan, kamu mau ikut dengan kami?" tanya Papi Ayyasha mengajaknya untuk ikut serta pergi dengan mereka.

     "Tidak, Pi. Ayyasha di rumah saja." jawab Ayyasha yang sudah membuka pintu kamarnya, ia berada di luar depan pintu kamarnya saat ini.

    "Yakin, kamu mau di rumah saja?" tanya Papinya menyakinkan Ayyasha sekali lagi.

    "Iya, Papi dan Mami hati-hati ya?" jawab Ayyasha tersenyum menatap wajah Papinya.

    "Ya sudah, jangan berbuat macam-macam. Papi dan Mami pergi dulu." pamit Papi Ayyasha bergegas pergi meninggalkan Ayyasha sendirian.

     Ayyasha menarik napasnya lega, karena Papinya tidak mencurigainya.

     "Sekarang aku harus mencari alasan bagaimana caranya meminta uang kepada, Papi tanpa harus membuat Papi bertanya-tanya kemana semua uang yang diberikan selama ini." gumam Ayyasha mengerutkan keningnya.

    Di rumah sakit, Keinara sudah dipindahkan ke ruang inap. Nayaka merasa perlu memeriksakan kesehatan jantungnya kepada dokter spesialis.

     "Mi, Papi ke dokter spesialis dulu ya, tolong jaga Keinara." pamit Nayaka kepada Kumala yang sedang duduk di samping brankar putrinya.

    "Biar saya yang menjaga Keinara. Tante temani Pak Nayaka saja ke dokter spesialis." ucap Dave menawarkan dirinya untuk menjaga Keinara.

     "Iya, Pak Nayaka. Kami akan menjaga, Keinara di sini." ucap Nenek Nina ikut menambahkan.

     "Ya sudah, Pi. Ayo biar Mami temani." ucap Kumala menggandeng tangan Nayaka.

    "Ya sudah Bu Nina, tolong jaga anak saya. Kami tidak akan lama." jawab Nayaka menerima tawaran dari Nenek Nina untuk menjaga Keinara.

    "Dia bahkan tidak menganggapku di sini, padahal aku menantunya. Sampai kapan dia akan membenciku?" tanya Dave dalam hatinya.

    "Dave, kamu tidak penasaran apa yang menyebabkan, Keinara kecelakaan?" tanya Nenek Nina menatap lekat wajah Dave.

    "Nenek, kita tunggu saja laporan dari pihak kepolisian. Polisi pasti sedang menyelidikinya. Sekarang Nenek pulang saja biar, Dave yang menjaga Keinara di sini. Dave akan suruh sopir menjemput Nenek ya." ucap Dave menyarankan kepada Nenek Nina agar bisa segera beristirahat di rumah.

      "Ya sudah, tapi tunggu mertuamu itu datang. Nenek tidak mau Papi mertuamu itu terus menyalahkanmu sebagai penyebab kecelakaan, Keinara. Padahal kamu sendiri tidak tahu apa-apa, hati Nenek sangat sakit mendengar pak Nayaka terus memakimu. Nenek tahu skandal dia dengan almarhum Papimu, tapi tidak seharusnya dia membencimu sama seperti dia membenci Papimu dulu." jawab Nenek Nina dengan  raut wajah sedih.

      "Sudahlah, Nek. Tidak usah bahas itu lagi. Yang terpenting itu sekarang adalah, Keinara cepat sadar dari komanya karena masa kritisnya sudah lewat dan pasti sebentar lagi, Dave yakin Keinara akan sadar dalam waktu dekat karena, Dave mau meminta maaf kepada Keinara." ucap Dave bersedih, seandainya waktu bisa diputar dia ingin menarik kembali perkataannya di pagi hari saat sebelum Keinara mengalami kecelakaan.

     "Kamu melakukan kesalahan apa lagi, Dave? Atau jangan-jangan kamu dan Keinara tadi pagi bertengkar? Terus, Keinara tidak konsentrasi membawa mobilnya dan akhirnya terjadilah kecelakaan." tebak Nenek Nina membulatkan matanya lebar menatap Dave.

     "Tadi pagi kami memang bertengkar, Nek. Dave juga sempat mengatakan kalau dia jangan kembali ke rumah kita lagi." ucap Dave mengakui kesalahannya.

     "Astaga, Dave tidak seharusnya kamu berkata seperti itu kepada Keinara, dia adalah istrimu. Dia juga berhak tinggal di rumah kita, karena rumah kita sekarang adalah rumah Keinara juga. Nenek tidak mau tahu kalau Keinara nanti sudah sadar kamu harus meminta maaf." ucap Nenek Nina menegur Dave.

     "Iya, Nek Dave akan meminta maaf kepada, Keinara jika nanti sudah sadar sepenuhnya." jawab Dave dengan tatapan mata sendu.

     Nayaka baru saja selesai memeriksakan kesehatannya. Kumala tidak bisa mengabaikan penyakit suaminya itu.

     "Pi, mulai sekarang Papi tidak boleh capek-capek dulu. Papi harus jaga kesehatan, Papi masih sayang sama kami bukan? Kalau Papi sayang tolong dengarkan apa kata Mami kali ini." ucap Kumala kepada suaminya dengan penuh penekanan.

    "Mi, Keinara sedang sakit. Papi harus menggantikan pekerjaannya di kantor kalau, Papi tidak menggantikannya  perusahaan akan kacau balau." jawab Nayaka menerima keadaannya, ia masih prihatin dan menyimpan simpati kepada putrinya.

     "Keinara punya asisten pribadi, ia yang akan menangani semua pekerjaan, Keinara. Jadi Papi tidak perlu memikirkan itu." ucap Kumala mengingatkan.

      "Tetap tidak bisa, Mi." ucap Nayaka membantah perkataan Kumala.

     "Kalau begitu biar Mami yang menangani pekerjaan, Keinara." jawab Kumala menyarankan.

    "Emang Mami bisa menggantikan pekerjaan Keinara?" tanya Nayaka menahan tawanya.

     "Hehehe... gak bisa sih, Mami punya ide. Bukannya kita sudah mempunyai menantu seorang Ceo. Kita suruh saja, Dave yang memantau perusahaan Mami yakin, Dave pasti bisa." ucap Kumala membujuk Nayaka yang masih berpikir keras.

       "Tidak! Sampai kapanpun Papi tidak akan mengijinkannya." ucap Nayaka dengan tegas, ia tetap tidak menginginkan Dave diterima sebagai menantunya.

     "Pi, please. Hanya untuk sementara saja. Mami akan mengatakan ini kepada, Dave." ucap Kumala memberikan saran suaminya.

     "Mami, jangan membuat Papi marah. Sekali Papi bilang tidak jawabannya akan tetap TIDAK. Jangan membantah Papi, sekarang kita ke kamar Keinara." ucap Nayaka cepat, dia tidak ingin mendengar lagi Kumala terus membujuknya.

     Kumala pasrah, ia tidak bisa membantah apa yang menjadi keputusan suaminya itu. Padahal ia melakukan itu demi kesehatan Nayaka.

     "Bagaimana pak Nayaka apa kata dokter?" tanya Nenek Nina pada saat melihat kedatangan kedua orang tua Keinara.

       "Ya seperti itulah Bu. Maklumlah sudah tua, jadi banyak penyakit yang muncul." jawab Nayaka tersenyum kikuk di hadapan Nenek Nina.

     "Nek, sopir sudah sampai. Nenek pulang sekarang ya, Dave antar sampai depan." ucap Dave mengajak dan menuntun tangan Nenek Nina untuk berpamitan dengan Nayaka dan Kumala.

    "Ya sudah pak Nayaka, Bu Kumala. Saya pulang dulu ya, Dave akan tetap di sini menjaga, Keinara." pamit Nenek Nina sekaligus memberitahukan bahwa cucunya Dave tidak akan ikut pulang bersamanya melainkan akan menjaga Keinara sampai Keinara tersadar.

    "Kalau Dave juga mau ikut pulang, silahkan. Saya tidak akan menahannya di sini." ucap Nayaka dengan tatapan tidak suka.

     "Dave akan tetap di sini sampai Keinara sadar, pak Nayaka. Jadi percuma kalau pak Nayaka menyuruh saya pulang. Saya mau antar, Nenek ke depan dulu, Permisi!" pamit Dave bergegas melangkah pergi meninggalkan ruang inap bersama Nenek Nina.

    
    

TAWANAN CEO KEJAM Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum