36

186K 13.1K 1K
                                    

Sesuai rencana, hari ini Selina akan menemani Tante Yumi yang ingin berkunjung ke butiknya. Bukan hanya Tante Yumi, Tante Rana dan Ibu mertuanya juga ikut ke butiknya. Awalnya Selina tidak diperbolehkan Saka untuk pergi dengan alasan tangannya yang masih sakit. Namun bukan dirinya jika tidak bisa melawan larangan Saka. Dengan bantuan Ibu mertuanya juga akhirnya Saka memberinya ijin keluar meskipun laki-laki itu terlihat terpaksa.

"Dia sering melarangmu keluar rumah seperti ini?"

"Iya, Ma."

"Begitulah Saka, dia bisa sangat posesif dan cemburuan. Mama harap kamu sabar-sabar saja menghadapi dia." Ujar Sania. Mereka sedang berjalan beriringan menuju mobil. Sedangkan Tante Yumi dan Tante Rana sudah menunggu di mobil sedari tadi.

Selina hanya mengangguk kecil dan tersenyum tipis. Terkadang memang dirinya merasa Saka yang posesif. Sekarang dia banyak melarangnya untuk keluar rumah. Menghadapi sikap Saka yang seperti ini malah membuatnya tak leluasa seperti sebelumnya.

Sesampainya dimobil, Pak Budi segera menjalankan mobilnya. Selama perjalanan Selina hanya menjadi pendengar ketiga orang kakak beradik itu. Mereka sangat heboh bercerita tentang keluarga, fashion dan lain-lain.

"Kamu tidak berniat membuka cabang di kota lain Sel? Di Bali juga misalnya." Tanya Tante Rana.

"Em belum kepikiran juga Tante. Semoga saja secepatnya saya bisa membuka cabang." Jawab Selina tersenyum menatap Tante Rana.

"Tente lihat di postingan butik kamu bagus-bagus sekali. Seandainya membuka cabang di tempat lain pasti bakal ramai."

"Terimakasih, Tante." Apa yang dikatakan Tante Rana ada benarnya juga. Kalau dirinya bisa membuka di lain tempat pasti usahanya akan lebih maju. Tapi ia pikir ini belum waktu yang tepat. Modal yang dibutuhkan untuk membuka butik lagi juga tak sedikit. Saat ini dirinya masih berpikir untuk meluaskan butik yang ada di sini terlebih dahulu. Semoga saja secepatnya dirinya bisa membuka cabang butik ini.

Sesampainya di butik, Selina mempersilahkan mereka untuk masuk. Beberapa pegawai tampak ramah menyambut kehadiran mereka. Selina berharap semoga mereka suka dengan koleksi-koleksi terbaik yang dirinya punya.

"Selina,"

"Tante Hera?" Ujar Selina terkejut saat memasuki butiknya namun mendapati Tante Hera disana. Bukan apa-apa sebenarnya, namun sekarang dirinya datang bersama Ibu mertuanya. Mengingat pertemuan terakhir mereka yang tak baik membuat dirinya menjadi tak enak saat mereka bertemu kembali.

Bukannya merasa takut karena ada Sania, Hera malah berjalan mendekati Selina dan memeluknya. Tak lupa juga menempelkan pipinya pada pipi kanan dan pipi kiri Selina. "Tante kira kamu tidak datang, Tante sudah menunggu dari tadi."

"O-oh em T-tante sudah dari tadi?" Sungguh Selina tak tahu harus bagaimana. Dengan pelan ia menoleh ke arah Ibu mertuanya yang sudah memasang wajah sinis ke arah Tante Hera.

"Ya ampun tangan kamu kenapa?" Hera memegang tangan kanan Selina yang terbalut perban.

"Em i-ini nggak sengaja kena bakar, Tante."

"Astaga, lain kali lebih hati-hati sayang." Ujar Hera lembut, matanya melirik ke arah Sania sekilas.

Sania memandang tak suka ke arah Hera, "Untuk apa kamu datang kesini?!"

"Kenapa bertanya? Tentu saja untuk menemui calon menantu."

"Kamu!"

Sebelum Sania bergerak maju ke arah Hera, Selina lebih dulu menghentikan Ibu mertuanya. "Ma,"

Rana dan Yumi hanya menyaksikan mereka dengan kepala yang dipenuhi tanda tanya. "Dia siapa?"

Hera melangkah ke arah dua orang yang tadi datang bersama Sania dan Selina. Tangannya terulur menjabat tangan mereka bergantian, "Perkenalkan saya Hera,"

SELINA [TERBIT]Where stories live. Discover now