43

160K 12.7K 939
                                    

Saat sudah lebih tenang, Selina mulai membalikkan testpack-nya dengan pelan. Matanya tak berkedip menatap benda putih di tangannya.

Selina menutup mulutnya saat benda di tangannya sudah menunjukkan hasil. Tanpa sengaja dijatuhkan benda itu ke bawah, kepalanya menggeleng pelan, "Nggak mungkin, ini pasti salah."

Wajah Selina berubah pucat pasi, dengan perasaan campur aduk Selina mencoba kembali mengecek testpack dengan merek berbeda. Kali ini dia mencoba lima testpack sekaligus.

Setelah menunjukkan hasil, Selina mengecek dengan teliti satu per satu testpack itu. "Kenapa sama semua sih?!"

Tubuh Selina berdesir hebat, jantungnya berdegup kencang dengan nafas memburu. "Please, ini pasti nggak bener kan?"

Ya, garis dua. Tidak salah, testpack menunjukkan garis dua. Itu tandanya, Selina benar hamil.

Hamil?

Tubuh Selina luruh ke lantai, air matanya jatuh kala menatap ke-lima testpack tersebut tetap menunjukkan hasil yang sama. "Nggak mungkin." Gumamnya lirih.

"Kenapa harus sekarang?" Suara Selina bergetar lirih, air matanya tanpa bisa di cegah kembali turun dengan deras.

Dengan tangan bergetar Selina memegang perutnya yang masih terlihat rata, lalu bergerak mengelusnya pelan. "Kenapa kamu datang di saat tidak tepat, Nak."

Kini Selina tak tau harus merasakan senang ataupun sedih. Di sisi lain ada perasaan bahagia karena ada lagi makhluk kecil di dalam perutnya. Namun sisi lain, ada perasaan sedih kala teringat kembali masa lalu. Apalagi kepergian Arsyila masih teringat jelas dalam hatinya. Apa setelah tau dirinya hamil, mereka tetap tidak bisa menerima anaknya? Apa perlakuan mereka pada anaknya akan seperti dulu?

Lalu, bagaimana rencana dirinya yang ingin menenangkan diri? Kenapa di saat seperti ini, Tuhan menitipkan malaikat kecil dalam perutnya?

Selina takut tak bisa menjaganya lagi. Selama ini karena tak bisa menjaga Arsyila, dirinya merasa tak pantas di sebut sebagai Ibu. Apalagi dengan kelakuan buruknya dulu. Apa nantinya Tuhan akan kembali mengambil anaknya?

Selina terisak pelan, berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Segala ketakutan juga memenuhi hatinya. Kenangan masa lalu seperti keset rusak yang berputar dalam bayangnya.

Tok tok tok

"Nyonya, Nyonya masih di dalam?"

Suara ketukan pintu membuat Selina buru-buru bangkit lalu menghapus air matanya, segera dirinya memasukkan semua testpack ke dalam tas.

"Iya."

Sebelum keluar Selina membasuh wajahnya terlebih dahulu, memastikan kalau matanya tak terlihat seperti habis menangis.

Tak lama kemudian, Selina keluar dari kamar mandi, mendapati Bi Ina yang berdiri di depan pintu, dengan Saka di belakangnya.

"Ada apa Bi?"

"Saya khawatir Nyonya lama sekali di dalam." Bi Ina langsung memundurkan langkahnya, membiarkan Tuannya mendekati Nyonya-nya.

"Kalau begitu saya permisi, Tuan, Nyonya."

Bi Ina melihat Nyonya-nya buru-buru masuk ke dalam kamar mandi dapur saat kebetulan tadi dia berada di dapur. Namun satu jam kemudian dia tak melihat tanda-tanda bahwa majikannya sudah keluar. Hingga tak lama berlalu, Tuannya turun dari lantai atas dan menanyakan apakah Nyonya sudah pulang atau belum. Dan dia menjelaskan bahwa Nyonya-nya sudah dari satu jam yang lalu berada di dalam sana. Bi Ina dapat melihat raut wajah Tuannya yang berubah menjadi panik dan khawatir.

SELINA [TERBIT]Where stories live. Discover now