PERMINTAAN MAAF

442 4 0
                                    

"Ternyata dugaanku benar, Keinara marah karena kata-kataku. Tapi kenapa melihat sikap dia kembali dingin seperti ini padaku, aku merasa sedih ya?" batin Dave, kedua matanya tak henti memandang Keinara. Kemudian ia berjalan mendekati Keinara.

"Keinara, aku minta maaf atas ucapanku kemarin. Aku tarik ucapanku itu, tapi tolong maafkan aku. Kamu maukan memaafkanku?" bisik Dave tepat di telinga Keinara.

Keinara tidak langsung menjawab, ia membiarkan Dave menunggu lama. Dave merasa di acuhkan dan ia pun mencari cara agar Keinara mau memaafkan dan pulang bersamanya.

Cup, sebuah kecupan mendarat di pipi Keinara membuat Keinara tersentak kaget. Ia pun memutar tubuhnya melihat Dave yang tersenyum padanya.

"Aku sudah memaafkanmu, tapi asal kamu tahu, melupakan kata-kata yang menyakitkan itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. jadi, aku perlu waktu menata perasaanku. Dan aku butuh waktu untuk sendiri dan kalau tujuanmu datang ke sini untuk menyuruhku pulang, maaf untuk beberapa hari ini aku tidak bisa pulang." ucap Keinara memberikan alasannya.

"Keinara, kami semua sangat mencemaskanmu. Papi dan Mamimu sekarang ada di rumah kita, jadi tolong jangan seperti ini. Wajahmu juga masih terlihat pucat, kamu pasti belum makan siang bukan? Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" tanya Dave menghela napasnya mengajak Keinara.

"Mami Papi di rumah? Apa kamu juga cemaskanku?" tanya Keinara memberikan pertanyaan jebakan untuk Dave.

"Ya jelaslah aku mencemaskanmu, untuk apa tadi aku mengerjai securitymu itu? Aku bersusah payah agar bisa sampai ke ruanganmu ini." jawab Dave menceritakan kejadian barusan.

"Hemm... tapi aku tidak menyuruhmu untuk mencemaskanku. Aku akan pulang kalau perasaanku sudah kembali seperti semula. Nanti, aku akan menghubungi Papi dan Mami agar mereka tidak cemas." ucap Keinara tersenyum tipis.

"Astaga, ternyata keras kepalamu tidak hilang-hilang juga ya. Kalau kamu tidak mau pulang atau makan siang denganku, aku akan menggendongmu keluar dari ruangan ini dan mengumumkan kepada semua karyawanmu kalau aku adalah suamimu dan kamu adalah istriku. Kamu mau aku melakukan itu, sekarang?" tanya Dave tapi lebih tepatnya mengancam.

"Kamu berani melakukannya? Aku rasa itu hanya gertakanmu saja." ucap Keinara menahan tawanya.

Dari lubuk hati Keinara yang paling dalam, ada rasa bahagia saat Dave mau mengakuinya sebagai istri. Dia juga tidak tahu perasaannya sekarang terhadap Dave seperti apa, yang jelas ia merasa nyaman berada di dekat Dave.

"Hahaha, kamu meremehkanku? Ok, aku akan buktikan." ucap Dave beneran menggendong Keinara.

Keinara membulatkan matanya atas keberanian Dave.

"Dave, turunkan aku sekarang kamu tidak perlu melakukannya. Baiklah Aku akan pulang dan makan siang denganmu!" pekik Keinara mengalah.

Sebenarnya ia juga belum siap kalau status pernikahannya di ketahui banyak orang karena ia belum yakin sepenuhnya.

Dave tersenyum puas karena ia sudah berhasil meluluhkan Keinara.

"Dari tadi kek, aku jadi tidak perlu mengancammu segala. Tapi sepertinya, tadi ada yang senang saat aku mengancamnya mau membongkar pernikahan kita. Atau jangan-jangan, kamu ingin pernikahan kita diketahui banyak orang ya? Atau kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" tanya Dave sambil mengedipkan matanya menggoda Keinara.

"Idih, siapa juga yang jatuh cinta denganmu? Nggak usah kepedean, hanya orang gila yang mau jatuh cinta sama beruang kutub utara." jawab Keinara ketus.

"Hahaha...yakin hanya orang gila yang mau jatuh cinta padaku? Jangan-jangan kamu orang gilanya." ucap Dave tertawa lepas.

"Dave, stop mengejekku!" pekik Keinara kesal memukuli Dave.

Dave tertawa lari terbahak-bahak, ia pun semakin semangat mengejek Keinara yang kesal.

Keinara terus mengejarnya sampai tidak sadar ia menendang meja dan membuatnya hampir terjatuh. Dave langsung menangkapnya dan alhasil Dave yang terjatuh dengan posisi Keinara ada di atasnya.

Tidak ada yang ingin bergerak dari posisi yang begitu intim. Mereka berdua sibuk beradu pandang sampai tidak menyadari kalau mereka sedang berada di kantor. Dave merapikan anak rambut yang menutupi wajah Keinara, detak jantung mereka begitu cepat.

"Ternyata si beruang kutub utara ini tampan juga ya. Eh, tadi aku barusan memujinya? Apa aku tidak salah bicara?" batin Keinara merutuki perkataannya.

"Aku seperti kecanduan dengan bibir, Keinara. Kalau aku menciumnya sekarang, apakah dia akan marah dan akan membenciku?" batin Dave berkata dalam hatinya.

Keinara tersadar dari lamunannya, ia langsung menarik tubuhnya dan segera merapikan penampilannya yang berantakan. Sedangkan di ambang pintu sepasang mata sedang memperhatikan mereka.

"Ehemm, apa yang sedang bu Keinara lakukan, dengan pak Dave?" tanya Jonathan mengerutkan keningnya yang masuk secara tiba-tiba di ruangan kerja Keinara.

"Oh, tadi saya hanya mau memberinya pelajaran, saya terpeleset dan menimpa pak Dave. Saya akan menyuruhnya untuk pulang." jawab Keinara gugup.

"Kenapa, Keinara tidak memberitahu asisten pribadinya kalau aku adalah suaminya? Dia bahkan terlihat gugup saat, Jonathan bertanya padanya." batin Dave menatap Keinara.

"Oh, tapi ibu tidak apa-apa bukan? Oh ya, tadi asisten pribadi pak Dave juga datang ke sini mengantar berkas ini. Tapi dia sudah pulang, terus kenapa pak Dave masih berada di sini? Bukannya tadi kalian datang bersama ya?" tanya Jonathan melihat Dave yang tidak bergeming dari tempatnya.

"Kami memang datang bersama tapi pakai kendaraan masing-masing. Dan tujuan saya datang ke sini berbeda dengan dia, saya ke sini mau menjemput, Keinara pulang karena dia sekarang sudah menjadi tanggung jawabku." jawab Dave santai.

"Maksud pak Dave berkata seperti itu apa ya? Jujur saya kurang paham." tanya Jonathan mengerutkan keningnya.

" Saya pikir kamu sudah paham, baiklah biar saya jelaskan lagi. Jadi Keinara ini adalah _" kalimat Dave tergantung secara tiba-tiba.

"Dave... Stop!" ucap Keinara cepat memotong kalimat Dave, ia belum siap jika Jonathan mengetahui kalau ia sudah menikah dengan Dave. Karena bisa saja Jonathan memberitahukan kepada semua orang.

Dave menaikkan kedua alisnya, melihat Keinara yang memotong perkataannya. Lalu Keinara menggelengkan kepalanya sebagai tanda kalau ia belum siap.

"Jujur dari kemarin saya sangat penasaran melihat sikap, pak Dave dan Keinara. Kalian berdua seperti menyembunyikan sesuatu." ucap Jonathan menautkan kedua alisnya.

"Jonathan tidak ada yang kami sembunyikan, sekarang berikan berkasnya dan kamu sudah bisa kembali ke ruanganmu. Oh ya, saya mau makan siang mungkin tidak akan balik lagi ke kantor karena saya mau langsung pulang, kondisi saya belum terlalu sehat." ucap Keinara saling beradu pandang dengan Dave lalu ia melihat ke Jonathan lagi.

"Baik bu. Bu Keinara istirahat saja dulu di rumah. Setelah pulih benar baru, ibu bekerja lagi. Sebenarnya tadi saya juga mengkhawatirkan kondisi ibu Keinara." jawab Jonathan menunjukkan perhatiannya.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang