22

176K 10.9K 955
                                    

"Ti-tidak Saka. A-aku tidak mau. Aku mohon."

Saka kembali mendekatkan bibirnya pada bibir Selina. Menciumnya dengan sedikit menggebu-gebu. Perlawanan yang Selina keluarkan malah semakin membuatnya menjadi-jadi.

Terlebih lagi telinganya meradang saat mendengar wanita itu hanya memanggilnya dengan nama sedari tadi. Sangat terdengar aneh ditelinganya.

Setelah menyadari Selina mulai kahabisan nafas, ia melepaskan ciumannya. Namun tidak menjauhkan wajahnya.

"Aku tidak suka panggilan itu." Belum ada dua detik terlepas, langsung saja Saka kembali melumat bibir wanita itu.

Selina semakin terengah-engah, "O-oke, M-mas Saka. T-tolong berhenti." Susah payah dirinya mengucapkan kalimat itu.

Bukannya berhenti, Saka malah semakin memperdalam ciuman mereka. Tangannya memegangi tengkuk Selina agar wanita itu tidak bisa menolak ciumannya. Entah sejak kapan dirinya menyukai panggilan itu. Seperti terdengar manis ditelinganya. Ah ia merasa benar-benar gila sekarang.

Saka sudah berhasil membuka semua kancing blouse Selina hingga sekarang hanya menyisakan bra-nya saja.

Ciuman Saka beralih turun pada leher Selina. Membuat semakin banyak tanda merah di sana.

Selina sendiri menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangannya agar tidak mengeluarkan suara-suara aneh.

Bibirnya mendesis lirih saat merasakan sakit dan juga sedikit perih pada atas dadanya yang dihisap kuat oleh Saka. Dia seperti tak puas hanya dengan sekali menghisap dan menggigit lehernya. Laki-laki itu semakin menggebu-gebu menjelajahi leher dan dadanya.

Tangan Saka mengelus punggung telanjang Selina, dia berusaha mencari pengait bra hendak melepaskannya.

Selina masih berusaha memberontak, tangannya ia gunakan untuk menyingkirkan tangan Saka yang sudah berhasil melepas kaitan bra-nya.

"B-berhenti."

Tok tok tok

"Saka kamu di dalam?"

Seakan mendapat pertolongan, dengan cepat Selina mendorong kepala Saka kuat, "Mama!"

Saka menggeram saat aktivitas nya terganggu. Matanya sudah memerah dengan nafas memburu menandakan gairahnya sudah memuncak sekarang.

Saat Saka lengah dengan cepat Selina mendorongnya keras lalu berlari memasuki kamar mandi. Untung saja bra-nya belum terlepas, hanya kaitannya saja yang terlepas.

Saka memejamkan matanya berusaha meredam gairahnya yang sudah diujung tanduk. Dengan kesal ia membuka pintu dengan kasar, "Ada apa Ma?!"

Sania terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka. Apalagi raut wajah Saka yang terlihat sedang kesal dengan rambut yang acak-acakan. Memangnya apa salahnya? Apa dirinya sudah mengganggu tidurnya ya? Ah, mungkin saja begitu.

Sania juga heran melihat anaknya yang telanjang dada pagi-pagi. Apa dia tidak dingin? pikirnya.

"Tadi pas Mama lewat nggak sengaja dengar samar-samar kayak suara teriakan. Apa itu suara Selina? Kamu apakan istrimu?" Lalu tatapan Sania beralih ke dalam kamar sang putra. Tidak ada apa-apa.

"Bukan apa-apa Ma."

Mata Sania menyipit curiga, "Jangan bohong! Apa yang kamu lakukan pada istrimu?"

Sania sangat yakin suara tadi berasal dari dalam kamar putranya. Ia takut Saka kehilangan kendali dan malah menyakiti Selina.

"Mama!" Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kemunculan Selina dari dalam yang menyerobot keluar mendorong Saka yang berada ditengah pintu.

Selina sudah mengganti bajunya dengan baju lengan panjang dan yang bisa menutupi lehernya. Untung saja dirinya membawa baju ini.

SELINA [TERBIT]Where stories live. Discover now