BANTU AKU

309 5 0
                                    

      "Astaga, jangan percaya Jovanka apa yang dikatakan Bu Sheila. Dia memang menyukaiku, tapi karena aku menolak cintanya dia jadi sengaja menjelekkanku di depanmu." ucap Alpha membela diri.

    "Idih, siapa juga yang menyukaimu? Seperti tidak ada laki-laki lain yang menyukaiku di dunia ini. Asal kamu tahu ya, saya sudah punya calon!" pekik Sheila menggerutu kesal.

    "Calon apa nih? Calon suami, calon pacar, calon sopir atau calon tukang kebun?" tanya Alpha tersenyum mengejek.

    Jovanka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perdebatan dua orang yang baru saja di kenalnya.

    "Sepertinya, pak Alpha dan bu Sheila ini punya dendam di masa lalu ya? Makanya saling mengejek bukan begitu." ucap Jovanka membuka suaranya sambil menunjukkan senyum termanisnya.

    Alpha semakin dibuat klepek-klepek melihat senyuman Jovanka yang sudah menghipnotis dirinya. Melihat senyuman Jovanka seakan mampu membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

    "Jovanka stop! Jangan tersenyum lagi." pekik Alpha yang tiba-tiba saja histeris.

    Jovanka dan Sheila menaikkan kedua alisnya mendengar Alpha yang melarang Jovanka tersenyum.

    "Lho memangnya kenapa pak? Apa ada yang salah kalau saya tersenyum?" bukannya senyum itu salah satu ibadah?" protes Jovanka yang melihat Alpha berdiri mematung di tempatnya.

    "Bukan begitu maksud saya, ya sudahlah saya mau keruangan dulu." ucap Alpha bergegas berjalan melangkah pergi menuju ruangannya meninggalkan Jovanka dan Sheila.

    Di ruangannya Alpha gelisah, ia merutuki dirinya yang tidak bisa menahan diri di depan Jovanka.

    "Kenapa sih senyumnya begitu sangat manis? kalau harus bertemu dia setiap hari bisa-bisa aku menerkamnya." gerutu Alpha mondar-mandir di ruangannya.

    "Pasti Dave juga kalau melihat Jovanka akan langsung terpesona. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Dave tidak boleh menyakiti, Keinara bagaimanapun Keinara itu adalah istrinya." gumam Alpha yang sedang berada duduk di ruangannya.

     Dave baru saja sampai di kantor, ia menyerahkan kunci mobilnya kepada security yang membukakan pintu mobil untuknya. Lalu ia bergegas menuju gedung perusahaan.

    "Selamat pagi, pak Dave." sapa sebagian karyawan yang lewat di depannya.

    "Pagi semua." jawab Dave ramah sambil terus berjalan di kantornya. Ia tetap terlihat dingin.

    Dave masuk ke dalam lift khusus Ceo, tidak beberapa lama lift terbuka menampakkan sosok Dave dengan setelan jas mahalnya, tampan dan berwibawa.

    Jovanka yang terlalu fokus pada layar monitor komputernya tidak melihat Dave melintas di depannya. Jovanka baru sadar setelah mendengar pintu ruangan Ceo terbuka. Ia langsung bangkit berdiri dari duduknya mengejar Dave yang hendak masuk ke dalam ruangan kerjanya.

     "Mau kemana?" tanya Jovanka gugup.

    "Mau masuk ke dalam." jawab Dave mengerutkan keningnya sambil membalikkan badannya.

    Jovanka kembali tertegun melihat bola mata Dave, tapi ia cepat mengedarkan pandangannya dan menetralkan detak jantungnya yang berdetak cepat. Ia menarik napasnya lalu membuangnya dengan kasar, ia kembali melihat Dave yang sudah berdiri tegak di depannya saat ini.

    "Saya tidak akan mengijinkan bapak masuk ke dalam sebelum tahu keperluannya apa, dan bos saya juga belum datang. Jadi percuma saja kalau bapak masuk ke dalam tidak ada siapa-siapa di dalam sana." ucap Jovanka menahan Dave sekaligus menegurnya.

    Dave tercengang mendengar kata-kata orang yang dia anggap asing di depannya, lalu ia menggaruk tekuk kepalanya yang tidak gatal. Kedua bola matanya memperhatikan wanita yang sedang berdiri di depannya dari atas sampai bawah.

     "Ada apa ini? Kenapa kalian berdua berdebat?" tanya Alpha keluar dari ruangannya karena mendengar Jovanka seperti sedang berdebat.

    "Alpha jelaskan pada wanita ini, siapa aku. Aku mau masuk ke dalam." ucap Dave bergegas masuk ke dalam ruang kerjanya meninggalkan Jovanka dan Alpha.

    "Jovanka apa kamu tidak tahu dia siapa?" tanya Alpha mengerutkan dahinya.

    "Tidak tahu, pak. Emang dia siapa?" tanya Jovanka balik.

    "Astaga, dia itu adalah Ceo di perusahaan ini! Kamu tadi tidak melakukan kesalahan bukan sama dia? Karena kalau kamu sempat melakukannya, dia bisa saja memecatmu sekarang juga." ucap Alpha menakut-nakuti Jovanka, ia ingin tahu seperti apa reaksi Jovanka kalau ia seperti itu.

    Jovanka membulatkan matanya mendengar semua penuturan  Alpha tentang laki-laki yang sempat ia larang masuk ke dalam ruangannya sendiri.

    Jovanka menggigit bibir bawahnya takut membayangkan kalau ia sudah melakukan kesalahan besar dan ia akan segera di pecat dari Salendra Corp.

    "Bagaimana ini masa aku di pecat, padahal baru beberapa menit bekerja. Astaga, Jovanka kenapa kamu bego sekali sih." gumam Jovanka mengetuk-ngetuk kepalanya pakai tangan, lalu ia berjalan ke meja kerjanya. Perasaannya menjadi tidak tenang dan ia sedang dilanda kebingungan.

     Alpha mengerutkan keningnya melihat Jovanka, bukan jawaban yang ia dapat melainkan ia juga bingung kenapa Jovanka seperti orang kebingungan. Ia pun mendapati Jovanka di meja kerjanya.

     "Hei, kamu kenapa Jovanka?" tanya Alpha berjalan melangkah mendekati Jovanka.

    "Pak, apa yang harus saya lakukan sekarang? Saya tidak mau di pecat pak. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Tadi saya sudah melakukan kesalahan melarang pak bos masuk, tapi itu karena saya tidak tahu kalau dia adalah Ceo di perusahaan ini. Tolong bantu saya pak." ucap Jovanka memohon sambil mengatupkan kedua tangannya yang ia dekatkan di depan dada.

     "Ok, saya akan membantumu tapi kamu harus janji dulu pada saya." jawab Alpha melihat lekat bola mata Jovanka, ia merasa kasihan.

     "Saya berjanji pak." ucap Jovanka singkat membungkukkan badannya tanda mengerti.

    "Ehemm, emang kamu tahu berjanji untuk apa?" tanya Alpha cengengesan.

     "Nggak tahu pak." ucap Jovanka singkat menundukkan kepalanya.

     "Hahaha...kamu polos sekali, saya menyukainya. Berjanjilah untuk tidak memanggil pak, pik, puk." jawab Alpha tegas dan  satu lagi nanti siang kamu harus menemaniku makan siang.

     "Hanya itu saja, pak? Eh, maksud saya Alpha." ucap Jovanka tersenyum lebar menunjukkan barisan gigi putihnya.

   "Emang kamu mau kalau saya menambahinya." jawab Alpha dengan wajah cemberut.

     "Saya rasa saat ini sudah cukup pak. Eh, salah lagi." ucap Jovanka merutuki mulutnya.

     "Hahaha... ternyata kamu lucu juga, sekarang kamu masuklah ke dalam dan minta maaf yang benar. Saya akan menemanimu di dalam." ucap Alpha langsung berjalan melangkah menuju ke ruangan kerja Dave.

     Jovanka menuruti perintah Alpha, ia berjalan di belakang Alpha yang akan menemaninya meminta maaf kepada Dave.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang