14

148K 8.8K 177
                                    

Selina ingat, hari ini adalah tepat satu tahun mereka menikah. Tepat satu tahun lalu ia berbuat kesalahan besar yang hari ini sudah ia sesali semuanya.

Saat ini ia akan fokus untuk memperbaiki masa depannya. Setelah mendapat maaf dari Clarissa, setidaknya ia merasa hatinya sudah sedikit tenang. Selebihnya ia akan memperbaiki kesalahannya sedikit demi sedikit. Ia memaklumi, memang sulit mempercayai orang yang dulu bersikap buruk lalu dengan sangat tiba-tiba ingin memperbaiki kesalahannya.

Dirinya tidak akan terkecoh akan sifat Saka yang terlihat berbeda seminggu ini. Ia merasa laki-laki itu terus memperhatikannya yang membuat dirinya tidak nyaman. Saat laki-laki itu mengucapkan tentang 'hak' nya pada malam itu ia memilih pergi, tidak meladeni ucapan aneh laki-laki itu. Ia tau Saka tidak sudi menyentuh tubuhnya seperti yang laki-laki itu ucapkan. Jadi ucapan itu semata-mata untuk menghinanya saja.

Setelah menghabiskan waktu di Bali sekitar satu minggu, akhirnya hari yang Selina tunggu tiba juga, mereka baru sampai di ibu kota sekitar satu jam lalu.

Sejujurnya selama satu minggu berada di sana dan menghabiskan waktu berlibur bersama keluarga besar, membuat dirinya tidak nyaman. Beberapa dari mereka memang memperlakukannya dengan baik. Beberapa juga ada yang terlihat tidak suka padanya. Mereka dengan terang-terangan menunjukkan perhatiannya pada Clarissa seolah-olah menunjukkan hanya Clarissa yang pantas menjadi menantu keluarga Erlangga. Selina tidak terlalu menghiraukan, mereka sudah benar, mereka memperlakukan orang sesuai dengan perlakuan orang itu sendiri.

Saat ini dirinya sedang beristirahat di kamarnya. Tubuhnya terasa lelah setelah menempuh perjalanan beberapa jam.

••••••••

"Silahkan Nyonya,"

Setelah mengistirahatkan tubuhnya dari siang dan terbangun saat menjelang malam, ia segera membersihkan tubuhnya dan bersiap akan makan malam. Perutnya sudah tidak sabar melahap makanan yang begitu nikmat ini.

"Makasih, Bi."

Saat sedang menikmati makanannya, terdengar suara langkah seseorang.

Selina menoleh, dari arah lift terlihat Saka dan Ryan-sekretarisnya sedang berjalan ke arahnya.

"Selamat malam, Nyonya."

"Malam, Ryan." Selina mengangguk lalu tersenyum, "Silahkan duduk, kamu pasti lapar kan?"

Selina mempersilahkan Ryan yang tidak kunjung duduk. Yang ia tau kedua laki-laki ini menghabiskan waktunya di ruang kerja Saka sedari siang saat ia baru tiba tadi. Bahkan dirinya sudah menghabiskan waktunya untuk tidur, namun laki-laki ini baru saja selesai dengan pekerjaannya.

Ryan melirik Tuan-nya yang diam saja. Jujur saja perutnya meronta-ronta menginginkan makanan lezat di depannya. Namun tidak ada respon dari Tuan-nya membuatnya ragu. Tapi masa bodo, perutnya lebih penting saat ini.

Ekhem

Baru saja menarik kursi untuk di duduki, deheman Saka menghentikan pergerakannya. Seolah laki-laki itu memberi kode untuk dirinya agar pergi. Buru-buru ia langsung menegakkan tubuhnya kembali.

"Mungkin bisa lain kali Nyonya. Saya permisi Tuan, Nyonya." Dengan senyum paksa laki-laki itu pamit undur diri.

"Loh, kok tidak jadi?"

"Saya lupa ada sedikit urusan Nyonya, kalau begitu saya permisi."

Meskipun bingung Selina tetap mengangguk.

Beberapa menit dalam keheningan, lalu dengan tiba-tiba Saka menyodorkan sesuatu pada Selina.

"Apa?"

"Kamu bisa pakai ini."

SELINA [TERBIT]Where stories live. Discover now